ST. PETERSBURG, Rusia –
Di tengah salju yang tak kenal ampun dan suhu yang bikin kopi ngadem sendiri, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, muncul dengan gaya khasnya: jas rapi, wajah tegas, tapi isi pidato penuh filosofi.
Bukan main, lho. Bukan seminar RT atau forum TikTokers, tapi Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF) 2025—tempat para bos negara, raja minyak, dan juragan investasi pada ngumpul.
Dan Prabowo? Tampil gagah berani, membawakan orasi bertema:
“Ekonomi Jalan Tengah: Dari Warung Tegal Menuju Swasembada Nasional.”
(Eh, itu versi Petruk. Versi resminya mah lebih keren.)
Pidato Pak Prabowo: Bukan Sekadar Omongan, Tapi Kayak Masakan Nusantara – Lengkap Bumbunya
Kalau biasanya pemimpin dunia sibuk bacain data kayak robot birokrat, Prabowo tampil beda. Dengan gaya yang mengingatkan pada pidato Bung Karno zaman lawas—tapi versi 5G—beliau menegaskan Indonesia bakal ambil jalan tengah. Bukan kapitalis murni yang bikin sultan makin tambun dan rakyat cuma dapat remah kerupuk, tapi juga bukan sosialis utopis yang hidupnya tergantung subsidi negara dan mimpi indah.
“Kapitalisme murni itu bikin ketimpangan. Sosialisme murni? Yah, itu khayalan zaman kuliah. Kita butuh jalan tengah: ekonomi gotong royong yang cerdas.”
Heleh, Petruk sampe nyeletuk dalam hati, “Ini pidato atau wejangan dalang semalam suntuk?” Dalamnya bukan main!
Swasembada ala Prabowo: Bukan Swasembada Retorika, Tapi Swasembada Beras dan Jagung
Nah ini yang bikin geger satu gedung SPIEF: Indonesia ngaku udah naikkan produksi beras dan jagung sampai 50% hanya dalam waktu 7 bulan!
Wahai dunia, dengarlah!
Yang biasanya kita impor bawang sampai bikin emak-emak nangis di dapur, sekarang kita malah panen jagung sampai saking banyaknya bisa buat nonton konser gratis: cukup bayar pakai pipilan!
Dan cadangan beras?
4,4 juta ton, Bung!
Itu kalau dibikin lontong, bisa ngundang 10 juta tetangga dan masih cukup buat nasi kotak rapat RT selama setahun!
Diplomasi ala Silat Jawa: 1.000 Teman Terlalu Sedikit, Satu Musuh Terlalu Banyak
Ditanya kenapa datang ke SPIEF, bukan ke G7? Prabowo jawab santai tapi nusuk:
“Indonesia itu non-blok. Kami sahabatan sama semua. Kami nggak suka cari musuh. Kami mau dagang, bukan perang.”
Cerdas, Bung! Daripada ribut ikut-ikutan poros barat-timur, lebih baik jadi tukang sate di tengah pasar: semua boleh beli, asal bayar tunai.
Sindiran Gareng: Ekonomi Jalan Tengah Jangan Sampai Jadi Jalan Buntu
Tapi Petruk, dengan mata tajam bak tukang kredit keliling, tetap punya catatan:
Jalan tengah itu bagus… asal gak jadi jalan tol buat oligarki baru!
Swasembada itu hebat… asal gak cuma angka statistik, tapi juga terasa di dapur rakyat!
Dan filosofi “kebaikan terbesar untuk orang banyak” itu mulia… asal bukan cuma jadi quotes buat slide PowerPoint kementerian.
Karena rakyat sudah capek disuguhi janji manis yang dikemas rapi, tapi isinya kosong seperti kotak amal palsu.
Gareng Merenung di Akhir Pidato: Ekonomi Tak Butuh Heboh, Tapi Butuh Adil
Prabowo mungkin baru tujuh bulan duduk di kursi RI-1, tapi arah langkahnya sudah mulai terasa. Kalau benar jalan tengah ini dijalani tanpa tipu daya, maka Indonesia bukan cuma bisa swasembada pangan, tapi juga swasembada harga diri.
Negeri ini tak perlu jadi pengemis pinjaman, atau penonton di panggung dunia. Tapi jadi tuan rumah di rumah sendiri, jadi jagoan di pasar sendiri, dan tetap santun di kancah internasional.
Petruk pamit.
Besok katanya mau liputan ke pasar tradisional, lihat apakah jalan tengah ekonomi ini sudah sampai ke harga cabai dan tempe. Kalau belum, ya Petruk balik ke SPIEF… bawa sambal sendiri!
Tonton pidato lengkapnya di sini: https://youtu.be/l49VMXzTeks?si=JFkyxN_wsBwIcLGd
Gareng Petruk – Wartawan separuh filsuf, separuh pengamat harga bawang.
https://garengpetruk.com/prabowo-di-spief-2025-jalan-tengah-swasembada-dan-jurus-silat-ekonomi-ala-nusantara/
------
No comments:
Post a Comment