Penulis: Firnas Muttaqin
Rabu, 9 Juli 2025
JAKARTA, INDONESIA – Dalam sebuah episode mendalam Podcast Dokter Richard Lee, sosok yang pernah menjadi ikon bisnis kecantikan, Medina Zein, membuka diri tentang perjalanan hidupnya yang penuh gejolak. Dari puncak kesuksesan dengan penghasilan miliaran rupiah hingga keterpurukan yang membawanya ke balik jeruji besi, Medina Zein membagikan pelajaran pahit dan tekadnya untuk bangkit kembali.
Dokter Richard Lee memulai perbincangan dengan menyapa Medina yang kini berstatus single setelah bercerai dari Lukman Azhari. "Senang banget loh lihat kamu duduk di sini lagi," kata Dokter Richard, mengakui bahwa Medina pernah menjadi panutannya di awal karir skincare. "Kamu tuh panutanku ketika aku belajar skincare dulu yang pertama kali endorse Raffi Ahmad itu kan adalah MD Glow ya. Pada waktu itu tuh jualan online tuh masih belum marak. Kamu duluan yang peloporin."
Namun, ia juga tak dapat menyembunyikan rasa heran atas perubahan drastis dalam hidup Medina. "Tapi kenapa kamu jadi seperti ini? Kamu dengan semua keglamoran kamu, kamu dengan semua potensi kamu... Sampai akhirnya kamu, mohon maaf ya, kamu di penjara, ribut dengan banyak selebriti, bercerai, menjual semua aset kamu, bahkan berhutang."
Jumawa dan Keserakahan: Akar Kehancuran Bisnis
Medina Zein mengakui bahwa kehancurannya bermula dari keserakahan dan sikap jumawa. "Ya akunya Jumawa itu, Dok. Jadi orang kesal karena kesombongan, keangkuhan aku gitu dan mulut aku memang nyebelin dulu. Jadi kayak merasa diri bisa menang dari segala kasus."
Ia menjelaskan bahwa diversifikasi bisnis yang terlalu ambisius tanpa fokus menjadi bumerang. "Aku kan buka travel, buka fashion, buka banyak bisnis yang akhirnya aku tidak fokus dengan bisnis skincare aku." Padahal, klinik dan bisnis online MD Glow adalah tulang punggung pendapatannya.
"Dulu aku kebanyakan fashion show ke luar negeri, sudah kayak ya sudahlah, klinik sudah autopilot di otak aku," kenangnya. Ini adalah awal dari kehancuran, di mana bisnis yang dibangun 12 tahun lamanya, habis dalam setahun.
Dokter Richard Lee menanyakan apakah kehancuran itu karena foya-foya atau terlalu "bucin" (budak cinta). Medina menegaskan dirinya bukan tipe yang bucin, melainkan sangat hobi kerja. Namun, ia mengakui tidak memiliki manajemen keuangan yang baik. "Semua di-handle sendiri, one man show. Semua bertumpu di badan aku." Analisa Dokter Richard bahwa perusahaannya sebenarnya bobrok di dalam, meskipun tampak mengagumkan di luar, dibenarkan oleh Medina.
Jatuh Bangun di Balik Jeruji Besi dan Isu Kesehatan Mental
Perjalanan Medina Zein ke Lapas adalah titik terendah dalam hidupnya. Ia divonis dalam tiga kasus, salah satunya pencemaran nama baik terkait perseteruan di media sosial dan undang-undang perlindungan konsumen. Ia mengakui dirinya dulu "cegil" (istilah gaul untuk "cewek gila"), sulit mengendalikan emosi dan perkataan. "Ngeri mulut aku dulu tuh. Aku baru tobat sekarang."
Medina juga mengungkapkan bahwa ia didiagnosis bipolar sejak 2013-2014, yang mungkin memengaruhi perilakunya. Ia kerap tidak sadar dengan apa yang diucapkannya saat marah. Saat itu, banyak yang tidak berani menasihatinya karena ia merasa "punya power."
Titik terendah lain adalah ketika ia terpaksa memberhentikan semua karyawannya dan menjual seluruh asetnya untuk membayar pesangon dan THR menjelang Lebaran. "Benar-benar enggak ada pemasukan sama sekali. Nol, hancur banget." Bahkan, brand MD Glow pun diambil alih pabrik tempatnya produksi karena gagal bayar.
Ia juga sempat dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Cisarua karena stres berat hingga melakukan self-harm. "Semuanya lah, Dok. Itu akumulasi semuanya," katanya, merujuk pada kebangkrutan bisnis, masalah keuangan, perceraian, dan perseteruan yang bertubi-tubi.
