Friday, August 15, 2025

Tujuh Golongan yang Mendapat Naungan di Hari Kiamat: Implementasi Nilai-Nilai Islam dalam Kehidupan

Khutbah Jumat yang disampaikan oleh Ustadz Moh. Hisyam Al Farisy di Masjid At-Taqwa, Jagalan, Kota Pasuruan, pada 15 Agustus 2025, mengulas sebuah hadis penting tentang tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah SWT pada hari kiamat. Hadis ini, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, tidak hanya sekadar janji, melainkan sebuah panduan praktis tentang bagaimana seorang Muslim dapat menjalani hidup dengan nilai-nilai yang mulia. 

Khutbah ini mengingatkan kembali bahwa dunia adalah ladang untuk menanam kebaikan, dan amalan yang dilakukan di dalamnya akan menentukan nasib seseorang di akhirat kelak, sebuah hari di mana setiap manusia hanya akan sibuk dengan amalan masing-masing.

---

Cermin Keadilan dan Ketakwaan dalam Tujuh Golongan

Khutbah ini secara terperinci menjelaskan tujuh golongan yang dijanjikan naungan, yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusia. 

Pertama, *pemimpin yang adil* menjadi cerminan dari pentingnya keadilan dalam tata kelola sosial. Seorang pemimpin yang tidak menzalimi rakyatnya dan membuat kebijakan yang menyejahterakan akan mendapat balasan yang besar. Hal ini menegaskan bahwa kekuasaan bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, melainkan amanah besar yang harus dipertanggungjawabkan.

Kedua, *pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah* menyoroti perjuangan melawan hawa nafsu di usia yang penuh godaan. Di saat banyak pemuda terjerumus pada kesenangan dunia, mereka yang memilih untuk beribadah dan taat kepada Allah menunjukkan tingkat ketakwaan yang tinggi. 

Ketiga, khutbah ini menyebutkan *seseorang yang hatinya terpaut pada masjid*. Ini bukan hanya tentang sering pergi ke masjid, tetapi tentang menjadikan masjid sebagai pusat spiritual, tempat hati merasa tenang dan rindu untuk beribadah.

---

Akhlak Mulia sebagai Landasan Amal

Selain itu, hadis ini juga menekankan pentingnya akhlak mulia dalam hubungan sosial. 

Golongan keempat adalah *dua orang yang saling mencintai karena Allah*. Cinta yang tulus dan ikhlas, bukan karena harta atau status, melainkan karena dorongan untuk mencapai ridha Allah, menjadi pondasi ukhuwah Islamiyah yang kuat. Hubungan semacam ini mendorong kolaborasi dalam kebaikan dan ketakwaan.

Kelima, *seorang pria yang menolak ajakan zina dari wanita kaya dan cantik* menunjukkan kekuatan iman yang luar biasa. Pria tersebut, yang mencontoh keteguhan Nabi Yusuf AS, mampu mengendalikan hawa nafsu di tengah godaan yang besar. Ini adalah bukti nyata bahwa rasa takut kepada Allah lebih berharga daripada kesenangan sesaat.

Dua golongan terakhir menyoroti pentingnya keikhlasan dan introspeksi diri. 

Golongan keenam adalah *seseorang yang bersedekah secara diam-diam*, bahkan "tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya". Keikhlasan dalam beramal tanpa mengharapkan pujian dari manusia adalah kunci diterimanya ibadah. 

Terakhir, ketujuh, *seseorang yang mengingat Allah di kesunyian malam hingga meneteskan air mata* menunjukkan hubungan personal yang mendalam dengan Sang Pencipta. Mereka yang merenungi dosa-dosa di malam hari dan bertaubat dengan air mata adalah hamba-hamba yang menyadari betapa fana dan penuh kekurangan dirinya.

---

Kesimpulan

Secara keseluruhan, khutbah ini memberikan pesan yang kuat bahwa amalan-amalan yang dilakukan di dunia, sekecil apa pun, akan memiliki dampak besar di akhirat. Ketujuh golongan yang dijanjikan naungan Allah bukan hanya tentang ritual keagamaan, melainkan juga tentang bagaimana seseorang menginternalisasi nilai-nilai keadilan, ketakwaan, akhlak mulia, keikhlasan, dan hubungan yang mendalam dengan Allah dalam setiap aspek kehidupannya. 

Dengan berusaha menjadi bagian dari golongan-golongan tersebut, umat Muslim diingatkan untuk terus berikhtiar memperbaiki diri, karena pada akhirnya, hanya amalan dan pertolongan Allah-lah yang dapat menyelamatkan manusia dari kengerian hari kiamat. (*)

Firnas
Jumat, 15/8/2025

No comments: