Saturday, June 21, 2025

Presiden RI Prabowo Subianto di SPIEF 2025 Rusia

*Presiden RI Prabowo Subianto di SPIEF 2025: Indonesia Menuju Swasembada dan Menganut Filosofi Ekonomi Jalan Tengah*

Oleh FIRNAS

ST. PETERSBURG, Rusia – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, tampil perdana di kancah forum ekonomi internasional sejak dilantik pada 20 Oktober 2024. Dalam pidatonya yang disampaikan di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF) 2025 pada Jumat, 20 Juni 2025, Prabowo menggarisbawahi filosofi ekonomi Indonesia yang berlandaskan pada "kebaikan terbesar untuk orang banyak" serta menegaskan posisi non-blok Indonesia dalam diplomasi global.

Di hadapan para pemimpin dunia seperti Presiden Rusia Vladimir Putin, Pangeran Nasser bin Hammed Al Khalifa dari Bahrain, dan Wakil Presiden Afrika Selatan Paul Mashatile, Prabowo menyatakan bahwa SPIEF adalah wadah penting untuk membangun kepercayaan strategis dan menjalin kesepakatan yang menguntungkan di tengah lanskap geopolitik yang semakin kompleks.

*Tantangan Populasi dan Prioritas Pemerintahan*

Menyoroti fakta bahwa Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia dengan penambahan 5 juta jiwa setiap tahun (setara dengan populasi Singapura baru setiap tahunnya), Prabowo menekankan tantangan besar dalam menyediakan pangan, pendidikan, dan layanan kesehatan. Ia menegaskan, tugas utama pemerintah adalah melindungi rakyat dari kelaparan, kemiskinan, dan penderitaan lingkungan.

"Ketika saya mengambil alih pemerintahan Indonesia, prioritas utama saya adalah yang pertama mencapai swasembada pangan, kedua swasembada energi, ketiga meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat Indonesia, dan keempat mempercepat industrialisasi," papar Prabowo. Ia juga mengingatkan bahwa sumber daya alam yang melimpah di Indonesia harus dikelola dengan bijak agar tidak menjadi "kutukan."

*Filosofi Ekonomi: Jalan Tengah antara Sosialisme dan Kapitalisme*

Prabowo secara tegas menolak model ekonomi yang sekadar mengikuti kekuatan dominan dunia, khususnya filosofi kapitalis neoliberal yang dianggap gagal menciptakan level playing field bagi seluruh rakyat Indonesia. Meskipun mengakui pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil di angka 5% selama tujuh tahun terakhir (35% secara agregat), ia mengkritik fenomena trickle-down effect yang tidak terjadi, di mana kekayaan cenderung terpusat pada kurang dari 1% populasi.

"Setiap negara harus mengikuti filosofi ekonominya sendiri, filosofi ekonomi yang selaras dan dapat diterima oleh budaya dan latar belakang setiap negara," tegas Prabowo. Ia memilih "jalan kompromi" yang menggabungkan elemen terbaik dari sosialisme dan kapitalisme.

"Sosialisme murni, kita telah melihatnya tidak berfungsi. Itu adalah utopia... Kapitalisme murni menghasilkan ketidaksetaraan," jelasnya. Sebaliknya, Indonesia akan mengambil "jalan tengah," memanfaatkan inovasi dan inisiatif kapitalisme, namun dengan intervensi pemerintah untuk mengatasi kemiskinan, kelaparan, dan melindungi kelompok rentan. Hal ini penting untuk menghindari bahaya state capture atau kolusi antara modal besar dan elit politik yang sering terjadi di negara berkembang.

Inti filosofi pemerintahannya, menurut Prabowo, adalah "kebaikan terbesar untuk orang banyak," yang harus diwujudkan melalui pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi sebagai kunci pembangunan cepat.

*Prestasi 7 Bulan Pemerintahan dan Posisi di Kancah Global*

Dalam tujuh bulan kepemimpinannya, Prabowo membanggakan peningkatan signifikan dalam produksi pangan. "Kami telah mencapai peningkatan produksi beras dan jagung sekitar 50%, dan ini adalah peningkatan produksi terbesar secara agregat dalam sejarah Republik Indonesia," ungkapnya. Saat ini, cadangan beras pemerintah mencapai 4,4 juta ton, yang juga merupakan rekor tertinggi.

Keberhasilan ini, menurutnya, dicapai melalui peningkatan efisiensi, pemberantasan korupsi yang kuat, dan deregulasi.

Di ranah hubungan internasional, Prabowo menyoroti peran positif Indonesia, termasuk partisipasi cepat dalam keanggotaan BRICS dan New Development Bank. Ia menyampaikan terima kasih kepada Rusia, Tiongkok, dan Afrika Selatan atas dukungannya.

Menanggapi pertanyaan mengapa ia memilih SPIEF ketimbang G7, Prabowo menjelaskan bahwa itu murni karena komitmen awal. "Indonesia secara tradisi selalu non-blok. Kami menghormati semua negara. Kebijakan luar negeri kami sangat sederhana, satu frasa: 1.000 teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak," pungkasnya, menegaskan komitmen Indonesia untuk persahabatan dan kolaborasi demi kemakmuran global.

Kunjungan dan pidato Presiden Prabowo di St. Petersburg ini menandai debutnya di panggung ekonomi internasional, menunjukkan arah kebijakan luar negeri dan ekonomi Indonesia di bawah kepemimpinannya. (*)

https://youtu.be/l49VMXzTeks?si=JFkyxN_wsBwIcLGd

No comments: