Pemerintah Fokus Sekolah Rakyat untuk Atasi Kemiskinan Ekstrem
By Firnas Muttaqin
Pemerintah berencana membangun 200 sekolah rakyat di seluruh Indonesia sebagai upaya mengatasi kemiskinan ekstrem. Program ini digagas oleh Presiden Prabowo Subianto dan akan dilaksanakan oleh Kementerian Sosial (Kemensos) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Dalam sebuah percakapan podcast Rhenald Kasali dan Prof. Muhammad Nuh, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang dipercaya untuk mengawal program ini, menjelaskan bahwa sekolah rakyat akan fokus pada pemberian pendidikan berkualitas bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem. "Esensinya adalah bagaimana kita bisa memuliakan kaum duafa, atau keluarga miskin, khususnya miskin ekstrem, melalui dunia pendidikan," ujarnya dalam wawancara di Cafe Brizi, Bekasi.
Sekolah rakyat akan menerapkan sistem asrama (boarding school) 24 jam dengan seluruh biaya ditanggung oleh pemerintah, termasuk makan, minum, dan layanan pendidikan. Tujuannya adalah untuk mengubah kebiasaan, membangun karakter tangguh, dan memberikan lingkungan yang aman bagi anak-anak tersebut.
"Kita ingin mengubah yang paling mendasar adalah kebiasaan sekaligus juga membangun karakter yang tangguh sekalian," kata Nuh. "Kalau di rumah mungkin ada kekerasan, di sini mereka dilatih aman dan juga dilatih seperti tidak melakukan itu."
Program ini menargetkan anak-anak dari keluarga miskin ekstrem yang seringkali tidak memiliki akses pendidikan yang layak. "Yang belum terjangkau itu di daerah terpinggir, terluar, termiskin, atau setiap provinsi itu yang paling bawah," jelas Nuh.
*Guru Berkualitas dan Kurikulum Digital*
Untuk menjamin kualitas pendidikan, pemerintah akan merekrut 600-700 guru berkualitas dari lulusan Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang diseleksi berdasarkan kompetensi dan kewilayahan. Para guru akan dilatih untuk memiliki empati sosial dan kemampuan mentransformasi siswa.
"Guru-gurunya kita latih, demikian juga nanti pada saat dia berasrama, kita carikan pamong, pengasuh yang memang dia bisa mendampingi mereka," ujar Nuh.
Selain pendidikan akademik, siswa juga akan dibekali dengan keterampilan hidup (life skills), khususnya keterampilan digital. "Mereka di samping akademik tentu biasa itu, tetapi mereka kita ajarin betul digital life skills karena memang eranya era digital," kata Nuh.
Kurikulum akan mencakup bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Mandarin, dan Arab, serta fokus pada budaya digital. "Yang kita ajarkan pada anak-anak kita bukan sekadar digital sebagai pengetahuan atau skill, tapi bagian dari culture," jelas Nuh.
*Anggaran dan Lokasi*
Pemerintah sedang menghitung unit cost per anak untuk menentukan anggaran yang tepat. "Jangan sampai nanti ini kita untuk urusan fakir miskin kita berlomba-lomba royal dan seterusnya tidak efisien dan seterusnya," kata Nuh.
Fase awal program akan memanfaatkan fasilitas yang sudah ada di Kemensos, seperti di Bekasi yang memiliki lahan seluas 6 hektar. "Kita memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada di Kemsos yang sudah ada," ujar Nuh.
*Komitmen Lintas Generasi*
Nuh menekankan bahwa pendidikan adalah tugas negara yang harus menjadi komitmen lintas generasi. "Pendidikan itu jangka panjang, lintas pemerintahan, lintas generasi dan seterusnya," tegasnya.
Program sekolah rakyat diharapkan dapat menjadi legasi bersama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan memutus rantai kemiskinan. "Saya menterjemahkan Indonesia 45, kejayaan Indonesia itu punya makna kalau ada kebangkitan kaum duafa," pungkas Nuh.
No comments:
Post a Comment