Oleh FIRNAS, Jawa Timur
BANYUWANGI, JAWA TIMUR – Julukan "Raja Ampatnya Jawa" yang melekat pada Pulau Bedil di Banyuwangi, Jawa Timur, kini terasa getir. Keindahan alamnya yang memukau, lengkap dengan gugusan pulau-pulau kecil eksotis dan perairan jernih, ternyata tengah menghadapi ancaman serius dari aktivitas pertambangan. Kondisi ini mirisnya mengingatkan pada polemik penambangan yang juga tengah viral di Raja Ampat, Papua Barat Daya.
Sebuah akun media sosial, @ibengabdullatif, belum lama ini mengunggah pengalaman pribadinya saat mengunjungi Pulau Bedil. Pengakuan ini sontak menjadi perhatian. "Waktu aku ke sana, suara bom terdengar dengan sangat jelas," ungkapnya, menggambarkan suasana yang jauh dari kesan tenang dan alami.
Lebih lanjut, ia juga menuturkan, "Secara visual juga tidak kalah jelas. Koyakan warna coklat terlihat kontras di antara hijaunya pepohonan."
Kesaksian ini melukiskan gambaran nyata tentang kerusakan visual yang ditimbulkan oleh aktivitas penambangan di tengah lanskap yang seharusnya terjaga.
Ancaman Lingkungan dan Nasib Fauna Endemik
Ancaman terhadap Pulau Bedil bukan hanya sekadar estetika. Kawasan ini dikenal sebagai habitat penting bagi berbagai satwa liar. "Di sana juga hidup lumba-lumba dan juga banyak monyet," ungkap @ibengabdullatif.
Keberadaan aktivitas pertambangan, dengan segala dampak kebisingan, getaran, hingga polusi, secara langsung mengancam kelangsungan hidup satwa-satwa ini. Pertanyaan krusial muncul: "Kalau terus terjadi aktivitas pertambangan, kasihan mereka harus mengungsi ke mana?"
Meskipun data spesifik mengenai izin dan skala aktivitas tambang di Pulau Bedil sulit diakses publik secara luas, laporan warga dan temuan visual seperti yang dibagikan oleh @ibengabdullatif menjadi indikasi kuat adanya operasi pertambangan yang berpotensi merusak.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa aktivitas penambangan di wilayah pesisir dan pulau kecil dapat menyebabkan erosi, sedimentasi laut, kerusakan terumbu karang, hingga perubahan kualitas air yang berdampak fatal bagi biota laut dan ekosistem darat di sekitarnya. Tanpa pengawasan ketat dan penegakan hukum yang tegas, risiko kerusakan permanen pada ekosistem Pulau Bedil sangat tinggi.
Situasi di Pulau Bedil memberikan cerminan pahit dari apa yang juga terjadi di Raja Ampat, salah satu mutiara pariwisata dunia yang kini juga menghadapi ancaman penambangan. Viralnya kasus Raja Ampat setidaknya telah membangkitkan kesadaran publik dan memicu desakan agar pemerintah mengambil tindakan.
"Semoga dengan viralnya tambang di Raja Ampat, aktivitas tambang di Pulau Bedil juga terangkat," harap @ibengabdullatif.
Seruan ini adalah alarm bagi semua pihak: pemerintah daerah, aktivis lingkungan, masyarakat adat, dan seluruh elemen bangsa. Keindahan alam Pulau Bedil yang digadang-gadang sebagai "Raja Ampatnya Jawa" adalah aset tak ternilai yang harus dilindungi. Jika tidak, bukan hanya keindahan yang hilang, tetapi juga habitat lumba-lumba dan monyet, serta potensi pariwisata berkelanjutan yang bisa menopang ekonomi lokal.
Pemerintah dan pihak berwenang diharapkan segera melakukan investigasi mendalam terhadap aktivitas pertambangan di Pulau Bedil, memastikan kepatuhan terhadap regulasi lingkungan, dan mengambil tindakan tegas jika ditemukan pelanggaran. Lebih dari itu, diperlukan kebijakan yang kuat untuk melindungi kawasan-kawasan vital seperti Pulau Bedil dari eksploitasi yang merusak, demi menjaga warisan alam Indonesia untuk generasi mendatang.
Sumber:
https://vm.tiktok.com/ZSkxtD5v3/
---
No comments:
Post a Comment