SURABAYA – Memperingati 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, stasiun radio Suara Surabaya mengadakan survei dan diskusi interaktif dengan pendengar untuk menjawab pertanyaan krusial: "Sudah sejahterakah kita?" Diskusi ini menunjukkan beragam pandangan, mulai dari yang pesimis, optimis, hingga kebingungan dalam memberikan penilaian. (Kamis, 14/8/2025)
*Pandangan Para Pendengar: Mayoritas Belum Sejahtera*
Dalam segmen siaran, beberapa pendengar memberikan tanggapan. Mayoritas berpendapat Indonesia belum mencapai kesejahteraan.
* *Pak Wayan Widarse:* Mengkritik ketidakmerataan ekonomi, di mana "seribu orang menguasai 85% ekonomi Indonesia," membuat mayoritas rakyat tidak merasakan dampak pembangunan. Ia juga membandingkan GDP per kapita Indonesia yang masih tertinggal jauh dari negara tetangga seperti Malaysia.
* *Pak Jumadi:* Menegaskan bahwa persentase rakyat yang belum sejahtera masih sangat besar. Ia mendefinisikan kesejahteraan sebagai akses terhadap tempat tinggal layak, ekonomi stabil, pendidikan terjamin, dan lapangan pekerjaan yang memadai. Ia juga menyoroti korupsi yang marak sebagai tontonan menyakitkan.
* *Pak Eka:* Mengungkapkan kebingungan karena ia merasa kesejahteraan hanya dinikmati oleh para pejabat dan keluarga mereka, sementara rakyat menengah ke bawah masih jauh dari kata sejahtera.
* *Pak Agung:* Berpendapat bahwa kesejahteraan sulit tercapai jika rakyat masih "diperas" oleh berbagai macam pajak, padahal negara memiliki sumber daya alam yang melimpah.
Namun, ada pula pandangan yang lebih optimis dan beragam:
* *Pak Nawawi:* Merasa sudah sejahtera, terutama jika dibandingkan dengan kondisi 23 tahun yang lalu.
* *Pak Budiono:* Menyatakan "bingung" untuk menilai. Di satu sisi, ia melihat tidak ada orang yang kelaparan, bahkan di desa-desa pun banyak yang memiliki motor. Namun di sisi lain, ia mengakui adanya MBR (masyarakat berpenghasilan rendah) dan kemiskinan ekstrem, serta ekonomi yang sedang lesu.
*Data dan Analisis Pendukung*
Penyiar juga memaparkan beberapa data pendukung untuk memperkaya diskusi:
* *Survei Litbang Kompas 2022:* 70,4% responden menilai rakyat Indonesia belum sejahtera. Hasil ini konsisten di semua generasi.
* *Survei Tingkat Kebahagiaan 2024:* Indonesia berada di posisi keenam di Asia Tenggara, tertinggal dari Singapura, Vietnam, Thailand, Filipina, dan Malaysia.
* *Todung Mulya Lubis (2023):* Guru Besar Hukum ini menyoroti bahwa Indonesia sejak dulu memiliki sumber daya melimpah, namun pengelolaan ekonomi belum tepat. Gagasan *welfare state* (negara kesejahteraan) belum terimplementasi dengan baik, dan ide-ide brilian sering kali hanya menjadi bahan politik.
* *Data BPS Februari 2025:* Angka pengangguran Indonesia naik 83.000 orang, didukung oleh data dari Center of Economic and Law Studies yang menyebut defisit APBN dan utang jatuh tempo menjadi penyebab sulitnya pemerintah menciptakan lapangan kerja baru.
*Kesimpulan Diskusi*
Dari berbagai tanggapan dan data yang dipaparkan, diskusi di Suara Surabaya menunjukkan bahwa pertanyaan kesejahteraan di usia 80 tahun kemerdekaan bukanlah hal yang mudah dijawab. Kesejahteraan tidak hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari keadilan, ketersediaan lapangan kerja, dan meratanya akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan tempat tinggal. Perdebatan ini menyimpulkan bahwa meskipun ada kemajuan, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan agar seluruh rakyat Indonesia dapat merasakan kesejahteraan yang merata. (*)
Fim
Kamis, 14/8/2025
No comments:
Post a Comment