Friday, June 13, 2025

AIR MATA GALANG RAWADANG

*Air Mata Galang Rawadang: Kisah Pilu Bocah 12 Tahun dari Tojo Una-Una Memantik Simpati Nasional dan Kritik Prioritas Pemerintah*

Oleh FIRNAS

TOJO UNA-UNA, SULTENG – Sebuah video yang memperlihatkan tangisan pilu seorang bocah berusia 12 tahun bernama Galang Rawadang telah menggetarkan hati publik dan mendadak viral di media sosial. Dengan suara bergetar dan berlinang air mata, Galang mengungkapkan kerinduannya untuk bisa terus bersekolah, di tengah kondisi ayahnya yang menderita kelumpuhan dan himpitan ekonomi yang mencekik keluarga.

"Pak, saya mau sekolah... saya mau jadi orang pintar...," ucap Galang dalam video tersebut, kalimat sederhana yang menusuk kalbu jutaan netizen.

Galang dikenal sebagai sosok yang sangat gigih dan rajin. Ia selalu menjadi murid yang datang paling pagi ke SDN 2 Wakai, Kecamatan Una-Una, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah. Semangat belajarnya yang tinggi ini kontras dengan kenyataan pahit yang dihadapinya. Ayahnya, yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga, kini tak berdaya akibat kelumpuhan. Kondisi ini membuat impian Galang dan saudara-saudaranya untuk melanjutkan pendidikan terancam pupus karena ketiadaan biaya.

Gelombang Simpati dan Panggilan Kemanusiaan dari Media Sosial

Video yang diunggah dan menyebar luas ini dengan cepat menarik perhatian publik, memicu gelombang simpati dan keprihatinan dari berbagai penjuru Indonesia. Ribuan komentar membanjiri unggahan tersebut, menyatakan dukungan dan harapan agar Galang bisa terus mengejar cita-citanya. Tagar #BantuGalangSekolah dan #ImpianGalang bahkan sempat menjadi tren, menunjukkan solidaritas warganet yang ingin meringankan beban Galang.

Tak hanya itu, banyak netizen yang tergerak untuk berinisiatif menggalang dana di berbagai platform digital. Warganet secara aktif menyebarkan informasi tentang kondisi Galang, berharap bantuan segera sampai kepadanya. Kisah Galang ini seakan menjadi cerminan dari realitas pahit yang dihadapi banyak anak di daerah terpencil: semangat belajar yang membara, namun terhambat oleh keterbatasan ekonomi.

Gelombang simpati ini juga sampai ke telinga tokoh nasional, Susi Pudjiastuti. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan tersebut menunjukkan kepeduliannya melalui akun X (Twitter) pribadinya. "Boleh share address kontak?" tulis Susi Pudjiastuti, menandakan keseriusannya untuk mengulurkan tangan membantu Galang.

*Netizen Soroti Prioritas Anggaran Pemerintah: Antara Kebutuhan Rakyat dan Proyek Megah*

Respon dari Susi Pudjiastuti ini segera disambut berbagai komentar dari netizen yang tak hanya menyampaikan dukungan untuk Galang, tetapi juga menyuarakan kritik tajam terhadap prioritas anggaran pemerintah.

Akun @gerinisk secara spesifik menyoroti ketimpangan sosial dan alokasi dana yang dianggap kurang tepat. Ia mencolek akun Presiden terpilih, Prabowo Subianto: "wo @prabowo orang yg lu kasih jam rolex itu, sdh punya gaji dan sebagian besar dari kalangan berada. satu aja lu tukar rolex nya untk dia banyar sekolah. gue yakin 1 jam rolex bisa sampai di s1. kecuali lu mau rakyat kecil miskin terus, yg suaranya dimanfaatkan pemilu."

Komentar ini secara implisit mengkritik pemberian hadiah atau fasilitas mewah kepada kalangan mampu, sementara masih banyak anak-anak seperti Galang yang kesulitan mengakses pendidikan dasar.

Senada, akun @Amma_xxii juga menyampaikan aspirasi serupa kepada Presiden terpilih: "Tuan presiden @prabowo , anak ini tidak butuh MBG tapi butuh biaya utk sekolah. Anggaran ratusan triliun utk MBG lebih baik dialihkan utk gratiskan pendidikan." 

Komentar ini secara langsung menyentil program besar seperti "Makan Bergizi Gratis" atau sejenisnya yang melibatkan alokasi anggaran fantastis, mengusulkan agar dana tersebut dialihkan untuk membiayai pendidikan gratis, demi kemaslahatan rakyat kecil. "Program MBG itu hanya utk kenyangkan kelompok tertentu saja," imbuh @Amma_xxii, mengindikasikan kekhawatiran adanya kepentingan kelompok tertentu di balik program-program tersebut.

Kisah Galang Rawadang kini tidak hanya menjadi potret individu yang membutuhkan bantuan, melainkan juga simbol dari suara masyarakat yang mendambakan keadilan sosial dan prioritas yang tepat dalam pembangunan nasional. Simpati dari Susi Pudjiastuti dan reaksi netizen yang meluas menunjukkan bahwa isu pendidikan, kesejahteraan rakyat kecil, dan alokasi anggaran yang berpihak pada rakyat masih menjadi perhatian utama di tengah dinamika politik dan program-program pemerintah. 

Kasus Galang diharapkan menjadi pengingat bagi seluruh pemangku kepentingan untuk meninjau kembali komitmen terhadap pemerataan akses pendidikan bagi seluruh anak bangsa. (*)

No comments: