WASHINGTON D.C. – Presiden AS *Donald Trump* beberapa waktu lalu kembali mengambil langkah drastis dengan menarik Amerika Serikat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Keputusan ini, yang didukung penuh oleh kandidat independen *Robert F. Kennedy Jr.* (RFK Jr.), sontak memicu kegaduhan di kalangan elite global. Hal ini diungkapkan oleh *Rod D. Martin*, seorang pengusaha dan pendiri Martin Capital, dalam utas panjang di akun X (sebelumnya Twitter) miliknya pada 15 Juli 2025. Martin, yang dikenal sebagai "Philosopher Capitalist" dan bagian dari tim pendiri PayPal, mengklaim adanya narasi yang tidak disampaikan oleh media arus utama.
Menurut Martin, meskipun WHO baru saja mengesahkan perjanjian pandemi global tanpa partisipasi AS—setelah Presiden Biden sebelumnya sempat bergabung kembali—Trump dan RFK Jr. kini secara tegas kembali menarik diri. Mereka berdua dikabarkan tengah membangun sistem kesehatan internasional yang baru, yang disebut-sebut akan beroperasi "tanpa Tedros, tanpa Tiongkok, dan tanpa cengkeraman Big Pharma."
RFK Jr. secara gamblang menyatakan pandangannya: "Ini bukan tentang mengakhiri kerja sama internasional. Ini tentang mengakhiri korupsi. WHO telah rusak—dikendalikan oleh korporasi dan Tiongkok."
*Tuduhan Korupsi dan Prioritas yang Keliru*
Martin mengamini pernyataan Kennedy, menyoroti dugaan praktik korupsi dan pengaruh asing di tubuh WHO:
* *Yayasan Gates* disebut sebagai donor utama WHO.
* *Tiongkok* dituding menjanjikan $500 juta untuk membeli pengaruh.
* Organisasi seperti *GAVI dan CEPI* disebutkan menyalurkan miliaran dolar ke dalam solusi yang hanya berfokus pada vaksin.
* Prioritas kesehatan dasar seperti *nutrisi, sanitasi, dan layanan kesehatan riil* dituding telah dilupakan.
Selain tuduhan korupsi dan kedekatan dengan Partai Komunis Tiongkok (CCP), Martin juga mengkritik fokus WHO. "Sementara WHO terobsesi dengan 'Penyakit X' dan pandemi fiktif, pembunuh sesungguhnya seperti malaria, TBC, dan HIV—yang membunuh lebih dari 2 juta orang per tahun—kurang didanai, diabaikan, atau bahkan dananya ditarik," tegasnya.
*Visi Trump-Kennedy: Kontrol Lokal dan Sistem Kesehatan Nasional yang Kuat*
Agenda yang diusung oleh Trump dan Kennedy disebut Martin sebagai pembalik narasi dengan fokus pada:
* Kontrol di tingkat lokal.
* Sistem kesehatan nasional yang lebih kuat.
* Peningkatan nutrisi dan pembangunan ekonomi.
* Tidak ada *lockdown*, mandat, atau sensor.
"Slogan 'Make America Healthy Again' bukanlah sekadar slogan. Itu adalah cetak biru," tambah Martin. Ia bahkan mengklaim bahwa kesepakatan Moderna senilai $700 juta untuk flu burung berbasis mRNA telah dibatalkan, dengan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS) menyatakan, "Kami tidak akan mengulangi kebohongan dan penutupan informasi dari pemerintahan sebelumnya."
WHO Dituding Mewakili Kepentingan Donor dan Tiongkok
Martin secara terang-terangan menuduh WHO tidak mewakili sains, melainkan "kontrol donor, keuntungan farmasi, dan korupsi Tiongkok." Ia menyebut WHO telah gagal dalam menangani COVID-19, berbohong tentang asal-usulnya, dan membantu menyensor perbedaan pendapat. "Dan sekarang mereka ingin kekuasaan lebih? Tidak, terima kasih," katanya.
Bahkan, menurut Martin, orang dalam WHO sendiri mengakui bahwa ini bukan tentang "kesehatan publik," melainkan "pemaksaan politik dan finansial." Contohnya, menolak mandat akan berakibat pada hilangnya pendanaan, dan menolak pengawasan akan menyebabkan hilangnya akses perdagangan. "Itu bukan kedokteran. Itu pemerasan, yang disponsori oleh CCP," tulis Martin.
RFK Jr. dinilai benar dalam pandangannya bahwa AS harus memimpin aliansi kesehatan baru bersama negara-negara berdaulat, bukan birokrat global. Aliansi ini harus fokus pada kesehatan riil, bukan identitas digital, serta membangun ketahanan, bukan ketergantungan pada vaksin yang tidak menjalani uji klinis yang memadai.
"Trump mengakhiri perang Tiongkok dan Bill Gates terhadap kebebasan Anda—yang disamarkan sebagai 'kesiapsiagaan pandemi'," pungkas Rod D. Martin. "Tidak ada lagi WHO. Tidak ada lagi mandat. Tidak ada lagi penyerahan kedaulatan Amerika kepada elite global. Cukup!"
Sementara itu, kemarin mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari, melayangkan peringatan keras kepada Presiden Prabowo Subianto terkait tenggat waktu persetujuan amandemen International Health Regulation (IHR) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 19 Juli 2025.
Pernyataan tersebut disampaikan melalui kanal YouTube miliknya, (Selasa, 15/7/2025) di mana ia mendesak agar Indonesia tidak menyetujui amandemen tersebut. Ia menilai bahwa aturan baru ini sangat berbahaya bagi kedaulatan bangsa.
Ia menjelaskan bahwa IHR adalah regulasi kesehatan internasional dari WHO. Menurutnya, amandemen tersebut sudah disetujui secara tidak sah beberapa bulan lalu. Tanggal 19 Juli menjadi batas akhir persetujuan final oleh seluruh negara anggota.
Siti Fadilah secara spesifik menyuarakan kekhawatiran terhadap keterkaitan IHR dengan Pandemic Agreement, yang menurutnya akan menghilangkan hak negara untuk melindungi rakyatnya secara mandiri. Jika disahkan, katanya, presiden Indonesia tidak akan lagi bebas mengambil keputusan saat pandemi. (Lihat dan baca kembali artikel ini di jatimlines: https://jatimlines.id/amandemen-ihr-who-ancam-kedaulatan-siti-fadilah-desak-prabowo-tolak/)
Penulis: Fim
https://jatimlines.id/trump-rfk-jr-tarik-as-dari-who-dan-klaim-aliansi-kesehatan-baru/
---
No comments:
Post a Comment