Sunday, June 01, 2025

OPRAH WINFREY - Perjalanan Spiritual ke Palestina Mengubah Hidup: "Saya Menjadi Muslim Setelah Menemukan Kedamaian Sejati"

Oleh FIRNAS

Sebuah kisah personal yang mendalam tentang pencarian makna dan kedamaian telah diungkap, mengisahkan bagaimana kunjungan ke Palestina secara tak terduga mengubah seluruh pandangan hidup seseorang hingga memutuskan untuk memeluk Islam. 

Penutur kisah ini (Oprah Winfrey), dalam sebuah narasi yang menggetarkan hati, membagikan perjalanannya menemukan kebenaran dan ketenangan di tengah gejolak sebuah tanah yang penuh sejarah.

"Ini bukan hanya tentang iman atau agama. Ini tentang momen yang menyentuh hati saya, menantang keyakinan saya, dan mengubah cara saya melihat dunia," ungkap Oprah. 

Perjalanan itu bermula ketika ia memutuskan untuk melangkah ke Palestina, sebuah tempat yang selama ini hanya dikenal melalui berita dan artikel, namun menyimpan esensi ketahanan dan perjuangan yang luar biasa.

Udara Palestina, Mengandung Kisah dan Menggugah Empati

Saat pertama kali menginjakkan kaki di tanah Palestina, ia merasakan sesuatu yang berbeda. "Udara di Palestina terasa berbeda. Udara itu menyimpan cerita. Udara itu menyimpan mimpi. Dan itu menyimpan rasa sakit," katanya. 

Melalui jalan-jalan tua Yerusalem, berdiri di Tembok Ratapan, ia merasakan beban sejarah dan keyakinan berabad-abad.

Namun, bukan hanya tempatnya yang memengaruhinya, melainkan masyarakat Palestina itu sendiri. Ia bertemu dengan orang-orang yang hidupnya dipenuhi kesulitan, namun mata mereka memancarkan harapan. Iman mereka bukan sekadar kepercayaan pasif, melainkan kekuatan hidup yang membimbing mereka dalam menghadapi setiap tantangan.

"Saat itulah saya menyadari betapa kuatnya iman. Itu bukan tentang ritual, praktik, atau bahkan tradisi. Itu tentang kedamaian," tegasnya. 

Kedamaian yang disaksikannya adalah jenis kedamaian yang datang dari dalam, yang mampu menopang seseorang di tengah badai kehidupan. Ia mengenang pertemuannya dengan seorang wanita muda yang menemukan kedamaian dalam Islam, sebuah kedamaian yang berasal dari hubungan mendalam dengan Sang Pencipta, yang memberinya kekuatan untuk menghadapi hari-hari sulit.

Pencarian Kedamaian yang Berakhir di Islam

Perasaan tersebut terus membayanginya setelah kembali ke rumah. Kata-kata Al-Quran dan ajaran Islam mulai bergema di benak dan hatinya. Ia merasakan tarikan, sebuah rasa kebenaran yang tak terbantahkan yang tidak bisa diabaikan. Ia menyadari bahwa Islam bukan hanya agama, melainkan cara hidup, sebuah penyerahan diri pada kedamaian dan penemuan kebebasan sejati.

Keputusan menjadi Muslim bukanlah sebuah pencerahan tiba-tiba, melainkan hasil dari koneksi spiritual mendalam yang beresonansi dengan inti dirinya. "Ini bukan tentang mengubah siapa saya. Ini tentang merangkul kedamaian yang selalu ada di sana, menunggu saya untuk melihatnya," jelasnya.

Iman sebagai Fondasi Ketahanan di Tengah Penderitaan

Di Palestina, ia belajar bahwa kedamaian sejati tidak terletak pada ketiadaan konflik, melainkan pada kehadiran iman. Ia menyaksikan bagaimana orang-orang Palestina, yang telah mengalami penderitaan tak terbayangkan, tetap tenang, bersyukur, dan memancarkan kedamaian batin. Mereka mengajarkan bahwa kedamaian sejati datang dari dalam, dari iman pada sesuatu yang melampaui dunia materi.

Ia terkesima mendengar bagaimana seorang sopir taksi, yang hidupnya penuh ketidakpastian di bawah pendudukan, selalu mengakhiri ceritanya dengan "Alhamdulillah" (puji syukur kepada Tuhan). Frasa sederhana itu, baginya, adalah deklarasi kedamaian, kepercayaan, dan kepuasan.

"Ini adalah iman dalam tindakan. Itu bukan tentang menghindari rasa sakit atau berpura-pura bahwa semuanya sempurna. Ini tentang menerima realitas hidup, baik yang baik maupun yang buruk, dan menemukan kedamaian dalam penerimaan itu," katanya.

Islam: Kembali ke Diri Sejati dan Tujuan Hidup

Proses menjadi Muslim, baginya, bukanlah penolakan masa lalu, melainkan realisasi akan jati diri yang sebenarnya. "Islam tidak menghapus siapa saya. Itu menerangi diri saya," katanya. Nilai-nilai seperti kasih sayang, keadilan, kesabaran, dan cinta, yang ia miliki, menemukan arah dan struktur dalam Islam.

Ia memahami bahwa Islam mengajarkan bahwa hidup bukan tentang mengendalikan segalanya, melainkan tentang penyerahan diri kepada kebijaksanaan Ilahi yang lebih besar. Penyerahan diri ini, baginya, bukanlah kelemahan, melainkan pembebasan.

Saat mengucapkan dua kalimat syahadat, sebuah pergeseran mendalam terjadi di dalam dirinya. "Itu tenang seperti pintu yang perlahan membuka. Dan di sisi lain adalah kejelasan, bukan kepastian dalam segala hal, tetapi kepercayaan pada perjalanan," tutupnya. 

"Perjalanan saya ke Islam setelah mengunjungi Palestina bukanlah awal dari sesuatu yang sama sekali baru. Itu adalah penemuan sesuatu yang selalu ada, menunggu waktu yang tepat untuk mekar. Dan ketika itu terjadi, rasanya seperti pulang." (*)

Sumber:
https://youtu.be/Zvpo3QAMEog?si=EieHoZD35Wbvpri4

# Silahkan menonton

No comments: