Saturday, July 26, 2025

Bandeng Rahman: Kisah Sukses Budidaya Udang Vanamei di Kalianyar Bangil Pasuruan, Berawal dari Dua Kolam hingga Rencana Pengembangan Skala Besar Proyek Komunal


PASURUAN, 26 Juli 2025 – Di tengah hiruk pikuk sentra perikanan di Kalianyar, Bangil, Pasuruan, nama "Bandeng Rahman" mungkin lebih dikenal karena komoditas udang *Vanamei*-nya yang berkualitas. Usaha budidaya yang dikelola oleh Bapak Rahman ini telah menunjukkan pertumbuhan signifikan sejak dimulai pada tahun 2020, bahkan di tengah gempuran pandemi COVID-19. Berawal dari dua kolam kecil, kini Bandeng Rahman sedang merancang rencana pengembangan skala besar melalui skema investasi komunal.

Investasi Awal dan Strategi Budidaya Udang Vanamei

Bapak Rahman memulai usahanya pada tahun 2020 dengan modal awal sekitar Rp300 juta untuk dua kolam berukuran masing-masing 600 meter persegi. Kedua kolam tersebut difokuskan sepenuhnya pada budidaya udang *Vanamei*. Setiap kolam ditebari sekitar 100 ribu benih udang yang didatangkan langsung dari Besuki, Situbondo.

Proses budidaya udang *Vanamei* membutuhkan waktu sekitar tiga bulan hingga panen penuh. Namun, Bapak Rahman menerapkan strategi panen parsial atau sebagian, yaitu sekitar 20-25% dari total bibit, ketika udang mencapai usia 50-60 hari. Hal ini memungkinkan perputaran modal yang lebih cepat dan mengurangi risiko kerugian massal. Udang yang dipanen sebagian ini memiliki ukuran sekitar 100 ekor per kilogram.

Persiapan kolam menjadi kunci sukses budidaya ini. Kolam harus bersih dan di-disinfeksi sesuai SOP. Kemudian, dilakukan penumbuhan plankton yang memakan waktu satu hingga 10 hari. Setelah plankton tumbuh, barulah benih udang dimasukkan. Pemberian pakan (pelet/pur) dilakukan tiga kali sehari pada awal pertumbuhan dan meningkat menjadi empat kali sehari setelah udang berusia satu bulan, dengan jadwal ketat pukul 07.00, 11.00, 15.00, dan 19.00 WIB. Pakan diambil langsung dari distributor pabrikan, dengan merek Evergreen menjadi pilihan utama.

*Diversifikasi ke Nila dan Peluang Bisnis*

Dari hasil budidaya udang yang maksimal di dua kolam awal, Bapak Rahman kemudian berhasil membangun tiga kolam bulat berukuran lebih besar. Selain udang, sekitar setahun terakhir, Bandeng Rahman juga mulai merambah budidaya ikan nila. Untuk kolam seluas 600 meter persegi, kolam nila diisi sekitar 30 ribu ekor bibit.

Ketika ditanya perbandingan keuntungan, Bapak Rahman dengan jujur menyebut bahwa budidaya udang jauh lebih menguntungkan secara profit, mencapai 40-45% dalam kondisi normal. Meskipun demikian, ia mengakui bahwa risiko kerugian akibat cuaca atau kebersihan lingkungan sama besar antara udang dan nila.

Pemasaran hasil panen Bandeng Rahman terbilang lancar. Para pedagang langsung datang ke lokasi tambak, sehingga tidak perlu repot mencari pasar. Ikan nila umumnya dijual kembali di pasar lokal, sementara udang *Vanamei* sebagian besar disuplai ke pabrik pengolahan, sisanya dijual ke pasar.

Dengan modal operasional sekitar Rp50-60 juta untuk satu kolam udang selama tiga bulan, Bapak Rahman bisa menghasilkan hingga 1,5 ton udang, dengan omzet mendekati Rp100 juta. Usaha ini dikelola secara efisien dengan bantuan dua orang pekerja, termasuk putranya, serta Bapak Rahman sendiri.

*Rencana Pengembangan Skala Besar dan Proyek "Perumahan" Tambak*

Melihat potensi besar ini, Bandeng Rahman memiliki rencana pengembangan skala besar. Bapak Rahman berencana membangun semacam "perumahan" tambak dengan sistem *coupling* atau per kolam. Dalam skema ini, investor akan disediakan sarana dan dampak sarananya, kemudian investor yang akan membangun kolamnya sendiri. Sistem pembagian keuntungan (sharing profit) akan disepakati di awal. Dan pengelolanya diserahkan ke pihak profesional, dalam arti yang ahli dibidangnya/teknisi.

Untuk membangun satu kolam dengan luasan 600 meter persegi, investor diperkirakan membutuhkan biaya minimal Rp100 juta, termasuk terpal dan operasional awal. Proyek ini akan menyasar komunitas pembudidaya dan investor perorangan, khususnya dari regional Jawa Timur. Komoditas utama yang akan dibudidayakan tetap udang *Vanamei*, meskipun budidaya nila juga bisa dipertimbangkan tergantung permintaan investor. Kerja sama ini diharapkan berlangsung minimal 2-3 tahun.

Rencana pengembangan ini juga didukung oleh keterlibatan Bapak Rahman dalam forum Komunikasi Petambak Indonesia (FKPI) yang baru-baru ini mengadakan kegiatan di Surabaya. Forum ini menjadi ajang berbagi pengetahuan budidaya, membahas kendala, antisipasi, serta promosi produk-produk sarana tambak seperti *kincir*, *blower*, dan pompa. Rekomendasi dari forum tersebut memberikan gambaran teknis budidaya yang benar dan berkualitas, terutama dalam menghadapi faktor-faktor cuaca yang sering menjadi tantangan.

Dengan visi ke depan yang jelas dan pengalaman bertahun-tahun dalam budidaya perikanan, Bandeng Rahman dari Kalianyar Bangil Pasuruan siap melangkah lebih jauh, tidak hanya memperkuat posisinya di industri perikanan lokal tetapi juga membuka peluang investasi bagi pihak lain yang tertarik pada potensi udang *Vanamei* dan ikan nila. (*)

---

Kontak Kerjasama:
Rahman : 0812-5244-5888
Firnas Muttaqin : 0858-5352-0030
Markhan : 0813-3417-4042

No comments: