Tuesday, May 27, 2025

MEUBEL DI PASURUAN

**Mebel Pasuruan: Dari Limbah Kayu hingga Potensi Ekspor yang Terhimpit Persaingan Global**

By FIRNAS 

Pasuruan, Jawa Timur, menyimpan potensi besar di balik gurat-gurat kayu dan aroma serbuk gergaji. Industri furnitur, terutama yang berbahan dasar kayu, menjadi salah satu andalan ekspor Jawa Timur. Ketersediaan bahan baku melimpah – mulai dari kayu jati hingga bambu dan rotan – telah melahirkan kreativitas para pengrajin. Tak sedikit dari mereka yang jeli memanfaatkan limbah kayu, seperti bonggol atau akar, mengubahnya menjadi kerajinan bernilai seni tinggi yang memikat pasar domestik hingga mancanegara.

“Produk furnitur adalah salah satu sektor yang memicu ekspor Jawa Timur,” ungkap Drajat Irawan, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur. Ia menambahkan, keunikan dan nilai artistik produk furnitur Indonesia, seperti mebel dari akar jati, menjadi pembeda yang tak dimiliki negara lain.

**Jejak Kerajinan dan Mebel Pasuruan di Pasar Global**

Di Kabupaten Pasuruan, geliat industri kerajinan kayu terasa kuat. Desa Sentul di Kecamatan Purwodadi dan Desa Wonorejo di Kecamatan Wonorejo menjadi sentra produksi beragam barang, mulai dari setir kayu, mainan anak-anak, alat olahraga, hingga alat peraga pendidikan. Produk-produk ini tak hanya mengisi pasar lokal, tetapi juga telah merambah kota-kota besar seperti Bandung dan Jakarta, bahkan menembus pasar ekspor ke Malaysia dan Swedia.

Tak hanya kerajinan, sektor mebel di Pasuruan juga menunjukkan geliat signifikan. Kecamatan Winongan, Pohjentrek, Kraton, dan Rejoso menjadi kantong-kantong produksi mebel, menampung mayoritas dari 467 unit industri kecil dengan kapasitas produksi mencapai 19.991 buah. Produk-produk mebel Pasuruan telah dikenal luas di pasar domestik, mulai dari Surabaya, Sidoarjo, Malang, Madura, Kediri, hingga Bali. Jejaknya di pasar ekspor juga tak kalah menjanjikan, mencapai Malaysia, Hong Kong, beberapa negara di Eropa, dan Amerika Serikat. Untuk semakin memperluas jangkauan, Pemerintah Kabupaten Pasuruan berencana membangun pasar mebel di wilayah Barat (Kecamatan Kraton) dan Timur (Kecamatan Rejoso), sebuah langkah strategis untuk mendongkrak pemasaran dan daya saing.

**Tantangan di Balik Angka Ekspor yang Megah**

Namun, di balik optimisme ini, tersimpan tantangan yang tak bisa diabaikan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 mencatat nilai ekspor mebel Indonesia mencapai USD 2,88 miliar, dengan 69% didominasi mebel berbahan dasar kayu. Angka ini memang terkesan megah, namun faktanya, Indonesia masih tertinggal. Di Asia, Indonesia hanya menempati peringkat ke-17 dalam realisasi ekspor industri furnitur pada tahun 2021, dengan pangsa pasar hanya 1,19%. Kita masih kalah bersaing dengan negara tetangga seperti Vietnam (posisi kedua) dan Malaysia (urutan ke-12). China, sang raksasa, masih mendominasi puncak ekspor mebel dunia dengan pangsa pasar mencapai 32,86%. Keunggulan komparatif Indonesia sebagai penghasil bahan baku mebel yang melimpah rupanya belum cukup untuk memenangkan persaingan global.

Pandemi Covid-19 juga menyisakan luka mendalam. Penjualan mebel di Pasuruan anjlok hingga 70%. Jika pada kondisi normal, pengusaha bisa menjual 5-7 set meja kursi sehari, selama pandemi hanya 1-2 set yang laku. Untuk menopang para pelaku UMKM, pemerintah kota dan kabupaten Pasuruan berinisiatif membangun Pasar Mebel Pasuruan di Kelurahan Bukir dan Kelurahan Randusari, Kecamatan Gadingrejo. Pasar ini menjadi satu-satunya saluran pemasaran yang terbukti memberikan dampak signifikan pada penjualan produk UMKM mebel Pasuruan.

**Jepara dan Optimalisasi Pemasaran: Dua Permasalahan Utama**

Namun, dua permasalahan utama masih membayangi UMKM mebel kayu jati Pasuruan. Pertama, produk mereka kesulitan bersaing dengan mebel kayu jati dari Jepara, yang sudah lebih dulu dikenal sebagai pusat mebel jati nasional bahkan internasional. Kedua, saluran pemasaran yang belum optimal dan cenderung terpusat pada Pasar Mebel Pasuruan. Keterbatasan ini berujung pada produksi yang berlebih namun tidak seimbang dengan rendahnya jumlah pemesanan, yang pada akhirnya memukul penjualan mebel kayu jati.

Maka, untuk mendorong peningkatan pasar ekspor produk industri furnitur, Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur dituntut untuk lebih proaktif. Berbagai upaya, mulai dari pelatihan peningkatan kapasitas, promosi online dan offline yang agresif, pengembangan desain produk yang inovatif dan relevan dengan selera global, hingga peningkatan kualitas produk melalui standardisasi industri, harus digalakkan. Ini adalah kunci agar industri kerajinan kayu dan mebel Pasuruan siap bersaing di kancah global dan mewujudkan potensi besar yang selama ini tersembunyi.

---

No comments: