KUALA LUMPUR, 6 Juni 2025 – Sosok kontroversial namun berpengaruh, Dr. Zakir Naik, baru-baru ini membuka tirai kehidupannya dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Dr. Richard Lee. Obrolan mendalam ini tidak hanya mengungkap keseharian da'i internasional tersebut, tetapi juga filosofi hidup, pandangan tentang Islam, dan alasan kuat mengapa ia memilih Malaysia sebagai tempat tinggalnya.
Wawancara dibuka dengan pertanyaan provokatif Dr. Richard Lee: "Jika setiap orang di dunia adalah Muslim yang taat, apakah akan ada kedamaian?" Dr. Zakir Naik dengan lugas menjawab, "Ya, akan ada kedamaian." Ia juga menanggapi label "ekstremis" yang kerap disematkan padanya dengan penerimaan yang mengejutkan, menyatakan, "Saya adalah seorang ekstremis," namun dengan nada yang mengundang tawa, seolah menegaskan bahwa ekstremisme dalam pandangannya adalah dalam konteks ketaatan penuh pada ajaran agama.
Transformasi: Dari Dokter Medis ke Dokter Jiwa
Salah satu sorotan menarik dalam wawancara ini adalah latar belakang pendidikan Dr. Zakir Naik. Ia mengungkapkan bahwa dirinya adalah seorang dokter medis dengan spesialisasi dokter umum. "Ayah saya seorang dokter. Saudara saya seorang dokter. Kami dari keluarga dokter," jelasnya.
Namun, kariernya berubah drastis setelah bertemu dengan Syekh Ahmed Deedat pada tahun 1987. Pertemuan itu menginspirasinya untuk terjun ke dunia dakwah. "Saya merasa menjadi dokter medis adalah profesi terbaik untuk melayani kemanusiaan," kata Dr. Zakir. "Tapi ketika saya menemukan profesi yang lebih baik, yaitu mengobati seseorang secara spiritual jauh lebih unggul daripada mengobati pasien secara medis atau fisik." Inilah yang mendorongnya beralih dari "dokter tubuh" menjadi "dokter jiwa", mendedikasikan hidupnya sepenuhnya untuk dakwah sejak awal 1990-an.
Dedikasi Tanpa Henti: Keseharian yang Tak Lazim
Dr. Richard Lee dibuat kagum dengan kesederhanaan hunian Dr. Zakir Naik di Malaysia. Ia hidup di apartemen sederhana, terpisah dari putranya yang tinggal di apartemen sebelah. Kesehariannya pun jauh dari kata normal. Dr. Zakir mengaku hanya tidur rata-rata 3,5 jam sehari, jauh di bawah rekomendasi medis normal 7-9 jam. "Ini tidak baik," akunya sambil tersenyum, menekankan bahwa ia tidak menganjurkan orang lain menirunya kecuali mereka memiliki gen khusus yang sangat langka.
Mayoritas waktunya dihabiskan untuk ibadah dan dakwah.
"Rata-rata dalam sehari saya menghabiskan 5 sampai 5,5 jam untuk salat," ungkapnya. Selain itu, 12 jam sehari didedikasikan untuk dakwah, baik secara online melalui empat saluran satelit Peace TV (yang menjangkau 200-250 juta penonton di seluruh dunia), media sosial (24,8 juta pengikut di Facebook dan 4 juta di YouTube), maupun sesi tanya jawab langsung. Perjalanan dakwahnya pun padat, dijadwalkan mengunjungi 15 negara tahun ini, menghabiskan 9 bulan di luar Malaysia.
Hidup Sederhana di Tengah Jutaan Dolar
Melihat kesederhanaan Dr. Zakir, Dr. Richard Lee bertanya mengapa ia memilih hidup demikian padahal sebagai figur internasional, ia bisa dengan mudah mendapatkan banyak uang. Dr. Zakir menjelaskan prinsip hidupnya: ia tidak pernah menggunakan uang dakwah untuk kebutuhan pribadi.
"Allah telah memberkati saya dengan bisnis pribadi saya sendiri," kata Dr. Zakir. Ia mengklaim memiliki sekitar sembilan hingga sepuluh bisnis yang menghasilkan jutaan dolar setiap tahun. Namun, ia dan putranya memiliki komitmen kuat untuk bersedekah. "Jadikan Allah mitra bisnis Anda," pesannya kepada putranya. Sang putra diwajibkan menyedekahkan minimal 51% dari keuntungannya, sementara Dr. Zakir sendiri mengaku menyedekahkan lebih dari itu.
"Alasan kami hidup sederhana karena Nabi hidup sederhana. Itu sunah untuk hidup sederhana," tegasnya. Meskipun Islam memperbolehkan hidup mewah selama tidak berlebihan, Dr. Zakir memilih gaya hidup sederhana (ia hanya memiliki mobil Toyota sederhana) agar bisa menyalurkan lebih banyak harta untuk amal dan mendukung organisasi-organisasi Muslim. Ia menegaskan, "Saya tidak mendapatkan satu sen pun gaji dari dakwah."
Mengapa Malaysia Jadi Pilihan Utama?
Di akhir wawancara, Dr. Zakir Naik memuji Malaysia sebagai negara terbaik di dunia saat ini untuk ditinggali seorang Muslim. Ia memaparkan beberapa alasannya:
1. Tidak Dikendalikan Asing:
Malaysia adalah salah satu dari sedikit negara Muslim yang tidak dikendalikan oleh kekuatan non-Muslim.
2. Islam Sebagai Agama Federal:
Meskipun populasinya sekitar 63% Muslim, Islam adalah agama federal dengan konstitusi yang mendukung nilai-nilai Islam.
3. Bukan Zona Perang:
Berbeda dengan banyak negara Timur Tengah, Malaysia jauh dari konflik.
4. Ekonomi Kuat dan Biaya Hidup Terjangkau:
Malaysia menawarkan ekonomi yang baik dengan biaya hidup yang lebih rendah dibanding negara Barat atau Teluk.
5. Sistem Ekonomi Islam Terbaik:
Malaysia memiliki sistem keuangan Islam terbaik di dunia, termasuk fasilitas zakat yang dapat mengurangi pajak penghasilan pribadi.
6. Kepatuhan Syariah (di daerah tertentu):
Di daerah seperti Putrajaya, tempat Dr. Zakir tinggal, tidak ada alkohol, klub malam, atau kehidupan malam, menjadikannya kota yang sangat sesuai syariah.
7. Kebebasan Berpendapat untuk Muslim:
Muslim di Malaysia merasa bangga dan bebas menyuarakan dukungan, bahkan untuk isu sensitif seperti Palestina, bahkan di bawah tekanan negara-negara asing. Perdana Menteri Malaysia secara terbuka mendukung Palestina dan bahkan Hamas sebagai pejuang perlawanan.
Dr. Zakir Naik menutup wawancara dengan menegaskan bahwa kebebasan beragama dan berpendapat yang tinggi di Malaysia menjadikannya tempat ideal baginya untuk melanjutkan dakwahnya. (*)
Sumber:
https://youtu.be/0mHK_PRgzU0?si=f7LGImMWSvC69gLK
No comments:
Post a Comment