Sunday, June 29, 2025

BPJS Kesehatan, dari "Rasa Telo" Hingga "Rasa Durian": Direktur Utama Ungkap Transformasi Pelayanan

Direktur Utama BPJS Kesehatan Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., AAK, mengatakan selain Warga Negara Indonesia (WNI), Warga Negara Asing (WNA) juga bisa merasakan manfaat dari pelayanan BPJS Kesehatan.

Hal itu dikatakan Ghufron saat mengunjungi salah satu rumah sakit di Bali. Ghufron melihat sendiri bagaimana Bule (WNA) asal Amerika Seikat menggunakan layanan kesehatan dengan BPJS.

Meski demikian, WNA yang bisa menggunakan fasilitas BPJS harus memenuhi persyaratan yang berlaku dan sesuai ketentuan Undang-Undang.

-------------‐------------------

JAKARTA — Direktur Utama BPJS Kesehatan, **Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., AAK**, mengungkapkan transformasi luar biasa yang dialami lembaga ini. Dalam sebuah wawancara eksklusif, ia menyebut BPJS telah berubah dari "rasa telo" menjadi "rasa durian," menandakan adanya peningkatan signifikan dalam pelayanan dan pengelolaan.

"Dulu, teman-teman dokter pada nyanyi, 'BPJS rasa telo, BPJS bikin gelo, BPJS rasa ketela, BPJS bikin kecewa'," kenang Prof. Ghufron. "Maka kami masuk ke situ, langsung kita ubah nyanyiannya. BPJS rasa durian, BPJS keren!"

Perubahan ini bukan tanpa alasan. Menurut Prof. Ghufron, saat ini sudah tidak ada tunggakan pembayaran kepada rumah sakit. Bahkan, rumah sakit kini menerima uang muka sebelum verifikasi tagihan selesai, membuat mereka merasa lebih "happy" dan tidak lagi enggan bekerja sama dengan BPJS.

Prof. Ghufron juga menyampaikan bahwa BPJS telah meluncurkan berbagai inovasi, termasuk sistem pendaftaran daring melalui aplikasi **Mobile JKN**. Dengan aplikasi ini, peserta dapat antre dari rumah atau kantor, mengurangi antrean fisik yang dulu sering terjadi.

"Dulu, saya pernah lihat di rumah sakit, yang antre itu sandal jepit sama botol minum. Sekarang enggak perlu kartu, cukup pakai KTP saja," ujarnya.

---

Safety Net Terbesar di Indonesia

Dalam wawancara tersebut, terungkap bahwa BPJS Kesehatan telah menjadi **jaring pengaman sosial (safety net)** terbesar di Indonesia. Bukan hanya untuk masyarakat miskin, tetapi juga untuk kalangan mampu, termasuk para artis dan bahkan warga negara asing.

"Kalau ada orang Indonesia yang belum pernah merasakan BPJS, itu ketinggalan zaman," kata Prof. Ghufron. Ia bahkan menceritakan pengalamannya melihat warga negara asing di Bali yang memanfaatkan BPJS, menegaskan betapa BPJS telah diakui oleh dunia internasional.

Namun, keberlanjutan BPJS Kesehatan tetap menjadi tantangan besar. Prof. Ghufron menyoroti perilaku masyarakat yang belum sadar akan pentingnya gaya hidup sehat. Ia menyebutkan bahwa beban BPJS akan terus meningkat jika masyarakat tidak mengurangi konsumsi gula, garam, lemak, dan rokok.

"Jangan sampai menyesal. Kesehatan bukan segalanya, tapi tanpa kesehatan, segalanya tidak ada artinya," pesannya.

---

Hubungan Hulu-Hilir dan Delapan Skenario Keberlanjutan

Terkait keberlanjutan program JKN, Prof. Ghufron menekankan pentingnya sinergi antara BPJS Kesehatan (hilir) dan Kementerian Kesehatan (hulu). Menurutnya, tugas BPJS hanya mengelola pembiayaan, sementara urusan dokter, fasilitas kesehatan, dan perilaku masyarakat adalah tanggung jawab Kemenkes dan masyarakat sendiri.

"BPJS itu ibarat tukang elap-elap dan tukang bersih-bersih. Kita mengelola dana yang terbatas, sementara hulu tidak dibenahi," tegasnya.

Untuk mengantisipasi berbagai tantangan di masa depan, Prof. Ghufron mengungkapkan bahwa timnya telah menyiapkan delapan skenario berbeda, mulai dari skenario terbaik hingga terburuk.

"Kami sudah bikin delapan skenario. Seandainya ini begini, apa akibatnya? Seandainya begini... itu bukan (asal-asalan), itu dahsyat," ungkapnya.

Namun, ia menegaskan bahwa keputusan akhir ada di tangan pemegang kuasa.

Wawancara ditutup dengan pantun dan pesan yang menggugah: "Satu dekade JKN hadir di Indonesia, rakyat sehat hidup bahagia." Prof. Ghufron berharap masyarakat dapat menyadari bahwa kesehatan itu mahal dan ada yang membayarnya, bukan gratis. Ia mengajak seluruh pihak untuk terus bergotong-royong menjaga kesehatan, karena hal itu adalah tanggung jawab bersama. (*)

Penulis : Firnas Muttaqin 
Ahad, 29 Juni 2025

https://youtu.be/7vBhBi5Mai4?si=WtJNJmmigq3SMiOj

-----'

No comments: