Sunday, June 01, 2025

KISAH MENGHARUKAN PERTEMUAN NABI IBRAHIM DENGAN AZAR (AYAHNYA) DI AKHIRAT

Oleh FIRNAS

Kisah Nabi Ibrahim dan Azar: Batasan Syafaat dan Keteguhan Hukum Ilahi di Akhirat

Sebuah kisah yang menggetarkan hati dari hadits shahih riwayat Imam al-Bukhari kembali menjadi sorotan dalam sebuah ceramah yang disampaikan oleh Ustadz Ammi Nur Baits. Kisah ini menggambarkan momen pertemuan Nabi Ibrahim 'alaihis salam dengan ayahnya, Azar, di hari kiamat, sebuah pertemuan yang penuh haru namun berakhir dengan penegasan hukum Allah SWT yang tak bisa ditawar.

Nabi Ibrahim, salah satu nabi besar yang dikenal dengan keteguhan tauhidnya, diceritakan bertemu kembali dengan Azar, ayahnya, yang semasa hidupnya adalah penyembah berhala dan menolak ajaran tauhid. Dalam kondisi yang sangat memilukan, dengan wajah gelap dan dipenuhi kotoran, Azar berkata kepada putranya, "Wahai Ibrahim, pada hari ini aku tidak akan menentangmu."

---

Doa Nabi yang Ditolak: Tak Ada Kompromi untuk Kekafiran

Melihat kondisi ayahnya, Nabi Ibrahim memohon kepada Allah dengan penuh harap agar Azar diampuni. Ia berseru, "Wahai Rabbku, bukankah Engkau telah berjanji tidak akan menghinakanku pada hari kiamat? Maka apakah ada kehinaan yang lebih besar daripada ayahku yang jauh dariku?" Permohonan ini menunjukkan betapa besar cinta Nabi Ibrahim kepada ayahnya, sekalipun sang ayah memilih jalan kekafiran.

Namun, Allah SWT kemudian berfirman dengan tegas, "Aku haramkan surga untuk dimasuki orang kafir." 

Firman ini menjadi penegasan bahwa hukum Allah adalah mutlak dan tidak ada kompromi, bahkan untuk permohonan seorang nabi yang sangat dekat dengan-Nya. Azar pun kemudian diubah wujudnya menjadi binatang yang sangat menjijikkan – seperti hyena – lalu dilemparkan ke dalam neraka.

---

Hidayah Milik Allah, Syafaat Tak Berlaku bagi Musyrik

Ustadz Ammi Nur Baits menjelaskan, kisah ini menjadi pelajaran penting tentang batasan syafaat dan keteguhan hukum Allah. Meskipun seorang nabi sekalipun memohonkan keselamatan bagi kerabat dekat yang meninggal dalam kemusyrikan, permohonan itu ditolak karena telah menjadi "aturan baku" dari Allah SWT.

"Aturan Allah walaupun yang menawar itu seorang nabi yang dekat dengan Allah, tidak diterima oleh Allah ketika itu sudah menjadi aturan baku dari Allah Subhanahu wa taala," jelas Ustadz Ammi. Ini menegaskan bahwa hidayah adalah mutlak milik Allah, dan tidak ada kompromi untuk praktik kesyirikan. Pelaku kesyirikan akan divonis kekal di neraka karena Allah telah mengharamkan surga bagi mereka.

Kisah Nabi Ibrahim dan Azar ini menjadi pengingat bagi seluruh umat Muslim tentang pentingnya keimanan dan tauhid sebagai penentu nasib di akhirat, serta bahwa cinta dan hubungan duniawi tak dapat melampaui keadilan dan ketetapan Ilahi.

Sumber:
https://youtu.be/fXxguN3gMxY?si=_zEQbY7-cG9Khfta
---

No comments: