Saturday, June 14, 2025

Pulau Bedil: Ketika “Raja Ampatnya Jawa” Mulai Batuk-Batuk karena Tambang

Oleh: Firnas Biro: Jawa Timur Editor: GarengPetruk.com

BANYUWANGI, garengpetruk.com –
Kalau dulu orang menyebut Pulau Bedil sebagai “Raja Ampat-nya Jawa”, sekarang tambah satu kata di belakangnya: “Raja Ampatnya Jawa… yang terancam ambrol”.

Bayangkan, tempat yang katanya surga kecil di ujung timur Jawa, lengkap dengan lumba-lumba, monyet, dan air sebening mata air wudhu, sekarang mulai bergetar bukan karena tarian adat, tapi karena dentuman tambang.

Seorang warga dunia maya, @ibengabdullatif, yang dulunya datang untuk healing, malah pulang dengan pening.

> “Waktu aku ke sana, suara bom terdengar sangat jelas,” ujarnya.

 

Ya ampun, Mas. Ini Pulau Bedil, bukan film perang.

Pulau Bedil, Si Cantik yang Dicubit Ekskavator

Kata orang, cinta itu buta. Tapi kalau cinta pada alam, seharusnya tidak tuli dan tidak pura-pura buta. Sayangnya, Pulau Bedil malah diperlakukan seperti mantan yang dimanfaatkan lalu ditinggalkan.

Dulu dipuja-puja karena kecantikannya. Sekarang? Disayat-sayat demi urusan perut tambang.

> “Secara visual jelas banget. Warna coklat koyak-koyak kontras dengan hijaunya pepohonan.”

 

Ini bukan palet lukisan Van Gogh. Ini luka yang dijual dalam paket investasi.

Ketika Lumba-lumba dan Monyet Ikut Stres

Lumba-lumba biasanya lompat-lompat bahagia di lautan. Tapi kalau tiap hari denger suara duar! kayak main petasan, bisa-bisa mereka migrasi ke… mana ya? Mungkin ke Bali cari tempat kerja jadi maskot atraksi.

Monyet-monyet pun terancam kehilangan rumah. Dan jangan salah, mereka bisa protes juga loh. Bukan demo, tapi bisa-bisa turun ke desa rebut gorengan.

Pertambangan di wilayah pesisir bukan cuma bikin gundul daratan, tapi juga bikin laut menangis. Erosi, lumpur ke laut, hancurnya terumbu karang, semua jadi bonus dari “investasi tanpa empati”.

Tambang Masuk, Turis Kabur

Lho, katanya pariwisata itu andalan. Tapi kok malah dibunuh pelan-pelan?
Kalau pengelola tambang dan pejabat daerah mau mikir dua langkah ke depan, seharusnya sadar:

> “Orang datang ke Pulau Bedil karena indah, bukan karena ingin lihat bekas galian tambang!”

Kalau sudah rusak, siapa yang mau selfie di tebing bopeng? Apa caption-nya?

> “Cinta yang tersisa di balik luka ekologis.”
Njuk, ra popo nangis sekalian.

 

Belajar dari Timur Jauh: Raja Ampat

Apa harus tunggu viral dulu baru bertindak? Atau harus tunggu ada selebgram jatuh ke lubang bekas tambang dulu baru rame?

Kasus di Raja Ampat sudah cukup jadi pelajaran. Jangan tunggu Pulau Bedil masuk daftar “Wisata Bersejarah: Bekas Alam yang Dulu Indah”.

@ibengabdullatif berharap viralnya Raja Ampat bisa jadi cermin buat Pulau Bedil.

> “Semoga tambang di sini juga ikut terangkat. Bukan untuk dikembangkan, tapi untuk dihentikan!”

 

Gareng Bicara:

> “Negeri ini terlalu sering jatuh cinta pada investor, tapi lupa menjaga komitmen pada alam. Pulau Bedil bukan pacar semalam. Ia ibu yang merawat. Jangan dijual murah, apalagi ditukar dengan janji-janji proyek berjubah kemajuan.”

Petruk Nambahi:

> “Kalau suara bom lebih sering terdengar daripada suara burung,
kalau ekskavator lebih rajin kerja dari petugas pengawasan,
dan kalau lubang tambang lebih cepat digali daripada solusi ekologis—
maka, kita memang sedang menabung bencana.”

Seruan Akhir:

Kepada pemerintah, para pemilik kuasa, dan yang suka selfie di tengah alam:
Lindungi Pulau Bedil.
Bukan hanya demi pariwisata. Tapi demi masa depan yang masih ingin melihat lumba-lumba menari dan pohon-pohon bergoyang karena angin, bukan karena ledakan.

Kalau laut mulai murka dan monyet mulai turun ke kota,
jangan salahkan mereka. Salahkan manusia yang lupa cara mencinta.

GarengPetruk.com – Satir Santun, Kritik Lantang.

Sumber : https://vm.tiktok.com/ZSkxtD5v3/


https://garengpetruk.com/pulau-bedil-ketika-raja-ampatnya-jawa-mulai-batuk-batuk-karena-tambang/

-------

No comments: