Saturday, June 28, 2025

Ustadz Umar: Indonesia Kaya Raya, Tapi Ngatur Kayak Main Monopoli. Belajar Dong Sama Umar bin Abdul Aziz!

Penulis: Firnas Muttaqin Pasuruan – Jum’at, 1 Muharrom 1447 H / 27 Juni 2025

PASURUAN – Suasana Masjid Al Kautsar, Tapaan, siang itu khusyuk… sampai Ustadz Umar mulai khotbah, dan suara mikrofon langsung “cek-cek satu dua, mic-nya masih hidup?”
Dan setelah hidup, yang disuarakan bukan cuma dalil, tapi juga kenyataan: Indonesia ini kaya, tapi rakyatnya sering cuma numpang lihat doang.

Kaya Alam Tapi Bokek Hati

Ustadz Umar membuka khutbah dengan fakta miris nan satir:

“Bangsa kita ini kaya banget. Semua tambang ada. Bahkan kita nguasai 40% kekayaan dunia. Tapi rakyat? Masih galau mikirin beras 5 kilo dan WiFi tetangga.”

 

Kekayaan yang katanya cukup buat subsidi 50% pendapatan rakyat setiap bulan, kalau dikelola dengan jujur. Tapi…

“Kalau yang ngatur masih pake mindset ‘buka puasa duluan, yang lain nyusul’, ya rakyat terus yang jadi korban.”

Gareng nyeletuk:

“Ini negara punya tambang emas, tapi manajemennya kayak warung kelontong yang dicatat di dus bekas rokok.”

 

Umar bin Abdul Aziz: Pemimpin Bukan Cuma Jabatan, Tapi Beban

Ustadz Umar lanjut, kali ini ngajak kita kilas balik ke zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Katanya, pemimpin sejati itu bukan yang selfie pas dilantik, tapi yang nangis pas dapet jabatan.

“Dia gak makan sebelum rakyat makan. Gak kenyang sebelum rakyat kenyang. Gak tidur sebelum korupsi minggat!”

Petruk angguk-angguk:

“Kalau pemimpin sekarang? Baru diangkat langsung nyari sponsor buat acara syukuran.”

“Istrimu Boleh Cantik, Tapi Gak Kebal Audit”

Ustadz Umar juga nyeritain kisah legendaris:
Umar bin Abdul Aziz bahkan me-warning istrinya sendiri — adik dari penguasa sebelumnya!
Bentuk nyata bahwa reformasi itu gak kenal KKN, apalagi “keluarga no 1, rakyat nomor 17.”

Gareng komentar:

“Nah lho… Sekarang? Baru mertua dikasih jabatan, langsung bikin plang ‘Kantor Urusan Keluarga Besar’.”

Doa Nasional, Bukan Cuma Doa Formalitas

Khotbah ditutup dengan ajakan serius tapi tetap satir:

“Kalau pemimpin-pemimpin kita dari pusat sampai daerah mau sungguh-sungguh minta ke Allah, insyaAllah bangsa ini bisa dibalikkan.”

 

Petruk nyeletuk sambil geleng kepala:

“Masalahnya, minta ke Allah-nya lima menit, minta proyeknya tiga jam.”

Catatan Penutup Punakawan

Indonesia ini bukan miskin, tapi tersesat di tikungan pengelolaan.
Ustadz Umar gak sedang ceramah politik, tapi realita yang disampaikan lewat kisah orang-orang adil yang dulu gak punya tim buzzer.

Jadi, mau tetap hidup di negeri kaya dengan dompet rakyat yang melarat?
Atau mau mulai serius belajar dari Umar bin Abdul Aziz, yang kalau jadi pemimpin bukan nambah mobil, tapi nambah tangis?

Gareng nutup sambil nyengir:

“Negara bisa makmur, asal pemimpinnya bukan cuma hafal doa, tapi juga ngerti malu.”


Disajikan oleh Redaksi Gareng Petruk — karena khutbah bisa tetap bikin mikir walau dibalut tawa, dan sindiran bisa lebih tajam dari suara toa masjid. (*)


https://garengpetruk.com/ustadz-umar-indonesia-kaya-raya-tapi-ngatur-kayak-main-monopoli-belajar-dong-sama-umar-bin-abdul-aziz/

-----

No comments: