*Darurat Ekonomi Pulau Enggano: Warga Tercekik, Barter Pangan, dan Seruan Bantuan Mendesak*
*PULAU ENGGANO, BENGKULU UTARA* – Krisis ekonomi parah melanda warga di Pulau Enggano, Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, sejak Maret 2025. Terhambatnya akses transportasi laut akibat pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai di Kota Bengkulu telah menyebabkan lumpuhnya roda perekonomian pulau tersebut. Situasi ini mendorong warga pada kondisi memprihatinkan, di mana *barter ikan dengan beras* menjadi solusi darurat demi menyambung hidup.
Selama lebih dari tiga bulan terakhir, masyarakat Enggano yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan nelayan menghadapi kesulitan ekstrem dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rahmawati, seorang warga Desa Malakoni, mengungkapkan keputusasaan yang melanda. "Misalnya, ikan segenceng (1,5 kilogram) bisa ditukar dengan beras 1 kilogram. Karena kami tidak ada uang, jadi mau belanja pakai apa," keluhnya. Praktik barter ini meluas hingga untuk mendapatkan kebutuhan pokok lain seperti minyak goreng, gula pasir, tepung terigu, dan telur.
*Lumpuhnya Ekonomi Lokal dan Dampak Personal*
Anjloknya harga jual hasil bumi di Pulau Enggano merupakan dampak langsung dari terputusnya jalur distribusi laut. Kompas.com melaporkan bahwa dalam delapan bulan terakhir, pendangkalan di Pelabuhan Pulau Baai telah secara konsisten mengganggu layanan kapal laut. Akibatnya, sejak Maret, Pulau Enggano praktis **terisolasi tanpa akses angkutan laut yang memadai**.
Ratusan petani terpaksa membiarkan hasil kebun mereka membusuk atau tidak dipanen. Milson Kaitora, pimpinan kepala suku di Enggano, menjelaskan kerugian yang mereka alami. "Untuk apa panen, bayangkan saja harga pisang kini satu tandan cuma dihargai Rp 20.000. Sementara, biaya angkut dan biaya tebang sudah Rp 15.000. Jadi buat apa dipanen, kalau rugi juga," kata Milson, yang merupakan pendamping suku-suku di Enggano dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
Petani seperti Iwan, warga Meok, menyaksikan hasil kebunnya seperti pisang, kakao, pinang, dan kopi tak dapat dijual ke Kota Bengkulu. Kondisi ini mengguncang ekonomi keluarganya. Banyak yang beralih profesi menjadi kuli bangunan demi mendapatkan uang tunai. "Saya sekarang, jadi upahan proyek. Biar ada uang. Karena ini untuk anak dan istri," ujar Iwan. Dampak krisis juga dirasakan hingga tingkat personal, di mana Iwan kini kesulitan mengirimkan biaya harian untuk anaknya yang berkuliah di Bengkulu. "Anak saya itu biasanya kami kirim Rp 300 ribu dua minggu sekali. Tapi kini, sudah tak bisa. Saya minta anak saya berhemat betul," kisahnya.
Ketiadaan perputaran uang di pulau ini juga menyebabkan tumpukan utang di warung-warung. "Di warung besar, biasanya omzetnya sampai Rp 10 juta, kini cuma setengah saja. Yang ada utang yang menumpuk," kata Yudi, warga Meok. Bahkan, Harun Kaarubi, mantan Paabuki, mengaku sudah menunggak pembayaran PDAM selama empat bulan.
*Seruan Mendesak untuk Pemerintah Pusat dan Daerah*
Ketua AMAN Wilayah Bengkulu, Fahmi Arisandi, mendesak pemerintah agar segera menyediakan angkutan laut yang memadai untuk mengangkut hasil bumi dari Enggano. Ia menekankan bahwa mata pencarian utama warga pulau tersebut bergantung pada distribusi hasil pertanian dan perikanan.
"Hitungan mereka, cukup 10 kapal setiap keberangkatan. Jadi bisa menampung semua hasil pertanian. Pemerintah pasti punya kuasa ini, kami pikir. Inilah yang harusnya dilakukan dari kemarin," tegas Fahmi, Jumat (20/6/2025). Ia juga mengingatkan bahwa Enggano menghasilkan beragam komoditas seperti kelapa, kakao, pinang, dan melinjo, selain pisang dan ikan.
Situasi darurat ini juga memicu sorotan tajam di media sosial. Akun X (Twitter) @kafiradikalis melontarkan **surat terbuka kepada Presiden Prabowo Subianto**, mendesak bantuan kapal angkut segera dikirim ke Enggano. Akun tersebut juga mengkritik keras Gubernur Bengkulu atas pembiaran kondisi ekonomi yang lumpuh total selama tiga bulan.
Unggahan lain dari akun yang sama menggarisbawahi pentingnya Pulau Enggano sebagai **"pahlawan teritorial"** yang menjaga salah satu wilayah terluar bagian barat Indonesia. "Pulau Enggano juga bisa dibilang sbg 'heritage'-nya Bengkulu. Harusnya dgn kontribusi besar seperti itu, penduduk Enggano layak diprioritaskan," tulis akun @kafiradikalis.
Dengan warga yang semakin tertekan dan keterisoliran yang berkepanjangan, Pulau Enggano kini menanti respons cepat dan konkret dari pemerintah untuk menyelamatkan perekonomian dan kesejahteraan ribuan penduduknya.
---
No comments:
Post a Comment