Saturday, May 31, 2025

KONTROVERSI DAN DAMPAK PENULISAN SEJARAH INDONESIA VERSI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN

*Kontroversi & Dampak Penulisan Ulang Sejarah Indonesia versi Kementerian Kebudayaan Fadli Zon*

Oleh FIRNAS, Pasuruan

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kebudayaan berencana merombak penulisan ulang sejarah nasional dengan proyek ambisius senilai 9 miliar rupiah. Proyek ini bertujuan untuk menciptakan "sejarah versi Indonesia" atau Indonesia sentris, yang diklaim sebagai upaya menghilangkan bias kolonialisme. Salah satu perubahan paling kontroversial adalah penggantian istilah "prasejarah" menjadi "sejarah awal" (early history), dengan titik tolak 1,8 juta tahun lalu berdasarkan penemuan Pithecanthropus erectus (Homo erectus).

*Polemik dan Kekhawatiran Sejarawan*

Perubahan ini menuai polemik di kalangan sejarawan dan arkeolog. Salah satu arkeolog senior yang awalnya terlibat dalam tim penyusunan, Pak Truman Simanjuntak, bahkan mengundurkan diri karena tidak setuju dengan penghapusan istilah prasejarah. Menurutnya, prasejarah dan sejarah adalah dua disiplin ilmu yang berbeda dengan metodologi penelitian yang berbeda pula: prasejarah fokus pada fosil dan peninggalan budaya tanpa tulisan, sementara sejarah membutuhkan sumber tertulis. Kesepakatan internasional pun mendefinisikan sejarah dimulai setelah adanya tulisan.

Kekhawatiran utama yang muncul adalah potensi kebingungan di masyarakat akibat pencampuran konsep prasejarah dan sejarah. Ada pula kekhawatiran bahwa proyek ini akan menjadi alat untuk menyuburkan klaim-klaim bombastis tentang Indonesia sebagai pusat peradaban tertua di dunia, tanpa didukung bukti ilmiah yang kuat.

*Bahaya Inferioritas dan Delusi Sejarah*

Perubahan ini juga dikaitkan dengan perasaan inferioritas bangsa yang ingin membuktikan diri sebagai yang tertua. Menurut pengamat sejarah (sejarahwan) Asisi Suhariyanto di channel youtubenya (Jum’at, 20 Mei 2025), perasaan inferioritas ini dapat termanifestasi dalam bentuk penolakan (denial) terhadap kehebatan leluhur di masa lalu, atau delusi yang meninggi-ninggikan hal tanpa bukti.

Alih-alih memaksakan diri menjadi yang tertua, disarankan agar penulisan ulang sejarah lebih banyak mengangkat nilai-nilai klasik bangsa Indonesia yang sudah terbukti hebat, seperti toleransi, penegakan hukum, dan kemampuan mengatasi korupsi di masa lalu. Hal ini dinilai lebih efektif dalam membangun kebanggaan nasional yang berdasarkan data, bukan halu.

*Proyek Indonesia Sentris atau Data Sentris?*

Meskipun tujuan proyek ini adalah menghilangkan bias Belanda sentris, banyak sejarawan berpendapat bahwa sejarah Indonesia sudah Indonesia sentris sejak lama, berkat kerja keras para sejarawan dan arkeolog Indonesia dalam menerjemahkan dan mengkaji ulang sumber-sumber kuno. Seharusnya, penulisan sejarah tidak berlandaskan pada sentrisme negara tertentu, melainkan data sentris, di mana data dan bukti ilmiah menjadi landasan utama.

DPR RI sendiri telah mendesak Kementerian Kebudayaan untuk melakukan uji publik terhadap rencana penulisan ulang sejarah ini. Harapannya, proyek yang didanai oleh uang rakyat ini dapat berjalan dengan baik, menghasilkan sejarah yang benar-benar merdeka, berdasarkan data, dan tidak membingungkan masyarakat.  

Sumber : @ASISI Channel

No comments: