Saturday, July 05, 2025

Jam Malam Anak di Surabaya: Solusi atau Sekadar “Ngempet” Nakal? Gareng & Petruk Bongkar Kenakalan Remaja dan Kasih Sayang yang Menipis!

Oleh: Firnas Editor: Gareng-Petruk Biro: Jawa Timur

SURABAYA, GarengPetruk.com – Surabaya bukan sekadar Kota Pahlawan, tapi juga kota yang lagi sungkan dengan kenakalan remaja. Sejak 21 Juni 2025, Pemkot Surabaya resmi memberlakukan jam malam untuk anak-anak di bawah 18 tahun, dari pukul 22.00 sampai 04.00 WIB. Bukan demi estetik malam hari, tapi demi menyelamatkan generasi muda dari jurang “keblabasan”.

Wali Kota Eri Cahyadi (melalui perwakilannya, Bu Ida dari DP3APPKB) nyatakan kalau ini bukan pembatasan, tapi perlindungan. Empat hak dasar anak dikibarkan tinggi-tinggi: hidup, tumbuh kembang, perlindungan, dan partisipasi. Tapi yang lebih penting, hak untuk gak ikut tawuran, pesta miras, geng motor, atau… ngelem lem castol!


“Lha nek anak SD wis ngerti ‘ngelem’, terus kita ini selama ini jagain siapa, to? Tukang parkir Indomaret?” – Gareng (meratap penuh cinta)

Ngelem, Ngegame, Nggak Pulang – Revisi Definisi Kenakalan

Zaman Petruk dan Gareng muda dulu, kenakalan paling banter nglewati pagar sekolah. Sekarang? Tinggal buka HP, dosa bisa dicicil dari kamar sendiri.

Kepala Satpol PP, Achmad Zaini, juga bilang: “Saya gak sepakat kalau dibilang zaman sekarang lebih baik.” Emang. Soalnya anak-anak sekarang bisa nakal tanpa keluar rumah. Cukup scroll TikTok, nge-game sampai Subuh, atau ‘PDKT digital’ yang nggak kelihatan guru BK.

Zaini juga nyentil soal anak-anak yang tidur di luar rumah. Bukan nginep study tour, tapi ya karena rumah bukan lagi tempat ternyaman. Di luar, mereka disambut geng, bukan keluarga.

Asuhan Rembulan: Satpol PP Mode Bapak Asuh

Bersama tim dari DP3APPKB, Satpol PP jadi orang tua malam hari, menyisir jalanan cari anak-anak nyasar waktu jam malam. Ditemukan? Ya, nggak langsung digeret, tapi dihubungi orang tuanya. Kalau ketahuan bohong? Ya ditarik pulang, lengkap dengan koordinasi ke RT/RW.

“Sopo ngerti, anakmu dolan ne bilangnya ‘belajar kelompok’, taunya ngelem rame-rame di lapangan.” – Petruk (geleng-geleng dengan empati)

 

Rumah Perubahan: Bukan Penjara, Tapi Tempat Merenung

Kalau ada anak yang terjerat kasus “berat” seperti ngelem dan miras, mereka dibawa ke Rumah Perubahan, bukan “rumah jeruji”. Di sana, mereka dapat pendampingan psikologis dan

spiritual, selama 7 hari penuh penuh cinta. Tujuannya bukan menghukum, tapi menyadarkan. Setelah itu, mereka dipertemukan lagi dengan orang tua yang – semoga – sudah sadar juga.

Ibu Ida bilang: “Sebagian besar anak-anak itu spiritualnya hilang.”
Petruk nyeletuk: “Spiritual ilang, sinyal full. Data ada, tapi perhatian kosong.”

Warga Setuju, Tapi Masih Banyak PR

Survei kecil-kecilan dari Forum Anak Surabaya dan polling di Radio SSFM menunjukkan 98% warga setuju dengan jam malam ini. Tapi kayak kata Pak Sugianto dari Dupak Masjid: “Percuma jam malam, kalau anak-anak nge-game sampai Subuh di teras rumah tetangga.”

“Jam malam tanpa kasih sayang keluarga, itu kayak polisi tidur di tengah jalan tol—ada tapi nggak efektif.” – Gareng (sambil ngelap air mata)

Gareng Ngomong:

“Bagus iki program jam malam, tapi ojok mandeg ning razia doang. Anak nakal itu bukan produk satu malam. Mereka ‘jadi’ karena rumah gak lagi rumah. Karena kasih sayang terganti gadget, perhatian diganti WiFi unlimited. Mbok ya orang tua juga belajar parenting, bukan cuma update status ‘anak sholeh’.”

Petruk Nambahi:

“Ayo Surabaya, ojok mung bangun taman, bangun juga hati dan pikiran para orang tua. Masa anak disuruh pulang jam 10 malam, lha bapaknya wae isih nongkrong di warkop karo HP. Iki butuh gotong royong, bukan cuma patroli!”

Catatan akhir dari redaksi GarengPetruk: Jam malam bukan sekadar larangan, tapi pangkuan kedua dari negara ketika pangkuan pertama (keluarga) mulai hilang arah. Mari kita jaga bareng generasi penerus, jangan sampai mereka tumbuh di lorong gelap yang kita biarkan tetap gelap.

#SurabayaPeduliAnak
#JamMalamBukanHukuman
#OrangTuaJugaHarusMelek

Karena masa depan bangsa itu bukan hanya tentang ekonomi dan infrastruktur, tapi juga tentang siapa yang kelak memegang kendali di tangan yang bersih dan pikiran yang waras. (*)


https://garengpetruk.com/jam-malam-anak-di-surabaya-solusi-atau-sekadar-ngempet-nakal-gareng-petruk-bongkar-kenakalan-remaja-dan-kasih-sayang-yang-menipis/?fbclid=IwY2xjawLVyZxleHRuA2FlbQIxMQABHsk5QmMCoJ5eWAQWR_zl8VBxn2rXLAoXTydPt8CI9dnCOwq4oEn7cWvp4gCg_aem_y3AP-QW3kAYjBBWE6RKy6A

_____



No comments: