PASURUAN – Ustadz Abu Qosim pada hari Senin, 18 Agustus 2025, menyampaikan pengajian di Masjid Al-Ishlah Al-Irsyad Kota Pasuruan. Dalam ceramahnya, Ustadz Abu Qosim mengajak para jamaah untuk merenungkan perbandingan antara kenikmatan dunia dan kenikmatan di surga yang telah dijanjikan oleh Allah SWT.
Dengan mengutip ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis, Ustadz Abu Qosim menggambarkan surga sebagai tempat yang penuh dengan kenikmatan abadi yang tidak pernah dirasakan manusia di dunia.
"Kenikmatan di surga itu sempurna. Apapun yang kamu inginkan, apa saja yang kamu minta, semua akan kamu dapatkan," ujarnya.
جَنّٰتُ عَدْنٍ يَّدْخُلُوْنَهَا تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ لَهُمْ فِيْهَا مَا يَشَآءُوْنَ ۗ كَذٰلِكَ يَجْزِى اللّٰهُ الْمُتَّقِيْنَ
"(yaitu) Surga-Surga 'Adn yang mereka masuki, mengalir di bawahnya sungai-sungai, *di dalam (surga) itu mereka mendapat segala apa yang diinginkan*. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang yang bertakwa,"
(QS. An-Nahl 16: Ayat 31)
Ia menyebutkan beberapa sungai di surga, termasuk sungai susu, madu, dan khamr yang tidak memabukkan, serta air tawar yang tidak pernah berubah rasa atau baunya. Kenikmatan ini berbeda dengan kenikmatan di dunia yang bersifat sementara dan seringkali berujung pada penderitaan.
قُلْ اَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِّنْ ذٰ لِكُمْ ۗ لِلَّذِيْنَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَاَ زْوَا جٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّرِضْوَا نٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَا للّٰهُ بَصِيْرٌ بِۢا لْعِبَا دِ
"Katakanlah, "Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?" Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta ridho Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 15)
مَثَلُ الْجَـنَّةِ الَّتِيْ وُعِدَ الْمُتَّقُوْنَ ۗ فِيْهَاۤ اَنْهٰرٌ مِّنْ مَّآءٍ غَيْرِ اٰسِنٍ ۚ وَاَ نْهٰرٌ مِّنْ لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهٗ ۚ وَاَ نْهٰرٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشّٰرِبِيْنَ ۚ وَاَ نْهٰرٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى ۗ وَلَهُمْ فِيْهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ وَمَغْفِرَةٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ ۗ كَمَنْ هُوَ خَا لِدٌ فِى النَّا رِ وَسُقُوْا مَآءً حَمِيْمًا فَقَطَّعَ اَمْعَآءَهُمْ
"Perumpamaan taman surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa; di sana ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, dan sungai-sungai air susu yang tidak berubah rasanya, dan sungai-sungai khamar (anggur yang tidak memabukkan) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai madu yang murni. Di dalamnya mereka memperoleh segala macam buah-buahan, dan ampunan dari Tuhan mereka. Samakah mereka dengan orang yang kekal dalam neraka, dan diberi minuman dengan air yang mendidih, sehingga ususnya terpotong-potong?"
(QS. Muhammad 47: Ayat 15)
Ustadz Abu Qosim membuat perbandingan tajam antara penghuni surga dan penghuni neraka. "Minuman penghuni neraka adalah air yang mendidih. Ketika diminum, usus-usus mereka akan hancur dan terpotong-potong," kata Ustadz Abu Qosim, menekankan bahwa kondisi ini jauh berbeda dengan kenikmatan yang disiapkan bagi orang-orang yang beriman.
Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa orang yang masuk surga bukanlah semata-mata karena amalnya, melainkan karena rahmat dan ampunan dari Allah. "Orang yang masuk surga itu bukan semata-mata karena amal, tapi karena mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah," jelasnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ » . قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لاَ ، وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِى اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ
“Amal seseorang tidak akan memasukkannya ke dalam surga.” “Engkau juga tidak wahai Rasulullah?”, tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, “Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah.” (HR. Bukhari, no. 5673 dan Muslim, no. 2816)
Perbandingan Iman dan Jalan Hidayah
Ustadz Abu Qosim juga menyinggung tentang perbandingan antara orang mukmin dan orang kafir. Ia mengumpamakan orang mukmin sebagai orang yang memiliki panduan dan aturan hidup dari Allah, sementara orang kafir digambarkan sebagai orang yang buta, yang hidup berdasarkan pemikiran sendiri atau warisan nenek moyang yang salah.
"Orang kafir itu tidak bisa paham dan mengerti Al-Qur'an maupun sabda Nabi Muhammad, karena hati, pendengaran, dan penglihatan mereka sudah dikunci oleh Allah," tegasnya.
اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ طَبَعَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ وَاَ بْصَا رِهِمْ ۚ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ
"Mereka itulah orang yang hati, pendengaran, dan penglihatannya telah dikunci oleh Allah. Mereka itulah orang yang lalai."
(QS. An-Nahl 16: Ayat 108)
Sebaliknya, ia mengatakan bahwa orang yang mengambil jalan hidayah akan semakin kuat imannya. "Jika seseorang mempelajari Al-Qur'an dengan niat mengamalkannya, Allah SWT akan menambah hidayah mereka sehingga iman dan keyakinan mereka semakin kuat," pungkasnya.
Di akhir pengajian, Ustadz Abu Qosim mengajak para jamaah untuk tekun beramal saleh sebagai motivasi untuk mendapatkan rahmat Allah dan meraih surga-Nya. (*)
Firnas
Senin, 18/8/2025
No comments:
Post a Comment