Friday, July 04, 2025

Harmoni Lintas Agama di Malang Selatan: Kurban Idul Adha Satukan Umat Islam, Kristen, dan Katolik


Penulis :  Firnas
Jum'at, 4 Juli 2025

MALANG SELATAN, 4 Juli 2025 – Suasana kebersamaan dan toleransi antarumat beragama begitu kental terasa di Desa Arjosari, Kecamatan Kalipare, Malang Selatan. Acara "santap makan bersama" dalam rangka Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban 1446 H menjadi ajang silaturahmi yang merangkul umat Islam, Kristen, dan Katolik, sebuah tradisi yang telah lama terjalin di wilayah ini.

Acara yang dipandu oleh Ustadz Ipung Atria dari Mualaf Center Malang ini diawali dengan sapaan hangat kepada seluruh hadirin dari berbagai latar belakang agama. Ustadz Ipung dengan ceria mengajak perwakilan umat Katolik dan Kristen untuk berdiri, menunjukkan semangat persatuan. 

"Ini suatu kehormatan untuk kami tinggal di sini, bisa toleransi dengan umat beragama seperti ini," ujarnya, disambut gema "Amin" dari para hadirin.

Tokoh Lintas Agama Beri Sambutan, Ustadz dan Pendeta Bersatu

Kehadiran para tokoh agama turut memeriahkan acara. Dari Katolik hadir Bopo Marsodo, Bopo Wurianto, Bopo Buyadi, dan Bopo Putoyo yang merupakan pengurus Dewan Pastoral Paroki Loh Dalm. 

Sementara dari Kristen, hadir Ibu Tabita Tri Wahyu Ningsih dan Bopo Supeno. Mereka semua menyampaikan sambutan yang menggarisbawahi pentingnya kerukunan dan kebersamaan.

Bopo Marsodo, dalam sambutannya dengan bahasa Jawa, berharap toleransi ini dapat terus berkembang tak hanya di tingkat desa, namun hingga seluruh Indonesia. 

Senada, Ibu Tabita Tri Wahyu Ningsih dari umat Kristen mengucapkan terima kasih atas undangan yang diberikan dan berharap silaturahmi lintas agama ini terus terjalin. 

"Ini suatu kehormatan untuk kami tinggal di sini bisa toleransi dengan umat beragama seperti ini," katanya.

Menariknya, Bopo Wurianto, yang disebut Ustadz Ipung sebagai "tokoh masyarakat umat Katolik" bahkan seorang "artis", juga turut menyampaikan pandangannya. Ia menceritakan awal perkenalannya dengan Ustadz Ipung dan menggarisbawahi hikmah Idul Kurban sebagai pelajaran pengorbanan dan ketaatan, meneladani Nabi Ibrahim.

"Setiap manusia, termasuk saya dan panjenengan, kita hidup di dunia ini seperti Nabi Ibrahim. Mungkin dalam kitab Perjanjian Lama Abraham itu juga mendapat wahyu. Kita setiap saat mendapat wahyu," ucap Bopo Wurianto. 

Ia menegaskan bahwa ketaatan dan pengorbanan adalah kunci dalam kehidupan bermasyarakat yang harmonis.

Mukjizat Roti dan Daging Kurban: Kisah Teladan Dua Nabi

Dalam momen makan bersama ini, Ustadz Ipung Atria juga menceritakan kisah-kisah mukjizat dari dua nabi yang mengajarkan pentingnya berbagi dan makan bersama: Nabi Muhammad SAW dengan mukjizat makanan di Perang Khandaq, dan Nabi Isa (Yesus Kristus) dengan mukjizat penggandaan lima roti dan dua ikan.

Kisah mukjizat Nabi Isa ini disampaikan langsung oleh Bopo Supeno dari umat Kristen, yang dengan antusias menceritakan bagaimana 5.000 orang (laki-laki dewasa, belum termasuk perempuan dan anak-anak) dapat kenyang dari sedikit makanan dan masih menyisakan 12 bakul. 

Ustadz Ipung pun menanggapi bahwa kisah serupa juga tercantum dalam Al-Qur'an Surat Al-Maidah ayat 114, yang menceritakan doa Nabi Isa untuk diturunkan hidangan dari langit.

Tradisi Kurban dan Semangat Gotong Royong Warga Arjosari

Kepala Dusun Kedung Waru 2, Ustadz Khalid, dalam sambutannya menjelaskan bahwa Desa Arjosari merupakan desa luas yang dihuni oleh enam pedusunan, dengan sekitar 300 KK di Kedung Waru 2. Ia menyampaikan terima kasih atas dukungan Idul Kurban dari Mualaf Center dan Ustadz Ipung.

"Di Desa Arjosari dan pada umumnya di Kecamatan Kalipare ini, orang berkorban ini langka banget. Apalagi sapi ini. Makanya alhamdulillah ini dari Mualaf Center ini bisa kurban di sini, apalagi ada tiga ekor sapi dan ekor kambing," ungkap Ustadz Khalid.

Antusiasme dan semangat gotong royong warga terlihat jelas. Tanpa dibayar, mereka semangat bekerja sama dalam proses pemotongan dan distribusi daging kurban. Daging kurban ini nantinya akan dibagikan kepada 450 KK duafa dan mualaf, serta saudara-saudara Kristiani dan Katolik di desa tersebut, menunjukkan nyata praktik toleransi dan berbagi.

Komitmen Terus Menjaga Kerukunan Lintas Agama

Acara ini ditutup dengan harapan besar dari seluruh tokoh dan panitia agar kegiatan semacam ini terus dipertahankan dan menjadi contoh bagi daerah lain.

"Perbedaan itu menjadi tidak kelihatan," kata Bopo Wurianto, menggambarkan eratnya kerukunan di Kedung Waru.

Ustadz Ipung Atria pun menambahkan, "Mari kegiatan-kegiatan seperti ini, apapun itu bentuknya, mari kita tetap pertahankan… lintas agama jangan eksklusif, tapi lintas."

Semangat kebersamaan dan toleransi yang terpancar dari acara Idul Kurban di Malang Selatan ini menjadi bukti bahwa perbedaan keyakinan bukan penghalang untuk hidup rukun, guyub, dan saling berbagi demi kemajuan bersama. (*)

https://youtu.be/bDxFlt8XEWs?si=QloqGgwEQKKd1KH3
___

No comments: