Monday, June 30, 2025

Ustadz Abu Qosim : Bedah Surah Al-Qoshos Ayat 53


Penulis : FIRNAS

PASURUAN — Pengajian rutin Senin malam, 30 Juni 2025, di Masjid Al Ishlah Al Irsyad Pasuruan menghadirkan Ustadz Abu Qosim M. Ikhsan. Dalam kesempatan ini, Ustadz Abu Qosim membahas secara mendalam Al-Qur'an Surah Al-Qashas ayat 53, yang menyoroti sikap golongan Ahli Kitab terhadap wahyu Allah SWT.

Ustadz Abu Qosim menjelaskan bahwa ayat tersebut berbunyi: "Wa iza yutla 'alaihim qalu amanna bihi innahul haqqu mir rabbina inna kunna min qablihi muslimin." Artinya, "Dan apabila (Al-Qur'an) dibacakan kepada mereka, mereka berkata, 'Kami beriman kepadanya, sesungguhnya (Al-Qur'an) itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami. Sungguh, sebelumnya kami adalah orang muslim'."

Menurut Ustadz Abu Qosim, ayat ini menggambarkan respons positif dari sebagian Ahli Kitab (pemilik kitab suci sebelum Al-Qur'an seperti Taurat dan Injil) yang menerima Al-Qur'an sebagai kebenaran dari Tuhan. Mereka mengakui bahwa isi Al-Qur'an selaras dengan ajaran yang telah mereka temukan dalam kitab suci mereka sebelumnya, termasuk mengenai sifat-sifat dan tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad SAW.

Pernyataan "Sungguh, sebelumnya kami adalah orang muslim" menunjukkan bahwa sejak awal, agama yang dibawa oleh semua nabi adalah Islam, yaitu penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Bagi mereka, Al-Qur'an hadir sebagai penegasan dan penyempurna kebenaran yang sudah mereka yakini, bukan sebagai ajaran yang bertentangan. 

Ustadz Abu Qosim menekankan bahwa ayat ini memberi isyarat bahwa ada golongan Ahli Kitab yang memiliki hati terbuka terhadap kebenaran, berbeda dengan mereka yang menolak karena fanatisme atau kesombongan.

Secara keseluruhan, tafsir Surah Al-Qasas ayat 53 ini menyoroti penerimaan kebenaran Al-Qur'an oleh Ahli Kitab yang tulus, menegaskan universalitas ajaran Islam sebagai agama tauhid, dan menunjukkan bahwa keimanan sejati adalah menerima setiap wahyu dari Allah yang membawa kebenaran. (*)

Sunday, June 29, 2025

PASURUAN, Madinah van Java

Pasuruan, Madinah van Java: Perpaduan Spiritualitas dan Warisan Budaya

Oleh: Firnas Muttaqin

Ahad, 29 Juni 2025

Di kawasan pantura Jawa Timur, berdiri sebuah kota yang tenang namun memancarkan cahaya spiritual yang tak pernah redup: Pasuruan. Kota ini bukan sekadar lintasan antara Surabaya dan Malang, melainkan oase keislaman yang hidup dan membumi, tempat di mana agama, tradisi, dan budaya berpadu erat dalam denyut keseharian warganya.

Tak berlebihan jika banyak yang mulai menyebut Pasuruan sebagai "Madinah van Java" — kota yang religius, damai, dan menjadi magnet rohani bagi ribuan umat Islam dari berbagai penjuru negeri.

Ziarah Tak Pernah Henti

Jantung spiritual kota ini berdetak kencang di kawasan Masjid Jami’ Al Anwar, tepat di pusat Kota Pasuruan. Di dalam kompleksnya, bersemayam KH. Abdul Hamid, sosok wali kota sekaligus ulama kharismatik yang semasa hidupnya dikenal zuhud, tawadhu, dan penuh karomah.

Hampir setiap hari, tak henti-hentinya peziarah datang dari luar kota—bahkan luar pulau—untuk menundukkan kepala di makam beliau. Mereka datang dengan niat doa, tabarruk (mengharap berkah), dan merenung dalam hening, berharap mendapatkan setitik hikmah dari sosok sang wali.

Payung Madinah dan Becak Wisata

Seiring waktu, wajah religius ini dibalut dengan sentuhan keindahan modern yang tetap menjaga ruh budaya. Di halaman Masjid Jami’ kini berdiri payung-payung raksasa bergaya Madinah, yang otomatis terbuka saat cuaca panas. Nuansa ini makin menguatkan julukan Madinah van Java.

Tak jauh dari situ, alun-alun Kota Pasuruan menjadi tempat bersantai keluarga dan wisatawan. Anak-anak berlarian di antara rerumputan, dan pedagang kaki lima menyajikan jajanan lokal yang menggoda selera.

Uniknya, para peziarah difasilitasi transportasi khas berupa becak wisata dari terminal wisata ke kompleks masjid dan alun-alun. Perjalanan spiritual pun menyatu dengan pengalaman lokal yang akrab dan ramah.

Warisan Santri dan Kampung Heritage

Identitas Madinah van Java bukan sekadar simbol. Ia berakar dalam sejarah panjang keilmuan Islam dan peran pesantren di wilayah Pasuruan. Kota ini adalah rumah bagi sejumlah pesantren besar dan tua, di antaranya Ponpes Sidogiri yang berdiri sejak 1745—menjadikannya salah satu pesantren tertua di Indonesia, dan Ponpes Darullughah Wadda’wah (Dalwa) yang terkenal sebagai pusat pembelajaran bahasa Arab dan dakwah.

Bagi wisatawan yang ingin memperluas pengalaman, Kampung Heritage Bangilan bisa menjadi tujuan menarik. Di kawasan ini, berdiri puluhan rumah kuno bergaya kolonial dan tradisional tempo dulu. Tak jauh dari sana, berdiri warisan kuliner legendaris: Kopi Tjap Sepoor, produsen kopi yang melegenda sejak zaman Hindia Belanda.

Dari Masa Lalu ke Masa Depan

Pasuruan bukan sekadar kota dengan banyak masjid atau pesantren. Ia adalah ruang hidup bagi nilai-nilai Islam yang ramah, teduh, dan terus tumbuh bersama waktu. Julukan Madinah van Java tak lahir dari klaim kosong, tapi dari napas kehidupan warganya yang menjaga tradisi dan memperkuat spiritualitas.

Dengan gotong royong, peran pesantren, dan kekayaan budaya lokal, Pasuruan sedang menapaki masa depan tanpa kehilangan jati dirinya. Madinah van Java bukan semata slogan, tapi narasi hidup yang lahir dari kebersamaan warga, semangat dakwah ulama, dan kecintaan pada tradisi.

Bagi peziarah, Pasuruan adalah tempat memulihkan hati. Bagi pelancong, ia adalah kota dengan warisan tersembunyi. Bagi warganya, Pasuruan adalah rumah ruhani yang menenangkan, dan cahaya yang terus menyala. (*)


https://jatimlines.id/pasuruan-madinah-van-java-perpaduan-spiritualitas-dan-warisan-budaya/

---

BPJS Kesehatan, dari "Rasa Telo" Hingga "Rasa Durian": Direktur Utama Ungkap Transformasi Pelayanan

Direktur Utama BPJS Kesehatan Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., AAK, mengatakan selain Warga Negara Indonesia (WNI), Warga Negara Asing (WNA) juga bisa merasakan manfaat dari pelayanan BPJS Kesehatan.

Hal itu dikatakan Ghufron saat mengunjungi salah satu rumah sakit di Bali. Ghufron melihat sendiri bagaimana Bule (WNA) asal Amerika Seikat menggunakan layanan kesehatan dengan BPJS.

Meski demikian, WNA yang bisa menggunakan fasilitas BPJS harus memenuhi persyaratan yang berlaku dan sesuai ketentuan Undang-Undang.

-------------‐------------------

JAKARTA — Direktur Utama BPJS Kesehatan, **Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., AAK**, mengungkapkan transformasi luar biasa yang dialami lembaga ini. Dalam sebuah wawancara eksklusif, ia menyebut BPJS telah berubah dari "rasa telo" menjadi "rasa durian," menandakan adanya peningkatan signifikan dalam pelayanan dan pengelolaan.

"Dulu, teman-teman dokter pada nyanyi, 'BPJS rasa telo, BPJS bikin gelo, BPJS rasa ketela, BPJS bikin kecewa'," kenang Prof. Ghufron. "Maka kami masuk ke situ, langsung kita ubah nyanyiannya. BPJS rasa durian, BPJS keren!"

Perubahan ini bukan tanpa alasan. Menurut Prof. Ghufron, saat ini sudah tidak ada tunggakan pembayaran kepada rumah sakit. Bahkan, rumah sakit kini menerima uang muka sebelum verifikasi tagihan selesai, membuat mereka merasa lebih "happy" dan tidak lagi enggan bekerja sama dengan BPJS.

Prof. Ghufron juga menyampaikan bahwa BPJS telah meluncurkan berbagai inovasi, termasuk sistem pendaftaran daring melalui aplikasi **Mobile JKN**. Dengan aplikasi ini, peserta dapat antre dari rumah atau kantor, mengurangi antrean fisik yang dulu sering terjadi.

"Dulu, saya pernah lihat di rumah sakit, yang antre itu sandal jepit sama botol minum. Sekarang enggak perlu kartu, cukup pakai KTP saja," ujarnya.

---

Safety Net Terbesar di Indonesia

Dalam wawancara tersebut, terungkap bahwa BPJS Kesehatan telah menjadi **jaring pengaman sosial (safety net)** terbesar di Indonesia. Bukan hanya untuk masyarakat miskin, tetapi juga untuk kalangan mampu, termasuk para artis dan bahkan warga negara asing.

"Kalau ada orang Indonesia yang belum pernah merasakan BPJS, itu ketinggalan zaman," kata Prof. Ghufron. Ia bahkan menceritakan pengalamannya melihat warga negara asing di Bali yang memanfaatkan BPJS, menegaskan betapa BPJS telah diakui oleh dunia internasional.

Namun, keberlanjutan BPJS Kesehatan tetap menjadi tantangan besar. Prof. Ghufron menyoroti perilaku masyarakat yang belum sadar akan pentingnya gaya hidup sehat. Ia menyebutkan bahwa beban BPJS akan terus meningkat jika masyarakat tidak mengurangi konsumsi gula, garam, lemak, dan rokok.

"Jangan sampai menyesal. Kesehatan bukan segalanya, tapi tanpa kesehatan, segalanya tidak ada artinya," pesannya.

---

Hubungan Hulu-Hilir dan Delapan Skenario Keberlanjutan

Terkait keberlanjutan program JKN, Prof. Ghufron menekankan pentingnya sinergi antara BPJS Kesehatan (hilir) dan Kementerian Kesehatan (hulu). Menurutnya, tugas BPJS hanya mengelola pembiayaan, sementara urusan dokter, fasilitas kesehatan, dan perilaku masyarakat adalah tanggung jawab Kemenkes dan masyarakat sendiri.

"BPJS itu ibarat tukang elap-elap dan tukang bersih-bersih. Kita mengelola dana yang terbatas, sementara hulu tidak dibenahi," tegasnya.

Untuk mengantisipasi berbagai tantangan di masa depan, Prof. Ghufron mengungkapkan bahwa timnya telah menyiapkan delapan skenario berbeda, mulai dari skenario terbaik hingga terburuk.

"Kami sudah bikin delapan skenario. Seandainya ini begini, apa akibatnya? Seandainya begini... itu bukan (asal-asalan), itu dahsyat," ungkapnya.

Namun, ia menegaskan bahwa keputusan akhir ada di tangan pemegang kuasa.

Wawancara ditutup dengan pantun dan pesan yang menggugah: "Satu dekade JKN hadir di Indonesia, rakyat sehat hidup bahagia." Prof. Ghufron berharap masyarakat dapat menyadari bahwa kesehatan itu mahal dan ada yang membayarnya, bukan gratis. Ia mengajak seluruh pihak untuk terus bergotong-royong menjaga kesehatan, karena hal itu adalah tanggung jawab bersama. (*)

Penulis : Firnas Muttaqin 
Ahad, 29 Juni 2025

https://youtu.be/7vBhBi5Mai4?si=WtJNJmmigq3SMiOj

-----'

MEMAHAMI ARTI SEJATI ISTIQOMAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Penulis : Firnas Muttaqin 
Ahad, 29 Juni 2025 

PASURUAN — Dalam sebuah ceramah Ahad pagi (29/6/2025) di Masjid Al Ikhlas, Kebonagung, Kota Pasuruan, Ustadz Umar menjelaskan makna mendalam dari kata *istiqomah* yang sering diulang dalam ajaran Islam. Kata ini bukan sekadar bermakna "lurus," tetapi menurut para ulama, baik klasik maupun kontemporer, istiqomah adalah sikap *konsisten* dan *kontinyu* dalam mempertahankan kebaikan.

Ustadz Umar menjabarkan tiga bentuk istiqomah yang perlu diterapkan dalam kehidupan seorang Muslim:

*1. Istiqomah dalam Akidah (Keyakinan)*

Istiqomah adalah mempertahankan keyakinan kepada Allah SWT dalam keadaan apa pun, baik saat senang maupun susah. Ia mencontohkan kisah pembantu Fir'aun, Masyitah, yang tetap teguh pada imannya meski keluarganya disiksa di depan matanya.
"Ketika kita dalam keadaan lapar, miskin, dan ada yang merayu kita untuk murtad, kita harus tetap mempertahankan akidah," tegasnya.

*2. Istiqomah dalam Akhlak (Sikap)*

Istiqomah dalam akhlak berarti menjaga perilaku, tutur kata, dan sikap di mana pun kita berada. Hal ini mencakup cara berbicara dan bertindak, yang harus selalu dijaga konsistensinya.

*3. Istiqomah dalam Hukum Allah (Syariah)*

Mempertahankan hukum Allah bukanlah hal yang kaku, melainkan melalui sebuah proses. Ustadz Umar memberikan contoh kasus seorang wanita yang mengaku berzina kepada Rasulullah SAW. Rasulullah tidak serta-merta menghukum, melainkan bertanya dan memastikan kondisi kejiwaan wanita tersebut.
"Jadi, hukum Allah itu bukan saklek, tidak, tapi ada prosesnya," jelasnya.

*Istiqomah dalam Ritual Ibadah*

Lebih lanjut, Ustadz Umar menjelaskan bahwa istiqomah juga mencakup ibadah ritual seperti shalat lima waktu dan mengaji. Ia menekankan bahwa istiqomah bukan berarti menghabiskan seluruh waktu untuk beribadah, tetapi menjalankannya sesuai aturan dan waktu yang telah ditentukan oleh Allah.
"Shalat terus-menerus itu juga jelek. Ada waktunya, ada aturannya," ujarnya.

Ia juga mencontohkan shalat sunnah rawatib mu'akkadah yang dianjurkan untuk dikerjakan secara istiqomah, seperti dua rakaat sebelum Subuh dan dua rakaat sebelum dan sesudah Zuhur.

*Dua Kata Kunci dalam Menyikapi Keadaan: Subhanallah dan Masyaallah*

Ustadz Umar juga meluruskan penggunaan kata-kata zikir yang sering keliru. Menurutnya, *Subhanallah* diucapkan saat melihat atau mendengar hal yang buruk dan mungkar. Sementara itu, *Masyaallah* diucapkan saat melihat keindahan ciptaan Allah, seperti pemandangan alam Bromo atau Semeru.

Ia juga menyinggung tentang pentingnya membaca istighfar (*Astagfirullah*) saat menyadari dosa atau kemaksiatan.

*Janji Allah bagi Orang yang Istiqomah*

Ustadz Umar mengutip firman Allah dalam Surat Fushilat (41:30)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ قَا لُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَا مُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰٓئِكَةُ اَ لَّا تَخَا فُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَ بْشِرُوْا بِا لْجَـنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
"Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.""
(QS. Fussilat ayat 30)

dan Surat Al-Ahqaf (46:13) yang menyebutkan janji Allah bagi hamba-Nya yang istiqomah:

اِنَّ الَّذِيْنَ قَا لُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَا مُوْا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ 
"Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah," kemudian mereka tetap istiqamah, tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati."
(QS. Al-Ahqaf 46: Ayat 13)

Ia memberikan contoh nyata tentang bagaimana umat Islam di Palestina tidak gentar menghadapi musuh dengan senjata canggih. "Mereka tidak takut. Kekuatan mereka sebenarnya berasal dari Allah," ujarnya.

Bagi generasi saat ini, terutama Generasi Z yang kerap khawatir tentang masa depan, istiqomah menjadi kunci. "Kalau kamu menghadapi masalah bersama Allah dan berusaha sungguh-sungguh, maka Allah akan memberikan fasilitas kepadamu. Itu janji Allah," tegasnya.

Ia menutup ceramahnya dengan pesan bahwa istiqomah tidak hanya soal ibadah, tetapi juga perlu dibarengi dengan usaha di dunia. Memiliki keahlian dan menguasai teknologi menjadi hal penting agar umat Muslim tidak "dihinakan" oleh orang-orang lain. Dengan berpegang pada akidah, akhlak, dan syariah yang kuat, seorang Muslim akan mendapatkan jaminan Jannah (surga), baik di dunia maupun di akhirat. (*)


https://jatimlines.id/memahami-arti-sejati-istiqomah-dalam-perspektif-islam/

_________