Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan Malang Selatan, yang dulunya 100% Kristen, kini menjadi saksi bisu pulangnya beberapa warganya ke pangkuan Islam.
Kisah-kisah mualaf di desa ini, yang mayoritas masih beragama Kristen, menjadi sorotan utama, menunjukkan eratnya toleransi dan persaudaraan yang terjalin.
---
**Perjalanan Spiritual Bu Yeni: Kembali ke Fitrah**
Salah satu kisah inspiratif datang dari Bu Yeni Anita (42). Ia memutuskan untuk bersyahadat, kembali memeluk Islam setelah 11 tahun meninggalkan agamanya demi pernikahan. Dengan panggilan hati yang kuat, Bu Yeni mengaku selama menjadi Kristen, batinnya tidak pernah tenang. "Kadang ada bisikan... supaya apa kita hidup kan masa depan gitu belum tentu tahu ya Ustaz nanti kita matinya gimana? seperti apa saya itu? Berpikir seperti itu, dari hati saya itu, pengin ya nanti kalau meninggal gitu bisa mati muslim gitu loh," ungkapnya penuh haru.
Suami Bu Yeni mengizinkan keputusannya, namun belum siap untuk ikut bersyahadat. Meski demikian, Bu Yeni berharap suaminya segera menyusul agar ikatan pernikahan mereka sah secara Islam.
Kisah Bu Yeni semakin mengharukan mengingat kedua orang tuanya telah tiada, dan ia merasa bersalah karena pernah keluar dari Islam saat mereka masih hidup. Kini, ia bertekad untuk selalu istiqamah dan mendoakan orang tuanya.
---
Pak Sugianto dan Mas Aan: Hidayah Melalui Keluarga
Tak hanya Bu Yeni, Pak Sugianto juga memutuskan untuk bersyahadat. Keputusannya ini didorong oleh anak-anak dan istrinya, Bu Poniti, yang telah lebih dulu memeluk Islam. "Saya masuk Islam ya setuju. Kalau Anda ya ikut anak-anak semua. ikut anak-anak semua sama suami saya," ujarnya.
Pak Sugianto menunjukkan kesiapannya untuk beradaptasi dengan ajaran Islam, termasuk kewajiban shalat lima waktu.
Sementara itu, Mas Aan (33), seorang pemuda yang juga bersyahadat, termotivasi oleh kakaknya yang telah masuk Islam. Ia ingin seluruh keluarganya berkumpul dalam satu agama. Meskipun ia akan menikahi seorang muslimah, Mas Aan menegaskan keputusannya bukan karena paksaan, melainkan karena keyakinan penuh. "Yakin sudah mantap berarti ya di Islam ya," tegasnya saat ditanya kesiapannya menghadapi cobaan.
---
Sosok Ustaz Hasan Nawawi: Pejuang Toleransi di Sitiarjo
Di balik gelombang mualaf ini, ada peran sentral Ustaz Hasan Nawawi. Beliau adalah inisiator dakwah di Desa Sitiarjo dan dikenal sebagai sosok yang sangat menjunjung tinggi toleransi. "Beliau di sini adalah sebagai seorang inisiator dakwah di sini di Kampung Desa Sitiarjo ini dan beliau ini adalah orang yang paling menjunjung tinggi tentang toleransi dan aktif dalam membina mualaf," puji salah satu pendakwah.
Ustaz Hasan Nawawi juga mengasuh anak-anak yatim piatu Kristen, memberikan kebebasan kepada mereka untuk memilih keyakinan, menunjukkan bahwa dakwahnya berdasarkan kemanusiaan, bukan paksaan. Ia bahkan berencana membantu para mualaf baru mengurus KTP mereka dengan syarat mereka mau belajar bacaan shalat.
---
Dakwah Aya Sofya Indonesia: Membuka Jalan Hidayah
Kehadiran Mualaf Center Nasional Aya Sofya Indonesia juga turut andil dalam proses ini. Organisasi ini tidak hanya membimbing para mualaf, tetapi juga membuka peluang beramal melalui program kurban yang tepat sasaran bagi mualaf miskin di pedalaman.
---
Yesus adalah Muslim? Sebuah Perspektif Baru
Dalam dialognya, para pendakwah juga menyampaikan perspektif menarik tentang agama Kristen. Mereka berpendapat bahwa Yesus sesungguhnya adalah seorang Muslim dan tidak pernah tahu apa itu Kristen. Pandangan ini didasarkan pada pembacaan mendalam terhadap kitab suci, termasuk Alkitab berbahasa Arab yang menunjukkan bahwa Tuhan yang menciptakan langit dan bumi adalah Allah.
---
Kisah-kisah dari Desa Sitiarjo ini menjadi bukti nyata bahwa hidayah bisa datang dari mana saja, bahkan dari keinginan sederhana seperti "ingin mati muslim". Toleransi dan persaudaraan di tengah perbedaan keyakinan menjadi jembatan bagi setiap individu untuk menemukan jalan spiritualnya.
Ditulis oleh FIRNAS, berdasarkan video youtube ini.
https://youtu.be/ZANBl46X_Nw?si=ZguVIjw8HFqZvZ-1
Selamat menonton.
No comments:
Post a Comment