Tuesday, June 03, 2025

CAHAYA DI TENGAH KEGELAPAN

Cahaya di Tengah Kegelapan: Hikmah Hati dan Doa dalam Perspektif Buya Hamka

Oleh FIRNAS.

Rohani manusia, dalam pandangan ulama besar Buya Hamka, senantiasa berada di antara terang dan gelap. Dalam salah satu ceramahnya yang mendalam, beliau menguraikan makna ayat Al-Baqarah ayat 257, "Allah adalah menjadi pemimpin bagi orang-orang yang beriman. Ia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya." Sebaliknya, orang-orang kafir justru akan dipimpin oleh kekuasaan selain Allah, yang membawa mereka dari terang kembali ke kegelapan.

"Kalau sekiranya jasmani kita... diberi cahaya oleh matahari yang terbit di waktu pagi, yang terbenam di waktu sore, rohani kita pun diberi juga terang oleh suatu yang lebih terang dari matahari kita, yaitu petunjuk dan hidayah Tuhan," jelas Buya Hamka.

*Iman Sebagai Pelita di Dunia Penuh Perubahan*

Dalam Al-Qur'an, Allah memberikan jiwa besar kepada orang-orang yang beriman. Mereka adalah orang-orang yang tinggi derajatnya, asalkan tetap teguh memegang kepercayaan kepada Allah SWT. Kehidupan di dunia ini penuh dengan perjuangan antara yang hak dan yang batil, antara terang dan gelap, antara keinginan dan keraguan. Namun, bagi yang beriman, keteguhan hati akan menjadi pedoman.

Buya Hamka menekankan bahwa tidak ada yang tetap di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri. Panas terik akan berganti hujan, banjir akan surut, dan pasang naik akan surut. Ketenangan hati menjadi kunci agar tidak terombang-ambing di tengah dinamika kehidupan.

"Yang penting begini, menjaga hati," tegas Buya Hamka, mengutip sabda Nabi Muhammad SAW: "Di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh; jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati." Ini menunjukkan bahwa kendali utama terletak pada hati, yang mencakup akal dan jiwa.

---

*Empat Permohonan Penting untuk Hati yang Terjaga*

Untuk menjaga hati dan diri dari kehancuran, Buya Hamka mengajarkan sebuah doa Nabi yang mengandung empat permohonan penting:

1.  *"Allahumma inni a'udzubika min qolbin la yakhsya'" (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyuk/tidak takut).*
    Hati yang tidak khusyuk adalah hati yang tidak lagi terpusat kepada Allah. Ini adalah bahaya besar yang mengancam manusia. Meskipun kita shalat lima waktu, jika hati sudah mulai sakit, pikiran akan menjalar ke mana-mana, kehilangan esensi ibadah. Hati yang khusyuk akan menumbuhkan keberanian dan ketakutan hanya kepada Allah, bukan kepada dunia.

2.  *"Wamin 'ilmin la yanfa'" (Dan dari ilmu yang tidak bermanfaat).*
    Ilmu seharusnya membawa manusia kepada iman dan Tuhan. Namun, di era modern ini, banyak ilmu yang justru membawa pada celaka dan bahaya, seperti pengembangan bom atom atau nuklir. Ilmu yang tidak dikendalikan oleh iman akan memandang nyawa manusia sebagai sampah. "Majulah ilmu, majulah teknologi manusia, tetapi janganlah kemajuan itu membawa kepada bahaya dan tidak memberi manfaat," harap Buya Hamka.

3.  *"Wamin nafsin la tashba'" (Dan dari nafsu yang tidak merasa kenyang).*
    Nafsu serakah adalah bahaya besar yang menimbulkan penjajahan, baik fisik maupun pikiran. Manusia, sebagaimana disebutkan dalam hadis, tidak akan pernah merasa kenyang meskipun diberi lembah penuh emas. Buya Hamka mengisahkan cerita Leo Tolstoy tentang seorang serakah yang mati di tengah jalan karena mengejar terlalu banyak tanah, hanya untuk akhirnya dikubur sepanjang badannya sendiri. Ini adalah pengingat bahwa tenaga manusia terbatas, sementara angan-angan tak berbatas.

4.  *"Wamin du'a'in la yusma'" (Dan dari doa yang tidak didengar).*
    Doa adalah tulang sumsum ibadah. Namun, bagaimana doa akan dikabulkan jika badan dan pikiran kotor? "Badan sudah penuh dengan kekotoran menuduhmu... menadahkan tangan ke langit meminta kepada Allah, bagaimana Allah Ta'ala akan mengabulkan doa itu?" tanya Buya Hamka. Beliau mengingatkan bahwa jika kita menghadap orang besar saja kita ingin dipandang, apalagi menghadap Tuhan. Doa yang tidak didengar adalah celaka besar, karena menunjukkan bahwa kita telah jauh dari Allah.

---

**Memilih Jalan Cahaya atau Kegelapan**

Buya Hamka menutup ceramahnya dengan kembali ke ayat awal: Allah adalah pemimpin bagi orang-orang beriman, membawa mereka dari gelap gulita menuju terang benderang. Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki kepercayaan teguh, yang dipimpin oleh setan, akan dibawa dari terang kembali ke gelap.

"Kita jadi meraba-raba dalam gelap kehidupan, dalam meraba-raba itu masih ragu entah ke mana akan pergi. Mau datang gelap selalu di dunia, gelap di akhirat gelap," tandasnya.

Semoga Allah memberikan kepada kita semua hati yang khusyuk, ilmu yang bermanfaat, jiwa yang merasa cukup, dan doa yang selalu didengar, agar kita senantiasa mendapat ketetapan hati dalam ketenangan.

Sumber
https://youtu.be/xPJxuWq6JLY?si=umtiRIkAEw3d-vnv
---

No comments: