BANGIL – Di negeri yang camilannya makin seragam dan rasanya makin nyeragam, hadir satu bintang dari Pasuruan yang ngajak kita mikir sambil ngunyah: Fazafra, UMKM gokil yang berani nyulap pare dan bayam Brazil jadi snack sehat nan gurih, bukan sekadar kresek-kresek penyumbang kolesterol nasional.
Kita tahu pare itu pahit, kayak kenangan sama mantan yang nikahnya tiba-tiba. Tapi Fazafra? Mereka malah ajak pare berdamai, diajak ngobrol baik-baik, direndam pakai garam 7 jam — lebih lama dari waktu nungguin WhatsApp doi yang centang dua doang.
> “Rasa pahitnya hilang, tapi manfaatnya tetep,” kata Burhan, si empunya Fazafra yang bisa dibilang dukun snack karena bisa nyulap sayuran jadi candu legal.
Padahal, di luar sana, orang-orang lagi sibuk nyari snack kekinian: micin overload, bumbu MSG level akhirat, warna-warni kayak lampu disko, tapi lupa bahwa isi ginjal juga pengen liburan.
Keripik Sehat: Antara Gaya Hidup atau Gaya-gayaan?
Burhan nggak main-main. Selain pare, ia juga ngajak bayam Brazil masuk dunia per-snack-an. Ini bukan bayam biasa yang tumbuh di pinggir got dan dikasih pupuk curhat. Bayam Brazil Fazafra ditanam organik, tanpa pestisida, bebas drama, dan hidup sehat seperti diet yang cuma bertahan dua hari.
> “Kami pakai spinner biar minyaknya luntur, bukan kayak hubungan yang makin lengket tapi toksik,” ujar Burhan sambil mengangkat spinner kayak Thor megang palunya.
Rasanya? Ada lima: original, ayam bakar, BBQ, rumput laut, sampai bawang goreng — biar kamu bisa ngemil sambil nyeruput teh tanpa merasa bersalah pada tubuh sendiri.
—
Kemasan Kekinian, Rasa Kekal
Jangan remehkan tampilan. Fazafra sadar, zaman sekarang orang beli makanan bukan cuma karena lapar, tapi demi bisa pamer di story. Maka dibuatlah kemasan premium aluminium foil, bukan plastik kresek sisa minyak goreng warung.
> “Tahan sampai 6 bulan, bisa buat bekal rindu, atau persiapan kalau zombie apocalypse datang,” kata Burhan penuh keyakinan.
UMKM Tapi Bukan UM-MAGER
Hebatnya, Fazafra nggak cuma ngandelin kaki lima atau tetangga sebelah. Mereka sudah merambah minimarket, pusat oleh-oleh Malang-Batu, dan marketplace nasional. Bisa dipesan online, bisa dikunyah sambil rebahan, dan bisa dicerna tanpa perlu seminar gizi.
Slogannya? “Gurih Bikin Nagih.”
Simpel, seperti cinta yang nggak banyak drama tapi bikin susah move on.
Burhan juga nyeritain gimana pelanggan mulai dari remaja milenial sampai emak-emak pensiunan pada repeat order.
> “Keripik kita nggak alot, jadi yang giginya tinggal dua pun masih bisa senyum waktu ngemil,” ujarnya bangga.
—
Sindiran Halus: Ngemil Cerdas atau Cuma Nge-MIL?
Fazafra jadi cermin buat kita semua. Di tengah banjir makanan instan yang isinya 90% pengawet dan 10% rasa penasaran, UMKM kayak gini jadi pelita di tengah kegelapan snack murahan.
Kalau buruh masih makan mi instan lima kali seminggu, dan anak kos ngandelin gorengan 1.000-an sebagai sumber kalori, maka Fazafra bisa jadi solusi ngemil tanpa rasa bersalah — meskipun harga dan ketersediaannya belum serata krupuk warung.
—
Penutup: Pare, Bayam, dan Perlawanan dari Dapur
Fazafra bukan sekadar pabrik keripik. Ia adalah bentuk perlawanan halus dari dapur rakyat yang bilang,
> “Kami bisa sehat, bisa gurih, bisa nagih… tanpa harus jadi kapitalis makanan olahan.”
Bravo, Fazafra. Teruslah membuktikan bahwa pare bisa manis kalau diolah dengan cinta, dan UMKM bisa naik kelas asal bukan cuma dijanjiin pelatihan tanpa pasar.
> Yang pahit jangan dibuang, kadang justru di sanalah rasa hidup sebenarnya. Seperti pare Fazafra — pahit yang naik pangkat jadi legenda.
https://garengpetruk.com/keripik-pahit-penuh-cinta-fazafra-ketika-pare-jadi-pawang-ngemil-tanpa-dosa/
No comments:
Post a Comment