Kisah Mualaf Ustadz Kainama: Pencarian Jesus di Tanah Suci Berujung pada Kenabian Muhammad SAW
Oleh FIRNAS
Ustadz Ahmad Kainama, sosok yang kini akrab di berbagai platform media sosial, membagikan kisah spiritualnya yang mendalam, mulai dari latar belakang keluarga Kristen yang taat hingga keputusannya memeluk Islam. Dalam sebuah wawancara eksklusif di youtube TENDA TANYA - USTAD KAINAMA PERGI HAJI, ALAMI PENGALAMAN SPIRITUAL SETELAH MUALAF, Ustadz Kainama menjawab kritik tentang mengapa ia masih sering membahas masa lalunya, dengan menegaskan bahwa pengalamannya adalah bukti nyata kebesaran Islam.
"Sikap saya pertama, di negeri Arabia ada tempat di mana hal ini telah dilakukan sebelumnya bahkan sebelum masa kenabian Muhammad, demi nama kemuliaan dan pujian kepada Allah. Ini ada di Kitab Kejadian nama Nabi Muhammad," ungkap Ustadz Kainama, memulai kisahnya dengan pengantar yang provokatif.
Dari Ambon ke Priok: Perjalanan Hidup Penuh Liku
Lahir di Haruku, Seram Timur, Maluku, Ustadz Kainama berasal dari keluarga Angkatan Laut Marinir. Sejak kelas 5 SD, ia pindah dan besar di Tanjung Priok, Jakarta Utara, sebuah lingkungan yang ia gambarkan "keras" pada era 90-an. "Siapa mau hidup harus keras," kenangnya. Meski demikian, ia bersyukur lahir dari keluarga yang sangat religius dan memegang teguh kekristenan, yang menjadi modal baginya untuk terus berpikir dan berprinsip.
Berangkat dari keinginan untuk keluar dari "citra Priok" yang lekat dengan kerasnya kehidupan pelabuhan, Ustadz Kainama memilih jalur pendidikan. Ia menempuh pendidikan formal di SMP Negeri 30 dan SMA Negeri 13 Jakarta Utara, keduanya merupakan sekolah unggulan.
Setelah lulus SMA pada tahun 1992, ia melanjutkan kuliah di National Hotel Institute (NHAI) Setiabudi, Bandung, mengambil jurusan Perhotelan. Dengan gelar tersebut, ia melanglang buana, termasuk bekerja di kapal pesiar internasional, yang membawanya menguasai banyak bahasa asing dan mengembangkan bakat musikalitasnya. "Bisa MC, main piano, menyanyi, trombon slide, lalu main drum juga," sebutnya, menunjukkan segudang kemampuannya. Ia bahkan pernah menjadi MC dan pemain musik di Panggung Maksima Dunia Fantasi Ancol.
Titik Balik Spiritual: Dari Musisi Gereja Hingga Pendeta Muda
Namun, di tengah kesuksesan duniawi dan kehidupan yang ia akui "mabuk masih jalan," keluarga Ustadz Kainama menitipkannya pada keluarga besar Terik di Bogor, yang dikenal sangat religius dan taat beribadah. Di sinilah titik balik spiritualnya dimulai. Karena pemain piano gereja tidak hadir, ia menawarkan diri untuk menggantikan. Dengan kemampuan membaca not balok yang ia pelajari dari mendiang Mas Amir Katamsi (pemain trombon The Rollies), Ustadz Kainama berhasil memukau jemaah.
Melihat potensi dan karismanya, pendeta gereja tersebut menawarkan Ustadz Kainama untuk sekolah teologi. "Ini salah satu cara untuk menghentikan dia punya jam tayang botol ini," kenangnya menirukan ucapan pendeta. Ia pun menempuh pendidikan teologi setara S1 di Jakarta Pusat, mendalami liturgia dan musik gereja.
Setelah lulus, dengan kemampuan public speaking dan musikalitas yang mumpuni, ia diangkat sebagai pendeta muda (vikaris), dan hanya dalam tiga bulan, ia sudah menjadi pendeta penuh yang bertanggung jawab atas manajerial gereja.
Pencarian Jesus di Tanah Suci Berujung pada Muhammad SAW
Perjalanan spiritualnya berlanjut ketika ia mendapat tawaran untuk melanjutkan studi S2 di Belanda, mendalami liturgi, dan kemudian berangkat ke Haifa, Israel, pada tahun 2007-2009 untuk belajar Tanakh (kitab suci Yahudi). Misinya saat itu adalah mencari tahu sosok Jesus di tempat ia hidup, Yerusalem, Betlehem, dan seluruh tanah Yudea-Galilea.
Namun, di sinilah keimanan Ustadz Kainama terguncang. Ia menemukan fakta mengejutkan yang disampaikan para rabbi (guru Yahudi) saat belajar Tanakh dan bahasa Ibrani/Aramaik. Ia diminta untuk mencari referensi di Kitab Kejadian (Genesis) 10:25, dan menemukan bahwa dalam terjemahan Ibrani ke Indonesia, terdapat pujian atas nama "Muhammad."
Lebih mencengangkan lagi, Ustadz Kainama menemukan bahwa Kitab Tanakh, yang berusia 1.400 tahun lebih tua dari kelahiran Rasulullah SAW, memuliakan sosok Muhammad. Ia juga menemukan bahwa Nabi Isa (Jesus) sendiri, serta nabi-nabi seperti Musa, Adam, Daud, Salomo, dan keturunan Nabi Yakub (Bani Israil), semuanya memuliakan Rasulullah SAW. "Minimal empat ayat, Bung, terselip nama Muhammadin," tegasnya.
Puncaknya, ia menemukan doa Hiko di Tembok Ratapan yang masih diucapkan Yahudi hingga kini, yang berbunyi, "Muhammad Yerusalem." Lebih jauh, ia menemukan kalimat dalam bahasa Aramaik yang diucapkan oleh Jesus sendiri: "Alalon menakmasta Ahmad Muhammadin biksta," yang berarti "Aku mendengar sayap-sayap seperti langkah laki-laki (sandal yang dipakai laki-laki), lelaki yang tutur katanya tidak ada dusta pada bibirnya dan madu semua itu, yang kupegang tangannya Ahmad Muhammadin Muhammad dan segala kepujian baginya. Dia akan menaikkan levelmu karena dia berasal dari Allah."
Memeluk Islam: Penyerahan Diri kepada Kebenaran
Penemuan-penemuan ini, yang ia sebut sebagai "pukulan telak," membuatnya menangis dan berserah diri. "Jesus, I am surrender. Saya menyerah dan aku makin cinta Engkau. Aku akan ikuti apa yang Kau bilang. Aku tidak mau fitnah Engkau lagi. Dihinakan di atas kayu salib. Engkau adalah Nabi Allah dan Kau layak menerima pujian sebagai Nabi Allah," tuturnya.
Pada tanggal 26 Agustus 2009, Ustadz Ahmad Kainama tiba kembali di Cengkareng, langsung menuju Masjid Agung Sunda Kelapa, dan mengucapkan syahadat. Kisahnya ini menjadi bukti nyata ayat Al-Qur'an bahwa orang Yahudi mengenal Nabi Muhammad SAW melebihi mereka mengenal anak sendiri, karena ciri-ciri dan pujian atas beliau telah tertulis jelas dalam kitab-kitab suci terdahulu.(*)
https://youtu.be/wDBCa7cm1DQ?si=U3jBNdISiN_JBaza
Pasuruan,
Kamis 5 Juni 20255
-------

No comments:
Post a Comment