Hubungan Toksik dan Pelajaran Berharga dari Penjara
Hubungan dengan mantan suami terakhirnya, Lukman Azhari, juga penuh drama, termasuk KDRT dan orang ketiga. Meskipun ia yang menggugat cerai saat di Lapas, Medina mengakui mantan suaminya tidak meninggalkannya saat susah. "Dia nemenin kamu sampai kamu susah kan," kata Dokter Richard. "Iya. Tapi aku minta cerai," jawab Medina, karena hubungannya sudah terasa toksik dan ia ingin memulai hidup baru. Kini, anak-anaknya tinggal bersama sang ayah.
Di dalam penjara, Medina merenungkan banyak hal. Ia banyak menulis, seperti menulis novel, mencatat kesalahan di masa lalu, dan merencanakan masa depan. "Di dalam enggak ada TV, enggak ada alat komunikasi, enggak ada apa-apa. Jadi kita paling kalau misalkan dari jam setengah enam pagi sampai jam lima sore ya kegiatannya kalau misalkan yang punya kegiatan misalkan yang jadi tamping ya bekerja, tapi kalau yang enggak ya bengong aja gitu. Jadi aku sibukin dengan menulis, baca buku gitu."
Pelajaran terpenting yang didapatnya adalah hidup lebih sederhana, lebih sabar, dan tidak pilih-pilih teman. "Aku lebih sabar sih pas pulang dari Lapas itu lebih sabar karena kondisi begitu aja aku masih bisa loh menjalani kehidupan aku gitu. Masa sih di luar enggak bisa?"
Bangkit dari Nol dan Ketenangan sebagai Target Hidup
Saat keluar dari Lapas, Medina Zein hanya membawa Rp300.000. Teman-teman lamanya yang setia membantu, bahkan membiayai hotel dan mengajaknya hangout. "Kayak jadwal aku tuh enggak berhenti-berhenti ketemu teman-teman aku habis itu."
Kini, Medina Zein memulai lagi dari nol. Ia tinggal di Bandung dan menolak tinggal di rumah lamanya yang penuh memori buruk. Penghasilannya saat ini berasal dari live TikTok dengan menjual barang preloved (bekas pakai), baik miliknya maupun titipan teman. Ia mengaku tidak malu, justru banyak mendapat dukungan positif.
"Sehat. Cuman kadang aku hancurnya kalau misalkan ada mantan karyawan aku yang tiba-tiba nghubungin kayak Bu, ayo kerja lagi," ujarnya, menyesal belum bisa membuka lapangan kerja seperti dulu.
Medina yang kini berusia 33 tahun, mengaku jarang menangis, bahkan saat menghadapi kasus hukum. "Aku tuh susah mengeluarkan air mata."
Dulu, ia yang sukses di usia muda (22-23 tahun) mengakui gaya hidup foya-foya dan kurang bertanggung jawab sebagai CEO.
"Aku tuh ke kantor cuma datang, hai meeting 15 menit cabut. Sudah gitu loh namanya CEO. Enggak jelas." Ia senang membelikan banyak barang untuk karyawan dan teman-temannya tanpa melihat harga.
Kini, ia tidak memiliki target hidup yang muluk. "Target hidup kamu apa sih? Tenang. Hidup tenang." Ia belajar dari stres masa lalu yang membuatnya harus mengonsumsi antidepresan setiap bangun tidur.
Meskipun dulu bahagia dengan uang melimpah, ia mengakui stresnya lebih tinggi. "Cuma sekarang kan mikirin apa ya, paling mikirin anak sama mikirin rumah. Udah pikirannya apa sekarang? Aku belum ada perusahaan. Jadi yang tenang-tenang aja dulu jalanin gitu."
Ia juga mengakui banyak orang yang munafik, hanya ada saat ia senang. "Banyak, Dok. Banyak banget." Namun, keluarga adalah satu-satunya yang selalu ada, tanpa menghakimi atau mempermalukannya.
"Keluargaku, ibu aku, almarhum ayah aku. Semuanya keluarga aku tuh enggak pernah men-judge, enggak pernah malu, enggak pernah apa. Selalu support aku."
Kehidupan di luar penjara membuatnya lebih introvert. "Jarang nongkrong, jarang main, posting juga hah gitu. Kalau bukan endorse atau apa kayaknya gua enggak mau ah gitu takut. Kena mental kena mental banget."
Medina Zein kini hidup dalam ketenangan dan penerimaan, menyadari bahwa kemarahan Tuhan bisa menghabiskan segalanya dalam sekejap.(*)
https://youtu.be/2e92pC0SBj4?si=X0p03A7dIyHMUStQ
_______
No comments:
Post a Comment