Friday, July 11, 2025

“Si Putih” dan Jalan Panjang Kemanusiaan12 Tahun Ambulans LAZISMU Kota Pasuruan



Oleh: Firnas Muttaqin

I. Dari Kaleng Recehan ke Roda Kehidupan

Ahad pagi, 17 Februari 2013, halaman Masjid Darul Arqom Kota Pasuruan menjadi saksi sejarah kecil yang penuh makna besar. Sebuah mobil putih mungil, Daihatsu Grand Max, diresmikan sebagai ambulans kemanusiaan pertama milik LAZISMU se-Indonesia. Mobil ini diberi nama “Si Putih”.

Apa yang membuatnya istimewa? Bukan sekadar pelat nomor atau sirene di atapnya. Tetapi asal-usulnya yang mulia: uang recehan. Ya, recehan dalam kaleng infak kecil yang dikumpulkan selama tiga tahun dari warung, masjid, rumah warga—dari tangan-tangan yang mungkin tak mampu memberi banyak, tapi ikhlas memberi yang mereka bisa.

Dari recehan menjadi jutaan. Dari impian menjadi kendaraan nyata. Dari kepedulian menjadi kendaraan yang membawa nyawa.

Di balik kemudinya adalah sosok sederhana: Agus Salim. Sejak 2013, ia menjadi sopir, penjaga harapan, dan saksi bisu perjalanan Si Putih sejauh 200.782 kilometer, menyusuri jalanan dari Pasuruan hingga Jakarta, dari Madura hingga Lombok, demi satu misi: menolong yang sakit, menyelamatkan yang lemah.

II. Dita: Ikhtiar Seorang Anak untuk Hidup

Di antara ribuan pasien yang pernah dibawa oleh Si Putih, nama Pramudita Sulistyorini, atau Dita, menjadi salah satu yang paling dikenang. Sejak usia 5 tahun, Dita telah berjuang melawan penyakit bocor ginjal. Kini, di usia 12 tahun, ia masih bertahan, masih berjuang, dan tetap penuh harapan.

Dita adalah cucu dari almarhum Bapak Muksam, mantan kepala SMP Muhammadiyah Pasuruan. Sang ibu kini mengasuhnya seorang diri setelah kepergian ayahnya. Di tengah keterbatasan ekonomi dan kondisi medis yang kompleks, keluarga ini tidak menyerah.

Pernah suatu waktu, karena panik saat Dita demam tinggi, sang ibu membawanya ke rumah sakit umum terdekat. Bukannya membaik, pengobatan justru memperburuk kondisi ginjalnya. Sejak saat itu, ambulans LAZISMU berkomitmen penuh mengantar Dita ke RS Saiful Anwar Malang, rumah sakit rujukan yang paling aman untuk kondisinya.
Perjalanan-perjalanan panjang inilah yang menjadi inspirasi lahirnya program “Donasi Ikhtiar Sembuh” dari LAZISMU. Karena dari semangat seorang anak dan ibunya, kita belajar bahwa kesembuhan bukan hanya tentang obat, tapi tentang dukungan, harapan, dan ketekunan.

III. Si Putih Tak Lagi Sendirian

Tahun 2020, LAZISMU membuka program pengadaan ambulans kedua. Kali ini, kendaraan yang dibidik adalah Toyota Innova—lebih luas, lebih nyaman untuk pasien.

Menariknya, penggalangan dana untuk armada kedua datang dari berbagai bentuk: ada donatur yang menyumbang secara mencicil, ada yang bayar kontan, dan ada pula yang menyumbang kayu jati glondongan, hasil dagang mebel. Semuanya menunjukkan bahwa semangat berbagi tak pernah mengenal bentuk atau batas.

Akhirnya, pada Februari 2021, ambulans kedua hadir. Sejak saat itu, Si Putih beralih fungsi: ia kini melayani jenazah dan pasien dengan penyakit menular seperti TBC. Tapi ingatan dan jejaknya tak pernah diganti. Ia tetap dikenang sebagai pelopor ambulans LAZISMU pertama secara nasional.

Penutup: Harapan yang Bergerak

Selama 12 tahun, Si Putih bukan hanya mengantar tubuh, tapi juga membawa doa, menyemai harapan, dan menjadi saksi bisu ikhtiar manusia untuk sembuh.
Kini, LAZISMU Kota Pasuruan mengajak kita semua untuk melanjutkan langkah ini. 

Melalui program Donasi Ikhtiar Sembuh, mari bantu anak-anak seperti Dita. Mari kita rawat semangat kemanusiaan ini agar terus bergerak, sejauh apa pun, selama nyawa masih butuh ditolong. Karena dalam setiap kilometer Si Putih, terselip satu pesan: "Kita hidup, untuk membuat orang lain tetap hidup." (*)

No comments: