Oleh Firnas Muttaqin, Jatim
Ahad, 13 Juli 2025
Berbek Sidoarjo - Siapa sangka, di balik sudut kecil RT 2 RW 1 Desa Berbek, Sidoarjo, tersembunyi sebuah dunia rasa yang sarat makna dan ketekunan. Jauh dari gemerlap pusat perbelanjaan atau deret toko modern, kampung ini tumbuh sebagai pusat produksi jajan pasar yang sudah bertahan lebih dari tiga dekade—bahkan lintas generasi.
Di kampung ini, aktivitas tak kenal henti dimulai saat malam menebarkan senyap. Ketika sebagian besar orang mulai merebahkan badan, warga Berbek justru mulai menghidupkan dapur. Ada yang memulai jam sembilan malam, ada pula yang baru bersiap di dini hari. Semua dilakukan demi mengejar waktu: pesanan dari pasar, dari hajatan, dari para pengecer yang akan datang menjelang subuh.
Tak kurang dari tiga puluh produsen jajan tersebar di lingkungan ini. Lemper, nogo sari, donat, hingga ketam sambal adalah beberapa contoh kekayaan rasa yang mereka hasilkan setiap hari. Tak ada mesin besar atau lini produksi industri—hanya tangan-tangan terampil yang bekerja dalam keheningan dan kehangatan rumah masing-masing.
Apa yang lebih membanggakan, hasil karya warga Berbek ini telah menjangkau wilayah yang lebih luas, hingga ke Surabaya. Dengan harga jual rata-rata hanya Rp1.600 per buah, jajanan ini tidak hanya bersaing dari sisi rasa, tapi juga menyampaikan pesan tentang nilai kebersamaan dan semangat bertahan.
Cerita-cerita seperti inilah yang mengingatkan kita bahwa produk lokal bukan sekadar barang konsumsi. Ia adalah cermin budaya, saksi perjuangan, dan bukti nyata bagaimana tradisi bisa terus hidup meski zaman terus berubah. Kampung Jajan Berbek bukan sekadar kampung kue, ia adalah warisan yang hidup—dan terus menghidupi.
Mari kenali, dukung, dan banggakan produk lokal. Karena kadang, cerita paling istimewa justru bermula dari desa kecil, dari Sidoarjo Jawa Timur. (*)
Tayang disini
https://jatimlines.id/kampung-jajan-berbek-sidoarjo/
No comments:
Post a Comment