CANBERRA – Australia akan mengakui negara Palestina pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 yang akan diselenggarakan bulan depan. Perdana Menteri Anthony Albanese mengumumkan hal ini pada hari Senin, sebuah langkah yang menambah tekanan internasional terhadap Israel setelah pengumuman serupa dari Prancis, Inggris, dan Kanada.
Dalam sebuah pernyataan, Albanese menjelaskan bahwa pengakuan ini bertujuan untuk berkontribusi pada momentum internasional menuju solusi dua negara, gencatan senjata di Gaza, dan pembebasan sandera.
Di hadapan para wartawan di Canberra, Albanese mengatakan bahwa pengakuan tersebut didasarkan pada komitmen yang diterima Australia dari Otoritas Palestina, termasuk jaminan bahwa kelompok militan Hamas tidak akan terlibat dalam pemerintahan negara Palestina di masa depan.
"Solusi dua negara adalah harapan terbaik umat manusia untuk memutus siklus kekerasan di Timur Tengah dan mengakhiri konflik, penderitaan, dan kelaparan di Gaza," kata Albanese.
Albanese juga menyebut bahwa ia telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan menegaskan bahwa solusi politik, bukan militer, yang dibutuhkan. Keputusan untuk mengakui negara Palestina "semakin didorong" oleh ketidakpedulian Netanyahu terhadap seruan komunitas internasional dan kegagalannya dalam mematuhi kewajiban hukum dan etika di Gaza.
Dalam pernyataan bersama dengan Menteri Luar Negeri Penny Wong, Albanese menyatakan bahwa "Pemerintah Netanyahu memadamkan prospek solusi dua negara dengan memperluas permukiman ilegal, mengancam aneksasi di Wilayah Palestina yang Diduduki, dan secara eksplisit menentang negara Palestina mana pun."
Albanese melihat adanya peluang untuk mengisolasi Hamas, mengingat Otoritas Palestina berkomitmen untuk mereformasi pemerintahan dan mengadakan pemilihan umum, serta tuntutan Liga Arab agar Hamas mengakhiri kekuasaannya di Gaza.
Menteri Luar Negeri Penny Wong menambahkan bahwa ia telah memberitahu Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengenai keputusan Australia ini.
Menanggapi keputusan tersebut, Duta Besar Israel untuk Australia, Amir Maimon, mengkritiknya melalui platform media sosial X, dengan mengatakan bahwa keputusan itu merusak keamanan Israel dan menggagalkan negosiasi sandera.
Australia sebelumnya bersikap hati-hati karena adanya perbedaan opini publik mengenai Gaza. Namun, Albanese menyatakan bahwa "kekhawatiran besar" atas kehancuran di Gaza datang tidak hanya dari para pemimpin internasional, tetapi juga dari masyarakat.
Konflik ini bermula ketika Hamas menyerbu kota-kota Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 251 sandera. Sejak saat itu, pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 60.000 orang di Gaza, dan sebagian besar wilayah tersebut hancur. (*)
Penulis : Fim
____
https://www.reuters.com/world/asia-pacific/australia-recognise-palestinian-state-united-nations-september-2025-08-11/
https://jatimlines.id/australia-akui-negara-palestina-sidang-umum-pbb/
____
No comments:
Post a Comment