Tuesday, July 15, 2025

NAHLA: Kisah Guru Bahasa Inggris Asing di Sekolah Jepang – Lebih dari Sekadar Mengajar Bahasa


Penulis : Firnas Muttaqin 
Selasa, 15 Juli 2025

TOKYO – Menjadi seorang guru asing di Jepang, khususnya sebagai Assistant Language Teacher (ALT), membawa perspektif unik tentang sistem pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai moral. Nahla, seorang ALT asal Indonesia, berbagi pengalamannya mengajar Bahasa Inggris di Sekolah Dasar (SD) Jepang, yang ternyata lebih dari sekadar mengajar kosakata atau tata bahasa.

"Saat pertama kali mau mengajar di SD Jepang, aku sempat mikir, 'Apakah iya anak-anak di sini mau nurut sama guru asing?'" kenang Nahla. Ia menjelaskan bahwa perannya sebagai ALT bukan hanya mengajar bahasa Inggris, tetapi juga terlibat penuh dalam kehidupan sehari-hari sekolah. 

Pelajaran terpenting yang ia dapatkan adalah kekuatan utama SD di Jepang bukan pada kurikulum akademiknya, melainkan pada penanaman nilai-nilai seperti sopan santun dan disiplin sejak dini, bahkan kepada guru asing sekalipun.

Nahla menceritakan sebuah insiden kecil yang sangat berkesan. "Pernah satu waktu ada anak yang bertanya ke aku tentang hijab, 'Sensei itu apa namanya? Panas, enggak boleh enggak dilepas?'" Guru Jepang yang mendampinginya langsung merasa tidak enak dan berulang kali meminta maaf, padahal Nahla dengan senang hati akan menjawab. 

"Intinya, bukan pada jawaban kenapa mereka bisa patuh dan taat, tapi pada apa yang ditanamkan dan ditekankan kepada mereka sejak dini," tegas Nahla.

Ia mengungkap bahwa murid-murid di Jepang sangat aktif untuk menanyakan tentang latar belakangnya. Menurutnya, hal ini sangat baik karena mereka juga bisa menambah wawasan yang belum pernah dipelajari sebelumnya. 
Selama dua tahun di Jepang, Nahla merasa sangat dihargai. Bagaimana tidak, setiap sekolah memberikannya ruang shalat yang layak, hingga mengajak seluruh anggota sekolah untuk kenal dan menghargai Nahla.
 
“Ada satu sekolah mencetak flyer untuk seluruh anggota sekolah ketika saya datang yang menceritakan latar belakang saya. Orang Indonesia, berhijab, Islam, apa itu Islam, prayer room, peringatan agar tidak berisik di sekitar prayer room, dan lain sebagainya. Saya sangat terharu saat itu,” ungkapnya.

Hubungan Nahla dan murid-muridnya di Jepang juga sangat bersahabat. Nahla selalu mendukung mereka yang mengalami kesulitan di kelas. Sebaliknya, murid-murid pun antusias sekali ketika jam pelajaran Nahla. 

“Murid murid juga alhamdulillah sangat apresiasi saya, banyak yang bilang jadi semangat belajar bahasa Inggris sejak saya mengajar jadi ALT mereka,” tambahnya. 

‘Naara sensei (guru)’, ‘Naara I love you’, jadi ucapan yang sering dijumpai Nahla saat berada di sekolah Jepang. 

Tak sedikit juga yang meminta tanda tangan Nahla usai mengajar, seolah-olah Nahla adalah seorang idola. “Saya berdoa agar seterusnya saya akan terus merasa diterima seperti ini,” tutur Nahla.

Ia menambahkan, sebagai sesama guru, penting untuk menghargai proses belajar anak, termasuk disiplin. "Semua dibentuk lewat rutinitas, bukan hukuman. Jadi mereka itu tertib bukan karena takut, tapi karena terbiasa," jelasnya.

*Jalur Menjadi Guru Bahasa Inggris (ALT) di Jepang*

Nahla, yang merupakan lulusan Sastra Jerman, membuktikan bahwa latar belakang pendidikan bahasa Inggris tidak mutlak menjadi syarat. "Aku sendiri lulusan Sastra Jerman dan berhasil diterima jadi guru Bahasa Inggris atau ALT di Jepang," ujarnya bangga.

Ia membagikan tiga kunci utama untuk berhasil menjadi ALT:

1. Perkuat skill Bahasa Inggris: "Kalian akan bersaing dengan para native speakers, jadi ini paling penting."

2. Cari perusahaan dispatch yang bisa mensponsori visa kerja: 
Bagi yang sudah tinggal di Jepang, bisa langsung melamar ke lembaga pendidikan (board of education) di kota tempat tinggal.

3. Siapkan motivation letter: 
Surat ini harus menunjukkan ketertarikan untuk mengajar di Jepang, komitmen untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja, dan minat pada budaya Jepang.

*Gaji dan Biaya Hidup di Jepang*

Salah satu pertanyaan yang sering diajukan adalah mengenai gaji ALT di Jepang dan kecukupannya untuk biaya hidup. Nahla merinci:

ALT di bawah pemerintah kota (direct hire): 

Gaji awal sekitar 335.000 Yen per bulan atau sekitar 4 juta Yen per tahun.

ALT di bawah perusahaan dispatch: Gaji awal berkisar 230.000 - 250.000 Yen per bulan.

Nahla juga memaparkan perkiraan biaya hidup bulanan (living cost) di Jepang, khususnya di luar Tokyo:

Apartemen studio: 
30.000 - 45.000 Yen.

Makan sehari-hari: 
Sekitar 1.000 Yen per hari atau 30.000 Yen per bulan.

Transportasi ke sekolah: Ditanggung kantor (gratis), bahkan ada insentif jika naik sepeda.

Listrik (distrik): 5.000 - 7.000 Yen.

Wifi, air, gas: 10.000 - 15.000 Yen.

"Jadi kalau ditotal untuk kebutuhan primer sendiri kemungkinan besar sekitar 75.000 - 90.000 Yen," kata Nahla. 

Menurutnya, gaji tersebut sudah cukup untuk menutupi biaya hidup di Jepang, namun ia menekankan, "Pastikan kalau kalian tinggal di Tokyo, gaji kalian harus lebih dari itu ya, karena biaya hidupnya jauh lebih mahal."

*Pengalaman Budaya dan Komunitas di Jepang*

Nahla juga berbagi kisah tentang kehidupan sosialnya di Jepang, termasuk partisipasinya dalam berbagai kegiatan dan komunitas:

1. Kelas Bahasa Jepang terjangkau: "Kami punya kelas Bahasa Jepang yang sebenarnya ditujukan untuk relawan Jepang. Sangat terjangkau, hanya 1.000 Yen per sesi."

2. Komunitas Indonesia dan Daido-gei: 
Nahla aktif di komunitas Indonesia dan salah satu acara favoritnya adalah Daido-gei, pertunjukan jalanan di mana seniman internasional menampilkan keahlian seperti juggler, pesulap, dan penari. "Seluruh kota terasa begitu hidup dan berenergi," ujarnya.

3. Festival Indonesia-Jepang: 
Ia terlibat dalam festival ini tahun lalu yang diselenggarakan oleh komunitas lokal dan Masjid Tokyo Camii, bahkan beberapa anggota parlemen dan guru-guru Jepangnya ikut hadir.

*Visa Instruktur dan Peluang Karir Lain*

Nahla menjelaskan mengenai Visa Instruktur, yaitu visa khusus bagi mereka yang bekerja di sektor pendidikan di Jepang, termasuk untuk ALT. Visa ini memungkinkan pemegang visa untuk mengajar di institusi pemerintah seperti sekolah dasar atau menengah.

Ia juga membedakannya dengan Visa Jitu (Visa Spesialis Humaniora) yang digunakan untuk mengajar di lembaga non-pemerintah seperti English Conversation School (Eikaiwa). Kedua jenis visa ini umumnya memperbolehkan pemegangnya membawa keluarga.

*Tips Lolos Wawancara dan Perbedaan Perusahaan Dispatch*

Nahla membagikan empat tips penting untuk lolos wawancara kerja sebagai ALT, terutama bagi non-native speakers:

1. Miliki setidaknya gelar sarjana (bachelor's degree): 
"Saya punya gelar sarjana tapi bukan guru, jadi jangan khawatir jika Anda bukan guru, coba saja melamar."

2. Tunjukkan pengalaman mengajar: 
Cantumkan semua pengalaman mengajar, baik formal, privat, sukarela, maupun paruh waktu. Nahla sendiri memiliki pengalaman mengajar paruh waktu selama 6 tahun.

3. Motivation letter: 
Ini bagian penting yang akan dijelaskan lebih lanjut di kesempatan lain karena penjelasannya panjang.

4. Persiapkan diri untuk wawancara dan demo mengajar: 
Terutama jika melamar langsung ke pemerintah, wawancara dilakukan secara langsung (in-person) dengan berbagai panelis dan akan ada demo mengajar. "Tidak ada kertas untuk membaca draf, Anda harus menjawabnya secara spontan," katanya.

Nahla juga menyinggung tentang perbedaan gaji dan tunjangan antara melamar langsung ke lembaga pendidikan pemerintah (direct hire) dan melalui perusahaan dispatch (pihak ketiga). Gaji melalui perusahaan dispatch umumnya lebih rendah karena ada pemotongan untuk biaya bantuan penempatan. Namun, ini bisa menjadi pilihan awal yang baik bagi mereka yang ingin segera ke Jepang.

"Menjadi guru di Jepang adalah sesuatu yang luar biasa," tutup Nahla. "Sebagai ALT, bukan hanya menjadi asisten bahasa, tapi juga seorang guru. Anda mendapatkan perspektif baru, memotivasi pelajar, dan memperoleh pengetahuan. Tentu, semuanya tidak mudah. Ada banyak hal yang harus dilakukan, misalnya seperti beradaptasi dengan perbedaan Bahasa Jepang dan menunjukkan minat baru, tapi itu yang membuat pengalaman ini sangat menarik."

Sumber tulisan:
TikTok Nahla (@naaradiaries)
Kompas.com

Tayang disini:
https://jatimlines.id/nahla-guru-bahasa-inggris-di-jepang/

No comments: