Tuesday, August 19, 2025

Kenaikan Iuran BPJS PBI untuk Kelas 3: Langkah Tepat, tetapi Butuh Peningkatan Efisiensi


JAKARTA - Wacana kenaikan iuran BPJS Kesehatan untuk Peserta Bantuan Iuran (PBI) kelas 3 menjadi *Rp57.250* per bulan menuai tanggapan dari pakar kebijakan publik, Dr. Chazali H. Situmorang. Dalam dialog di Radio Elshinta, Selasa (19/8/2015) ia menyatakan bahwa kenaikan ini adalah *sebuah keharusan* untuk menjembatani kesenjangan antara iuran dan pengeluaran.

"Kenaikan ini sebetulnya sudah cukup bagus, bisa membangun keseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan, asalkan memang efisiensinya ditingkatkan lagi dari BPJS Kesehatan," ujar Chazali, yang juga Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) periode 2010-2015.

Ia menyoroti masalah *30 juta peserta BPJS PBI yang non-aktif*, baik dari APBN maupun APBD. Chazali mendesak BPJS untuk memetakan dan mengidentifikasi penyebab ketidakaktifan ini. Jika peserta yang non-aktif adalah mereka yang sebetulnya mampu, maka dengan edukasi yang tepat, mereka dapat diaktifkan kembali.

"Sehingga bisa mendapatkan dana yang bisa dipertanggungjawabkan dari pembayaran mereka," tambahnya.

Chazali optimistis bahwa dengan kenaikan iuran dan peningkatan efisiensi, defisit anggaran BPJS Kesehatan dapat diminimalisasi.

*Keluhan Peserta dan Pelayanan di Lapangan*

Dialog di radio juga menerima keluhan dari pendengar. Bapak Ridwan dari Kalimantan Timur menceritakan pengalaman ponakannya yang kartu BPJS-nya non-aktif tanpa pemberitahuan. Masalah ini baru diketahui saat istrinya hendak melahirkan, yang mengharuskannya membayar tunggakan terlebih dahulu.

Seorang pendengar lain juga menceritakan pengalamannya di rumah sakit. Ia kaget ketika petugas UGD menyatakan bahwa penentuan apakah BPJS dapat digunakan atau tidak, tergantung pada keputusan UGD setelah pemeriksaan.

Menanggapi keluhan ini, Dr. Chazali menekankan pentingnya komunikasi dan transparansi. Ia meminta pihak BPJS untuk memastikan bahwa peserta, terutama mereka yang non-aktif, mendapatkan informasi yang jelas. Ia juga menyinggung pentingnya kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah dalam memperbarui data peserta BPJS. (*)

Fim
Selasa, 19/8/2025

Monday, August 18, 2025

Hakikat Kenikmatan Surga


PASURUAN – Ustadz Abu Qosim pada hari Senin, 18 Agustus 2025, menyampaikan pengajian di Masjid Al-Ishlah Al-Irsyad Kota Pasuruan. Dalam ceramahnya, Ustadz Abu Qosim mengajak para jamaah untuk merenungkan perbandingan antara kenikmatan dunia dan kenikmatan di surga yang telah dijanjikan oleh Allah SWT.

Dengan mengutip ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis, Ustadz Abu Qosim menggambarkan surga sebagai tempat yang penuh dengan kenikmatan abadi yang tidak pernah dirasakan manusia di dunia.

"Kenikmatan di surga itu sempurna. Apapun yang kamu inginkan, apa saja yang kamu minta, semua akan kamu dapatkan," ujarnya.

جَنّٰتُ عَدْنٍ يَّدْخُلُوْنَهَا تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ لَهُمْ فِيْهَا مَا يَشَآءُوْنَ ۗ كَذٰلِكَ يَجْزِى اللّٰهُ الْمُتَّقِيْنَ 
"(yaitu) Surga-Surga 'Adn yang mereka masuki, mengalir di bawahnya sungai-sungai, *di dalam (surga) itu mereka mendapat segala apa yang diinginkan*. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang yang bertakwa,"
(QS. An-Nahl 16: Ayat 31)

Ia menyebutkan beberapa sungai di surga, termasuk sungai susu, madu, dan khamr yang tidak memabukkan, serta air tawar yang tidak pernah berubah rasa atau baunya. Kenikmatan ini berbeda dengan kenikmatan di dunia yang bersifat sementara dan seringkali berujung pada penderitaan.

قُلْ اَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِّنْ ذٰ لِكُمْ ۗ لِلَّذِيْنَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَاَ زْوَا جٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّرِضْوَا نٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَا للّٰهُ بَصِيْرٌ بِۢا لْعِبَا دِ 

"Katakanlah, "Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?" Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta ridho Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 15)

مَثَلُ الْجَـنَّةِ الَّتِيْ وُعِدَ الْمُتَّقُوْنَ ۗ فِيْهَاۤ اَنْهٰرٌ مِّنْ مَّآءٍ غَيْرِ اٰسِنٍ ۚ وَاَ نْهٰرٌ مِّنْ لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهٗ ۚ وَاَ نْهٰرٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشّٰرِبِيْنَ ۚ وَاَ نْهٰرٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى ۗ وَلَهُمْ فِيْهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ وَمَغْفِرَةٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ ۗ كَمَنْ هُوَ خَا لِدٌ فِى النَّا رِ وَسُقُوْا مَآءً حَمِيْمًا فَقَطَّعَ اَمْعَآءَهُمْ

"Perumpamaan taman surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa; di sana ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, dan sungai-sungai air susu yang tidak berubah rasanya, dan sungai-sungai khamar (anggur yang tidak memabukkan) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai madu yang murni. Di dalamnya mereka memperoleh segala macam buah-buahan, dan ampunan dari Tuhan mereka. Samakah mereka dengan orang yang kekal dalam neraka, dan diberi minuman dengan air yang mendidih, sehingga ususnya terpotong-potong?"
(QS. Muhammad 47: Ayat 15)

Ustadz Abu Qosim membuat perbandingan tajam antara penghuni surga dan penghuni neraka. "Minuman penghuni neraka adalah air yang mendidih. Ketika diminum, usus-usus mereka akan hancur dan terpotong-potong," kata Ustadz Abu Qosim, menekankan bahwa kondisi ini jauh berbeda dengan kenikmatan yang disiapkan bagi orang-orang yang beriman.

Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa orang yang masuk surga bukanlah semata-mata karena amalnya, melainkan karena rahmat dan ampunan dari Allah. "Orang yang masuk surga itu bukan semata-mata karena amal, tapi karena mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah," jelasnya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ » . قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لاَ ، وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِى اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ

“Amal seseorang tidak akan memasukkannya ke dalam surga.” “Engkau juga tidak wahai Rasulullah?”, tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, “Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah.” (HR. Bukhari, no. 5673 dan Muslim, no. 2816)

Perbandingan Iman dan Jalan Hidayah

Ustadz Abu Qosim juga menyinggung tentang perbandingan antara orang mukmin dan orang kafir. Ia mengumpamakan orang mukmin sebagai orang yang memiliki panduan dan aturan hidup dari Allah, sementara orang kafir digambarkan sebagai orang yang buta, yang hidup berdasarkan pemikiran sendiri atau warisan nenek moyang yang salah.

"Orang kafir itu tidak bisa paham dan mengerti Al-Qur'an maupun sabda Nabi Muhammad, karena hati, pendengaran, dan penglihatan mereka sudah dikunci oleh Allah," tegasnya.

اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ طَبَعَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ وَاَ بْصَا رِهِمْ ۚ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ
"Mereka itulah orang yang hati, pendengaran, dan penglihatannya telah dikunci oleh Allah. Mereka itulah orang yang lalai."
(QS. An-Nahl 16: Ayat 108)

Sebaliknya, ia mengatakan bahwa orang yang mengambil jalan hidayah akan semakin kuat imannya. "Jika seseorang mempelajari Al-Qur'an dengan niat mengamalkannya, Allah SWT akan menambah hidayah mereka sehingga iman dan keyakinan mereka semakin kuat," pungkasnya.

Di akhir pengajian, Ustadz Abu Qosim mengajak para jamaah untuk tekun beramal saleh sebagai motivasi untuk mendapatkan rahmat Allah dan meraih surga-Nya. (*)

Firnas
Senin, 18/8/2025

Propaganda, Sejarah yang Dilupakan, dan Kisah Kemerdekaan Indonesia

Tugu patung di Jakarta, yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda, dulunya adalah simbol kemakmuran bagi Belanda, namun bagi bangsa Indonesia, patung tersebut melambangkan perbudakan selama hampir 300 tahun. Hal ini menjadi pengingat yang menyakitkan akan masa lalu kolonial. Sebelum kolonialisme Belanda datang, wilayah kepulauan ini tidak dikenal sebagai "Indonesia," melainkan terdiri dari berbagai kerajaan dan kesultanan yang terpisah.

-----
Perang Kemerdekaan dan Propaganda Belanda

Belanda menolak mengakui Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Mereka menganggap proklamasi tersebut sebagai tindakan sekelompok "pemberontak." Pemerintah Belanda menyebut perang yang terjadi sebagai "aksi polisionil" (politionele actie), sebuah istilah yang sengaja diciptakan untuk mengesankan bahwa yang terjadi bukanlah perang, melainkan operasi pemulihan ketertiban di dalam negeri. Dengan demikian, Belanda bisa menghindari konsekuensi hukum internasional terkait perang, termasuk tuduhan kejahatan perang.

Propaganda ini sangat efektif. Media Belanda, yang dikontrol oleh militer, menyajikan narasi bahwa tentara mereka datang sebagai "pembebas" untuk memulihkan "ketertiban dan kedamaian." Foto-foto tentara Belanda yang berinteraksi santai dengan penduduk lokal diedarkan luas, sementara foto-foto kekerasan disembunyikan.

-----
Peran Pemuda dan Kesadaran Kebangsaan

Sejarah Indonesia dipenuhi dengan peran sentral pemuda dalam perubahan besar. Sumpah Pemuda pada tahun 1928 menjadi tonggak penting dalam membangkitkan kesadaran kebangsaan. Saat itu, pemuda dari berbagai suku dan etnis bersatu untuk mendeklarasikan tiga hal fundamental: satu tanah air, satu bahasa, dan satu bangsa—Bangsa Indonesia.

Setelah proklamasi kemerdekaan, para pemuda menjadi kurir-kurir yang menyebarkan berita kemerdekaan ke seluruh penjuru Indonesia. Mereka juga berperan dalam meyakinkan dunia internasional bahwa Indonesia adalah bangsa yang merdeka, bahkan mengutip "Deklarasi Kemerdekaan Amerika" dalam pesan-pesan mereka.

-----

Kompleksitas Sejarah dan Tiga Visi Indonesia

Ada tiga visi utama mengenai masa depan Indonesia setelah kemerdekaan:

1.  *Visi liberal-otoriter:* Membayangkan Indonesia yang demokratis, makmur, dan kapitalis.
2.  *Visi Islam:* Mayoritas penduduk (sekitar 88%) adalah Muslim, yang memiliki ide-ide sendiri tentang bagaimana negara harus diorganisasi.
3.  *Visi komunis:* Kelompok ini, bersama yang lain, sepakat untuk memprioritaskan kemerdekaan dari Belanda, dan masalah internal diselesaikan setelahnya.

Sejarah juga menunjukkan bahwa kedatangan Jepang memberikan kesempatan bagi para nasionalis, termasuk Soekarno, untuk memperjuangkan kemerdekaan yang telah lama mereka dambakan. Propaganda Jepang tentang "Asia untuk Asia" menguatkan semangat nasionalisme dan secara efektif meruntuhkan simbol-simbol kolonialisme Belanda.

-----

Kekerasan dan Dampak Kolonialisme

Selama masa revolusi, terjadi kekerasan terhadap orang-orang Eropa, Tionghoa, dan Indo-Eropa. Kekerasan ini sering kali digunakan sebagai alat propaganda oleh Belanda untuk membenarkan tindakan militer mereka. Namun, pihak Indonesia berargumen bahwa kekerasan tersebut adalah reaksi alami terhadap kehadiran Belanda yang mencoba kembali berkuasa.

Banyak orang Indo-Eropa merasa menjadi korban ganda. Setelah pendudukan Jepang, mereka mengalami kekerasan di masa revolusi, dan di kemudian hari, mereka menghadapi diskriminasi di Indonesia. Banyak dari mereka, sekitar 380.000 orang, akhirnya bermigrasi ke Belanda. Namun, di Belanda pun mereka merasa tidak sepenuhnya diterima dan menghadapi kesulitan, termasuk hilangnya aset dan tabungan yang tidak pernah diganti rugi oleh pemerintah Belanda.

Kisah sejarah ini, termasuk pengakuan tentang kejahatan perang yang dilakukan Belanda, baru mulai diungkap dan didiskusikan secara terbuka belakangan ini. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sisi gelap dari sejarah kolonialisme masih terkubur di bawah lapisan propaganda dan memori yang selektif. (*)

Sumber:

https://youtu.be/lRVk9tMFEJI?si=Mc9ZJCy0HpIdP4z1

_____

Saturday, August 16, 2025

Meriah dan Penuh Keakraban, TK ABA 3 Pasuruan Gelar Lomba Agustusan


Pasuruan, 16 Agustus 2025 – Suasana penuh keceriaan tampak di Taman Sekargadung, Sabtu pagi (16/8). TK Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) 3 Kota Pasuruan menggelar kegiatan peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia dengan berbagai acara kebersamaan yang melibatkan anak-anak, guru, hingga para orang tua murid.

Kepala TK ABA 3, Ibu Bakhtiarin Perihatin Bakhri, S.Pd, menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak hanya bertujuan memeriahkan perayaan kemerdekaan, tetapi juga mempererat hubungan antarwarga sekolah. “Melalui lomba-lomba ini, kami ingin menumbuhkan semangat kebersamaan, sportivitas, sekaligus rasa cinta tanah air sejak dini,” ujarnya.
Acara dimulai dengan senam bersama yang diikuti oleh anak-anak dan orang tua, kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya secara khidmat. Setelah itu, suasana semakin meriah dengan berbagai perlombaan khas Agustusan.

Untuk kategori anak-anak, lomba yang digelar adalah *memindahkan bola dengan sendok*. Sementara itu, para ibu mengikuti lomba unik, yakni *nyunggih tempeh sambil memakai jarik*, yang mengundang gelak tawa penonton. Tidak kalah seru, terdapat lomba *estafet ibu dan anak dengan membawa karung beras*, yang menjadi ajang kekompakan keluarga.

Berikut para juara yang berhasil meraih hadiah:

* *Lomba Memindahkan Bola (Anak Kelas A):*

  1. Nadia
  2. Levi
  3. Banu

* *Lomba Memindahkan Bola (Anak Kelas B):*

  1. Sarah
  2. Keyza
  3. Anin

* *Lomba Nyunggih Tempeh (Ibu-Ibu):*

  1. Riski
  2. Dafira
  3. Aira

* *Lomba Estafet Ibu dan Anak:*

  1. Zulfikar
  2. Anin
  3. Kai
Menurut Ibu Bakhtiarin, kegiatan lomba Agustusan ini juga merupakan bagian dari program sekolah. “Kebetulan bulan Juli kemarin anak-anak baru menjalani MPLS, jadi event ini kami jadikan wadah untuk saling mengenal, baik antar-orang tua kelas A dan kelas B, maupun dengan dewan guru. Sekaligus menjadi kerja pertama komite TK ABA 3,” jelasnya.

Kegiatan ini memang rutin diadakan setiap tahun, namun kali ini terasa berbeda karena dilaksanakan di luar sekolah, tepatnya di Taman Sekargadung. Tujuannya agar acara berlangsung lebih segar dan akrab.

Lebih jauh, Ibu Bakhtiarin juga menyinggung rencana kolaborasi yang lebih besar melalui **Ikatan Guru Bustanul Athfal (IGBA)**. “Insya Allah tanggal 30 Agustus nanti IGBA akan mengadakan musyawarah daerah kedua. Ke depan, mudah-mudahan ada program kolaborasi serupa yang melibatkan TK ABA se-Kota Pasuruan,” ujarnya penuh harapan.

Acara kemudian ditutup dengan *pemberian hadiah* kepada para pemenang. Anak-anak tampak gembira menerima bingkisan, sementara para orang tua berbahagia bisa ikut serta memeriahkan acara.

“Yang terpenting bukan siapa yang menang, tapi kebersamaan yang terjalin. Semoga anak-anak tumbuh dengan rasa percaya diri dan semangat gotong royong,” tutur Ibu Bakhtiarin menutup acara.

Dengan penuh suka cita, kegiatan Agustusan TK ABA 3 Pasuruan ini menjadi salah satu momen berharga bagi anak-anak dan keluarga dalam merayakan hari kemerdekaan RI. (*)

Penulis: Firnas Muttaqin 
Sabtu, 16/8/2025
---

Friday, August 15, 2025

Tujuh Golongan yang Mendapat Naungan di Hari Kiamat: Implementasi Nilai-Nilai Islam dalam Kehidupan

Khutbah Jumat yang disampaikan oleh Ustadz Moh. Hisyam Al Farisy di Masjid At-Taqwa, Jagalan, Kota Pasuruan, pada 15 Agustus 2025, mengulas sebuah hadis penting tentang tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah SWT pada hari kiamat. Hadis ini, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, tidak hanya sekadar janji, melainkan sebuah panduan praktis tentang bagaimana seorang Muslim dapat menjalani hidup dengan nilai-nilai yang mulia. 

Khutbah ini mengingatkan kembali bahwa dunia adalah ladang untuk menanam kebaikan, dan amalan yang dilakukan di dalamnya akan menentukan nasib seseorang di akhirat kelak, sebuah hari di mana setiap manusia hanya akan sibuk dengan amalan masing-masing.

---

Cermin Keadilan dan Ketakwaan dalam Tujuh Golongan

Khutbah ini secara terperinci menjelaskan tujuh golongan yang dijanjikan naungan, yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusia. 

Pertama, *pemimpin yang adil* menjadi cerminan dari pentingnya keadilan dalam tata kelola sosial. Seorang pemimpin yang tidak menzalimi rakyatnya dan membuat kebijakan yang menyejahterakan akan mendapat balasan yang besar. Hal ini menegaskan bahwa kekuasaan bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, melainkan amanah besar yang harus dipertanggungjawabkan.

Kedua, *pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah* menyoroti perjuangan melawan hawa nafsu di usia yang penuh godaan. Di saat banyak pemuda terjerumus pada kesenangan dunia, mereka yang memilih untuk beribadah dan taat kepada Allah menunjukkan tingkat ketakwaan yang tinggi. 

Ketiga, khutbah ini menyebutkan *seseorang yang hatinya terpaut pada masjid*. Ini bukan hanya tentang sering pergi ke masjid, tetapi tentang menjadikan masjid sebagai pusat spiritual, tempat hati merasa tenang dan rindu untuk beribadah.

---

Akhlak Mulia sebagai Landasan Amal

Selain itu, hadis ini juga menekankan pentingnya akhlak mulia dalam hubungan sosial. 

Golongan keempat adalah *dua orang yang saling mencintai karena Allah*. Cinta yang tulus dan ikhlas, bukan karena harta atau status, melainkan karena dorongan untuk mencapai ridha Allah, menjadi pondasi ukhuwah Islamiyah yang kuat. Hubungan semacam ini mendorong kolaborasi dalam kebaikan dan ketakwaan.

Kelima, *seorang pria yang menolak ajakan zina dari wanita kaya dan cantik* menunjukkan kekuatan iman yang luar biasa. Pria tersebut, yang mencontoh keteguhan Nabi Yusuf AS, mampu mengendalikan hawa nafsu di tengah godaan yang besar. Ini adalah bukti nyata bahwa rasa takut kepada Allah lebih berharga daripada kesenangan sesaat.

Dua golongan terakhir menyoroti pentingnya keikhlasan dan introspeksi diri. 

Golongan keenam adalah *seseorang yang bersedekah secara diam-diam*, bahkan "tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya". Keikhlasan dalam beramal tanpa mengharapkan pujian dari manusia adalah kunci diterimanya ibadah. 

Terakhir, ketujuh, *seseorang yang mengingat Allah di kesunyian malam hingga meneteskan air mata* menunjukkan hubungan personal yang mendalam dengan Sang Pencipta. Mereka yang merenungi dosa-dosa di malam hari dan bertaubat dengan air mata adalah hamba-hamba yang menyadari betapa fana dan penuh kekurangan dirinya.

---

Kesimpulan

Secara keseluruhan, khutbah ini memberikan pesan yang kuat bahwa amalan-amalan yang dilakukan di dunia, sekecil apa pun, akan memiliki dampak besar di akhirat. Ketujuh golongan yang dijanjikan naungan Allah bukan hanya tentang ritual keagamaan, melainkan juga tentang bagaimana seseorang menginternalisasi nilai-nilai keadilan, ketakwaan, akhlak mulia, keikhlasan, dan hubungan yang mendalam dengan Allah dalam setiap aspek kehidupannya. 

Dengan berusaha menjadi bagian dari golongan-golongan tersebut, umat Muslim diingatkan untuk terus berikhtiar memperbaiki diri, karena pada akhirnya, hanya amalan dan pertolongan Allah-lah yang dapat menyelamatkan manusia dari kengerian hari kiamat. (*)

Firnas
Jumat, 15/8/2025

LMKN Targetkan Royalti Musik dari Hotel, Pengusaha Keberatan dengan Skema Perhitungan

LMKN Targetkan Royalti Musik dari Hotel, Pengusaha Keberatan dengan Skema Perhitungan

MATARAM – Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) mulai memperluas target penagihan royalti musik ke sektor perhotelan. Tidak hanya di restoran dan kafe, kini LMKN juga menagih royalti atas penggunaan televisi di kamar-kamar hotel, sebuah kebijakan yang memicu keberatan dari para pengusaha hotel.

Penagihan ini mulai diberlakukan per Juli 2025. Salah satu yang terdampak adalah Hotel Grand Madani di Mataram. General Manager hotel tersebut, Rega Fajar Firdaus, mengaku telah menerima tagihan royalti sebesar Rp4 juta. Angka ini dihitung berdasarkan fasilitas televisi yang tersedia di setiap kamar, meskipun fasilitas tersebut dianggap sebagai tambahan dan tidak dikomersialkan secara langsung seperti layaknya karaoke.

---

Ancaman Sanksi dan Skema Tarif

LMKN memberikan ancaman sanksi pidana penjara hingga 10 tahun dan denda Rp4 miliar bagi pihak hotel yang tidak kooperatif dalam membayar royalti. Namun, menurut Rega, skema perhitungan tarif yang diberlakukan LMKN dinilai masih simpang siur dan memberatkan.

"Cara perhitungan royalti musik di kamar hotel ini masih simpang siur. Ada hotel bintang satu dan kelas melati yang tidak ada TV di kamarnya, tetapi tetap dikenakan tagihan," ungkap Rega.

Berikut adalah rincian tarif royalti musik tahunan yang ditetapkan LMKN untuk hotel:

* **Hotel Berbintang:**
    * 1-50 kamar: Rp2 juta
    * 51-100 kamar: Rp4 juta
    * 101-150 kamar: Rp6 juta
    * 151-200 kamar: Rp8 juta
    * >200 kamar: Rp12 juta
* **Hotel Non-Bintang:**
    * >60 kamar: Rp1 juta
* **Resor, Hotel Eksklusif, dan Butik:**
    * Rp16 juta per tahun (tanpa jumlah minimum kamar)

Penagihan royalti ini tidak hanya mencakup kamar hotel, tetapi juga fasilitas publik lainnya, seperti ruang tunggu, kafe, restoran, spa, pusat kebugaran, kolam renang, ruang bermain anak, salon, toko, dan lift.

---

Perdebatan Hitung-hitungan Royalti

Rega menilai, LMKN seharusnya memperjelas dasar perhitungan royalti untuk televisi di kamar hotel. Selama ini, penggunaan televisi di kamar bukanlah objek komersial yang dijual terpisah.

Di sisi lain, pihak LMKN berpendapat bahwa setiap fasilitas yang dapat memutar musik, tanpa terkecuali, harus dikenakan royalti. Perbedaan pandangan ini menimbulkan keresahan di kalangan pengusaha hotel, terutama terkait transparansi dan keadilan dalam skema penagihan. Hingga saat ini, belum ada kejelasan lebih lanjut dari LMKN mengenai bagaimana keluhan ini akan ditindaklanjuti.  (*)

Fim

https://youtu.be/Xqz4b8IGgsE?si=FYqX0WFQT6q9X6Qg
___

Tugu Tirta Kota Malang Lakukan Pengerukan Sungai Wendit Setelah 12 Tahun


MALANG – Perumda Air Minum Tugu Tirta Kota Malang kembali mengambil langkah strategis dengan melakukan pengerukan di Sungai Wendit, salah satu sumber air vital bagi Kota Malang. Pengerukan ini menjadi sorotan karena merupakan upaya pemeliharaan pertama yang dilakukan setelah 12 tahun lamanya.

Diskusi interaktif di Radio Cityguide Malang pada Jumat (15/8/2025) menghadirkan Direktur Utama Perumda Air Minum Tugu Tirta Priyosudibio, Direktur Teknik Muhammad Fauzan Indrawan, Guru Besar Teknik Pengairan Universitas Brawijaya (UB) Prof. Dr. Ir. Muhammad Bisri, dan Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Malang Dito Arief Nur Rahmadi. Mereka membahas latar belakang, teknis pelaksanaan, hingga aspek regulasi dari pengerukan Sungai Wendit ini.

Alasan Pengerukan dan Dampak Lingkungan

Priyosudibio, yang akrab disapa Pak Priyo, menjelaskan bahwa keputusan ini diambil setelah mengidentifikasi berbagai masalah di Sungai Wendit. "Kami menemukan bahwa sudah 12 tahun tidak ada pengerukan yang memadai. Bahkan ada tanaman sawi tumbuh di atas sungai karena volume air hanya sekitar 20 cm, sementara lumpur di bawahnya mencapai 2 meter," terangnya.

Kondisi tersebut menyebabkan beberapa dampak serius:
* *Air Keruh:* Endapan lumpur yang tebal membuat air menjadi keruh saat hujan, mengganggu kualitas air baku.
* *Sumber Air Tidak Optimal:* Sumber-sumber air yang tertutup sedimen lumpur tidak berfungsi maksimal.
* *Banjir Berulang:* Terjadi banjir setiap 4-5 tahun, bahkan sempat menenggelamkan pos pompa Tugu Tirta.

Pengerukan ini dilakukan berkat inisiasi dan lobi Tugu Tirta kepada Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas. "Ini gratis, karena kami membayar iuran pemeliharaan SDA sekitar Rp 500 juta per bulan," kata Priyo. Warga Desa Mangliawan, yang terdampak langsung, juga memberikan dukungan luar biasa dengan menyediakan 20 titik penampungan lumpur hasil pengerukan.

---

Proses Teknis dan Harapan Pasca-Pengerukan

Direktur Teknik Muhammad Fauzan Indrawan menjelaskan bahwa proses pengerukan menggunakan dua alat berat (satu di air dan satu di darat) dan dilakukan secara bertahap untuk menjaga kejernihan air. "Pengerukan dilakukan sedalam 1,5 meter hingga batas padas, dan kami perkirakan akan memakan waktu 1,5 hingga 2 bulan," jelasnya.

Setelah pengerukan selesai, Tugu Tirta akan berupaya menormalkan kembali aliran sungai agar flora dan fauna dapat tumbuh. Diharapkan, air dari Sungai Wendit dapat kembali dimanfaatkan masyarakat untuk keramba, hidroponik, hingga menjadi destinasi wisata baru dengan adanya warung kopi dan perahu di pinggir sungai.

---

Tanggapan Akademisi dan Legislatif

Guru Besar Teknik Pengairan UB, Prof. Bisri, mengapresiasi langkah Tugu Tirta. Ia menyoroti perubahan undang-undang sumber daya air dari tahun 2004 (revisi 2019) yang kini memprioritaskan *konservasi sumber daya air* sebelum pendayagunaan. "Apa yang dilakukan Tugu Tirta sudah tepat, yaitu memulai dari konservasi, walaupun informasinya sudah sangat terlambat," tegasnya.

Namun, Prof. Bisri juga mempertanyakan isu *kewenangan*. "Siapa yang punya kewajiban memelihara kali Wendit ini? Apakah kewenangannya Tugu Tirta, BBWS, atau pemerintah daerah? Hal ini penting agar pemeliharaan rutin dan berkala dapat terus dilakukan dan tidak terulang lagi," tambahnya.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Malang Dito Arief Nur Rahmadi, menegaskan bahwa masalah ini adalah *tanggung jawab bersama*. "Kita harus berkolaborasi dengan BBWS, Tugu Tirta, pemerintah Kota Malang, masyarakat, dan akademisi. Pemeliharaan rutin harus dianggarkan dan menjadi komitmen bersama, tidak hanya dari Tugu Tirta," pungkasnya.(*)

Fim
Jumat, 15/8/2025

Kota Surabaya Luncurkan Program "Kampung Pancasila" untuk Tingkatkan Kolaborasi Warga dan Pemerintah


SURABAYA – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya meluncurkan program inovatif bertajuk "Kampung Pancasila" sebagai upaya menyempurnakan berbagai program kampung yang telah digagas sebelumnya. Program ini bertujuan untuk menyatukan dan mengintegrasikan beragam kegiatan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yang semula berjalan sendiri-sendiri, dengan mengedepankan semangat kolaborasi dan gotong royong di tengah masyarakat.

Dalam sebuah acara diskusi interaktif di Radio Suara Surabaya, Jumat, 15/8/2025, yang dihadiri oleh Kepala BPBD Surabaya Irvan Widyanto dan para camat, program ini dijelaskan sebagai wadah yang menaungi 1.360 RW, 153 kelurahan, dan 31 kecamatan. Filosofi utamanya, menurut Irvan, adalah kolaborasi menyeluruh—baik antar-OPD, antara ASN dengan warga, maupun antar-warga itu sendiri. "Ini adalah sebuah ide brilian dari Bapak Wali Kota, di mana tidak ada lagi sekat. Semua OPD terlibat dan berkolaborasi untuk empat sektor," ujarnya.

---

Empat Sektor dan Struktur Penanggulangan Masalah

Program Kampung Pancasila dibagi menjadi empat pilar utama:
1.  *Sektor Lingkungan* (dikoordinasi oleh Dinas Lingkungan Hidup)
2.  *Sektor Kemasyarakatan* (dikoordinasi oleh Satpol PP)
3.  *Sektor Ekonomi* (dikoordinasi oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro)
4.  *Sektor Sosial Budaya* (dikoordinasi oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil)

Setiap Ketua RW otomatis menjabat sebagai Ketua Satgas Kampung Pancasila di wilayahnya. Mereka dibantu oleh empat kelompok kerja (pokja) yang beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat. Sementara itu, para camat bertindak sebagai pengarah dalam program ini.

Untuk mendukung program, Pemkot Surabaya meluncurkan aplikasi *"Sayang Warga"*. Melalui aplikasi ini, Ketua RW dan RT dapat melakukan *self-assessment* untuk menilai kondisi kampungnya. Hasil penilaian ini akan mengkategorikan kampung mereka sebagai *pemula*, *berkembang*, atau *maju*. 

Irvan Widyanto menjelaskan bahwa program ini akan dilombakan, bukan sekadar untuk kompetisi, melainkan untuk memotivasi warga dalam mengatasi masalah secara gotong royong.

---

Peran ASN Pendamping dan Warga

Sebanyak 6.600 ASN pendamping diterjunkan langsung ke kampung-kampung untuk mendampingi dan mengawal Satgas di tingkat RW. Tugas utama mereka adalah menjadi fasilitator dan motivator bagi warga. Jika ditemukan masalah, ASN akan menganalisis apakah masalah tersebut bisa diselesaikan secara gotong royong atau memerlukan intervensi langsung dari OPD terkait. "Ketika di aplikasi muncul satu permasalahan, OPD wajib merespons," tegas Irvan.

Implementasi program ini mendapat sambutan positif dari warga, seperti yang disampaikan oleh Pak Rizal, Camat Pabean Cantikan. "Masyarakat sangat antusias. Mereka ingin kampungnya bersih, tidak ada masalah, dan sejahtera," katanya. Warga berharap program ini dapat mengembalikan semangat kolaborasi dan kepedulian sosial yang kian memudar.

Dengan adanya program Kampung Pancasila, Pemkot Surabaya berupaya menciptakan tatanan masyarakat yang lebih mandiri dan solutif. Program ini diharapkan dapat menjadi model kolaborasi yang efektif antara pemerintah dan warganya dalam menyelesaikan berbagai persoalan di tingkat akar rumput.(*)

Fim
Jumat, 15/8/2025

Celios Minta PBB Audit Data BPS, Pertumbuhan Ekonomi RI Dinilai Janggal



JAKARTA — Lembaga kajian ekonomi Center of Economics and Law Studies (Celios) secara resmi meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengaudit data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Celios mencurigai adanya inkonsistensi dan ketidakakuratan data, khususnya terkait angka pertumbuhan ekonomi 5,12% pada kuartal II tahun 2025 yang dinilai tidak sesuai dengan realita di lapangan.

Menurut Media Wahyudi Askar, Direktur Kebijakan Publik Celios, permintaan audit ini didasari oleh kebingungan banyak ekonom, pelaku usaha, dan masyarakat luas. Ia menyebutkan, prediksi dari studi lain seperti Reuters hanya menempatkan pertumbuhan ekonomi di angka 4,8%.

"Kami mengirim surat ke Divisi Statistik PBB dan Komisi Statistik PBB untuk meminta tinjauan diagnostik teknis terhadap kerangka pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujar Media Wahyudi Askar. 

"Ini bukan untuk merusak citra pemerintah, melainkan murni pertimbangan akademik agar data BPS lebih akurat.

"Anomali Data yang Dipertanyakan Celios

Celios menemukan beberapa anomali signifikan dalam data BPS, antara lain:

Perdagangan dan Pendapatan Negara: 
BPS melaporkan pertumbuhan ekspor dan impor, namun pada saat bersamaan, Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) justru turun 22% secara year on year.

Musiman: 
Pertumbuhan kuartal I seharusnya lebih tinggi dari kuartal II karena adanya momentum Ramadan dan Idulfitri. Namun, data BPS menunjukkan sebaliknya.

Sektor Manufaktur: 
Pertumbuhan manufaktur yang diklaim BPS tidak sejalan dengan data Purchasing Manager's Index (PMI) yang turun. Selain itu, terjadi kenaikan PHK di sektor ini sebesar 32% selama Januari-Juni.

Penurunan Pajak dan Penjualan: Data retail diklaim membaik, namun data dari Kementerian Keuangan menunjukkan penerimaan PPN dan PPNBM anjlok 19,7%. Penjualan mobil turun 8,6% dan penjualan semen turun 2,5%, padahal BPS mengklaim sektor konstruksi menjadi tulang punggung ekonomi.

Dampak Buruk Ketiadaan Transparansi

Media Wahyudi Askar menegaskan, jika BPS tidak transparan dalam metodologi perhitungannya, hal ini bisa merusak kepercayaan publik dan merugikan negara. 

"Jika pertumbuhan dilebih-lebihkan, pemerintah bisa keliru dalam membuat kebijakan. Masyarakat yang seharusnya mendapat bantuan sosial lebih banyak, atau pelaku usaha yang butuh insentif, justru tidak mendapatkannya karena dianggap ekonomi baik-baik saja," jelasnya. 

Ia juga menambahkan, data yang tidak akurat dapat merusak reputasi Indonesia di mata internasional dan berdampak pada hubungan dengan investor.Celios menilai transparansi data pemerintah saat ini berada pada skala 1 dari 5, yang berarti sangat tidak transparan. Mereka berharap BPS mau membuka metodologinya secara terbuka agar diskursus akademik yang sehat dapat terjadi dan kepercayaan publik kembali pulih. (*)

Fim

Sumber:
https://youtu.be/fWNTVRgwLNE?si=B5e_o9IdLPUpqS1T
____

Telaga Kautsar: Janji Allah kepada Rasulullah untuk ummatnya di hari kiamat dan Peringatkan Umat untuk Tetap Istiqamah di Atas Sunnah



Kota Pasuruan — Kamis malam (14/8/2025), Masjid At-Taqwa Jagalan kembali menggelar pengajian rutin dengan menghadirkan Ustadz Anang Abdul Malik. Dalam kajian kali ini, beliau membahas makna dan hakikat *Telaga Kautsar*, sebuah nikmat agung yang dijanjikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW di akhirat kelak.

Mengutip Surat Al-Kautsar ayat 1

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اِنَّاۤ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَ 

 *"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (nikmat) Al-Kautsar"*, 

Ustadz Anang menjelaskan bahwa Al-Kautsar bukan hanya telaga istimewa di Padang Mahsyar, tetapi juga melambangkan kebaikan yang sangat banyak yang dianugerahkan Allah kepada Rasulullah SAW.

Dari hadits riwayat Anas bin Malik, telaga ini digambarkan luasnya bagaikan jarak antara Baitul Maqdis dan Ka’bah, dengan air lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, dan harum semerbak. “Siapa pun yang meminum airnya tidak akan haus selamanya,” ujar beliau.

Hadits riwayat Anas bin Malik:
"Sungguh aku memiliki telaga yang luasnya bagai antara Eliya (Baitul Maqdis) dan Ka'bah. Airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu. Di sana banyak wadah sebanyak bintang di langit." 

Namun, Ustadz Anang menekankan, tidak semua orang akan mendapat kehormatan meminum dari Telaga Kautsar. Berdasarkan hadits sahih riwayat Bukhari, ada golongan yang akan ditolak — termasuk mereka yang melakukan bid’ah, murtad, atau menyimpang dari akidah. Rasulullah sendiri dikisahkan akan menyaksikan penolakan tersebut di hari kiamat.

Hadits riwayat Bukhari:
"Akan ditolak sejumlah orang dari sahabat-sahabatku (dari telagaku kelak), sehingga ketika aku melihat mereka, mereka melambai-lambaikan tangan kepadaku, maka aku pun berkata, 'Kalian sahabat-sahabatku?' Tetapi kemudian ada teguran, 'Sesungguhnya kamu tidak tahu bid'ah-bid'ah yang telah mereka adakan sepeninggalmu'." 

“Ini menjadi peringatan agar kita tetap istiqamah mengikuti sunnah Nabi dan menjauhi hal-hal baru dalam agama yang tidak diajarkan beliau,” pesan Ustadz Anang.

Pengajian ini ditutup dengan doa bersama, memohon kepada Allah agar termasuk golongan yang kelak diizinkan minum dari Telaga Kautsar sebagai tanda rahmat dan ridha-Nya. (*)

Firnas Muttaqin 
Kamis, 14/8/2025
---

80 Tahun Indonesia Merdeka: Sejahtera atau Masih dalam Perdebatan?



SURABAYA – Memperingati 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, stasiun radio Suara Surabaya mengadakan survei dan diskusi interaktif dengan pendengar untuk menjawab pertanyaan krusial: "Sudah sejahterakah kita?" Diskusi ini menunjukkan beragam pandangan, mulai dari yang pesimis, optimis, hingga kebingungan dalam memberikan penilaian. (Kamis, 14/8/2025)

*Pandangan Para Pendengar: Mayoritas Belum Sejahtera*

Dalam segmen siaran, beberapa pendengar memberikan tanggapan. Mayoritas berpendapat Indonesia belum mencapai kesejahteraan.

* *Pak Wayan Widarse:* Mengkritik ketidakmerataan ekonomi, di mana "seribu orang menguasai 85% ekonomi Indonesia," membuat mayoritas rakyat tidak merasakan dampak pembangunan. Ia juga membandingkan GDP per kapita Indonesia yang masih tertinggal jauh dari negara tetangga seperti Malaysia.
* *Pak Jumadi:* Menegaskan bahwa persentase rakyat yang belum sejahtera masih sangat besar. Ia mendefinisikan kesejahteraan sebagai akses terhadap tempat tinggal layak, ekonomi stabil, pendidikan terjamin, dan lapangan pekerjaan yang memadai. Ia juga menyoroti korupsi yang marak sebagai tontonan menyakitkan.
* *Pak Eka:* Mengungkapkan kebingungan karena ia merasa kesejahteraan hanya dinikmati oleh para pejabat dan keluarga mereka, sementara rakyat menengah ke bawah masih jauh dari kata sejahtera.
* *Pak Agung:* Berpendapat bahwa kesejahteraan sulit tercapai jika rakyat masih "diperas" oleh berbagai macam pajak, padahal negara memiliki sumber daya alam yang melimpah.

Namun, ada pula pandangan yang lebih optimis dan beragam:
* *Pak Nawawi:* Merasa sudah sejahtera, terutama jika dibandingkan dengan kondisi 23 tahun yang lalu.
* *Pak Budiono:* Menyatakan "bingung" untuk menilai. Di satu sisi, ia melihat tidak ada orang yang kelaparan, bahkan di desa-desa pun banyak yang memiliki motor. Namun di sisi lain, ia mengakui adanya MBR (masyarakat berpenghasilan rendah) dan kemiskinan ekstrem, serta ekonomi yang sedang lesu.

*Data dan Analisis Pendukung*

Penyiar juga memaparkan beberapa data pendukung untuk memperkaya diskusi:
* *Survei Litbang Kompas 2022:* 70,4% responden menilai rakyat Indonesia belum sejahtera. Hasil ini konsisten di semua generasi.
* *Survei Tingkat Kebahagiaan 2024:* Indonesia berada di posisi keenam di Asia Tenggara, tertinggal dari Singapura, Vietnam, Thailand, Filipina, dan Malaysia.
* *Todung Mulya Lubis (2023):* Guru Besar Hukum ini menyoroti bahwa Indonesia sejak dulu memiliki sumber daya melimpah, namun pengelolaan ekonomi belum tepat. Gagasan *welfare state* (negara kesejahteraan) belum terimplementasi dengan baik, dan ide-ide brilian sering kali hanya menjadi bahan politik.
* *Data BPS Februari 2025:* Angka pengangguran Indonesia naik 83.000 orang, didukung oleh data dari Center of Economic and Law Studies yang menyebut defisit APBN dan utang jatuh tempo menjadi penyebab sulitnya pemerintah menciptakan lapangan kerja baru.

*Kesimpulan Diskusi*

Dari berbagai tanggapan dan data yang dipaparkan, diskusi di Suara Surabaya menunjukkan bahwa pertanyaan kesejahteraan di usia 80 tahun kemerdekaan bukanlah hal yang mudah dijawab. Kesejahteraan tidak hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari keadilan, ketersediaan lapangan kerja, dan meratanya akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan tempat tinggal. Perdebatan ini menyimpulkan bahwa meskipun ada kemajuan, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan agar seluruh rakyat Indonesia dapat merasakan kesejahteraan yang merata. (*)

Fim
Kamis, 14/8/2025

Peringatan Hari Pramuka 2025: Lebih dari Sekadar Seremonial, Pramuka sebagai Penjaga Kemanusiaan di Tengah Gejolak Sosial



Setiap tanggal 14 Agustus, jutaan anggota Pramuka di seluruh Indonesia merayakan hari kelahiran Gerakan Pramuka dengan penuh semangat. Namun, di tengah hiruk-pikuk perayaan Hari Pramuka ke-64 tahun 2025 ini, muncul sebuah refleksi mendalam: apakah Pramuka hanya sebatas kegiatan ekstrakurikuler, ataukah ia memiliki peran yang lebih besar sebagai penjaga moral dan kemanusiaan di tengah gejolak sosial masyarakat yang tertindas?

Gerakan Pramuka, dengan prinsip dasar dan metode pendidikannya, telah menanamkan nilai-nilai luhur seperti kemandirian, kepemimpinan, dan kepedulian sosial. Namun, dalam realitas saat ini—ketika ketidakadilan ekonomi, penyalahgunaan kekuasaan, dan diskriminasi masih menjadi wajah keseharian—peran Pramuka harus lebih dari sekadar slogan. Ia harus menjadi api kecil yang menyala di tengah gelapnya penindasan sosial.

Pramuka memiliki potensi strategis dalam tiga aspek utama:

1.  *Pendidikan Karakter dan Empati:* Melalui kegiatan bakti sosial, tanggap bencana, dan pengabdian masyarakat, Pramuka membentuk anggota yang memiliki empati tinggi. Mereka dilatih untuk memahami penderitaan orang lain secara langsung, menjadi modal penting untuk membangun solidaritas dengan masyarakat yang terpinggirkan.

2.  *Pemberdayaan dan Advokasi:* Dengan jejaring yang luas dari tingkat lokal hingga nasional, Pramuka dapat menjadi jembatan komunikasi antara masyarakat kecil dan pemangku kebijakan. Mereka bisa memfasilitasi pelatihan keterampilan, membantu literasi hukum, atau menggalang kampanye untuk mendukung hak-hak warga yang terpinggirkan.

3.  *Pelestarian Nilai Gotong Royong:* Di tengah krisis sosial, kegiatan Pramuka yang menuntut kerja sama dapat menjadi ruang untuk membangun kembali rasa saling percaya dan gotong royong, yang kian memudar di masyarakat yang terfragmentasi.

*Studi Kasus Konkret: Pramuka di Garis Depan Bencana*

Sejarah mencatat, Gerakan Pramuka telah menjadi garda terdepan dalam berbagai krisis kemanusiaan di Indonesia. Keberadaan mereka bukan hanya isapan jempol, melainkan tindakan nyata di lapangan:

* *Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah (Januari 2025):* Saat banjir melanda, anggota Pramuka sigap membantu evakuasi warga dan memperbaiki tanggul yang jebol.

* *Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat (Februari 2025):* Tim Satgas Pramuka Peduli menjadi pihak pertama yang mendistribusikan bantuan logistik kepada korban banjir di daerah terpencil.

* *Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (2021):* Dalam penanganan erupsi Semeru, Pramuka berperan aktif dari evakuasi hingga pendampingan *trauma healing*. Keberhasilan ini bahkan diakui dengan Catatan Rekor MURI.

* *Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur:* Anggota Pramuka turut serta dalam operasi pencarian korban hilang dan evakuasi saat banjir bandang melanda, menunjukkan keberanian dan pengabdian di situasi paling genting.

Kisah-kisah ini menegaskan bahwa Pramuka bukan hanya organisasi pendidikan, melainkan sentinel kemanusiaan yang turun tangan saat masyarakat menghadapi krisis nyata.

Jika nilai-nilai *Tri Satya* dan *Dasa Darma* benar-benar dijalankan, maka Pramuka tidak akan menjadi sekadar kenangan masa sekolah. Ia akan menjadi bagian dari perjuangan rakyat untuk hidup bermartabat, menjadi pelita kecil yang menguatkan harapan bahwa keadilan dan kemanusiaan masih layak diperjuangkan.

Di tengah gelapnya penindasan sosial, Pramuka bisa menjadi api kecil yang menyalakan semangat untuk meraih keadilan. Selamat Hari Pramuka!   (*)

Fim
Kamis, 14/8/2025

Wednesday, August 13, 2025

Cahaya di Balik Beban: Renungan dari Kajian Tafsir Surah Al-Insyirah



Senja yang merayap di langit Pasuruan pada Rabu malam ini (13/8/2025)  bukan sekadar pergantian waktu, melainkan juga awal dari sebuah perenungan. Di Masjid Baitul Huda, Jalan Veteran 43, usai shalat Maghrib, para jamaah duduk tenang, siap menyerap butir-butir hikmah dari Ustadz HM Yusuf Hasmy, SE, yang malam ini mengupas tuntas tafsir Surah Al-Insyirah. Sebuah surah yang tak hanya menjadi oase bagi Nabi Muhammad ﷺ di masa sulit, melainkan juga lentera bagi setiap jiwa yang merasa terhimpit.

Ustadz Yusuf memulai kajian dengan mengurai makna ayat pertama, *"Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?"* Ayat ini, menurut tafsir Ibnu Katsir, bukanlah pertanyaan retoris, melainkan sebuah janji dan karunia besar dari Allah. Ia adalah lapangnya hati, keluasan ilmu, dan keteguhan iman yang memungkinkan Nabi menghadapi tekanan dakwah dengan sabar dan ikhlas. Dalam konteks masa kini, "melapangkan dada" adalah anugerah yang harus terus kita mohonkan; sebuah ketenangan batin di tengah hiruk-pikuk dan masalah yang tak henti datang.

Selanjutnya, Ustadz Yusuf menghubungkan ayat kedua dan ketiga: *"Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu, yang memberatkan punggungmu."* Kalimat ini menggambarkan perjuangan berat yang dialami Rasulullah ﷺ di awal dakwah di Makkah. Beliau menghadapi penolakan, ejekan, bahkan ancaman fisik dari kaum Quraisy. Beban itu memang berat, namun Allah tidak pernah membiarkannya sendirian. Setiap cobaan datang bersama bimbingan wahyu dan pertolongan-Nya yang tak terduga, seolah Allah berfirman: "Aku melihat perjuanganmu, dan Aku akan meringankannya."

Yang paling menyentuh adalah pembahasan ayat keempat: *"Dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu."* Ustadz Yusuf dengan fasih menjelaskan bagaimana janji ini telah terwujud secara nyata. Nama Muhammad ﷺ selalu disebut dalam setiap adzan, disandingkan dengan nama Allah. Jutaan umat bershalawat setiap hari, dan khutbah Jumat di seluruh penjuru dunia tak pernah absen menyebut nama beliau. Kemuliaan ini bukan sekadar penghormatan, melainkan bukti nyata dari janji Allah untuk mengangkat derajat hamba-Nya yang bersabar dan berjuang di jalan-Nya.

Namun, puncak dari pesan Surah Al-Insyirah terletak pada ayat kelima: *"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."* Ustadz Yusuf menekankan, pengulangan janji ini bukan untuk sekadar penegasan, melainkan untuk menanamkan keyakinan mendalam. Kemudahan itu tidak datang *setelah* kesulitan, melainkan *bersama* kesulitan itu sendiri. Di dalam setiap masalah, sejatinya telah disisipkan jalan keluar. Tugas kita hanyalah sabar, tawakal, dan terus berusaha.

Kajian malam ini ditutup dengan ajakan untuk meneladani ketabahan Nabi, memperbanyak dzikir, dan menjaga optimisme. Jamaah pulang bukan hanya dengan pengetahuan baru, melainkan juga dengan hati yang terasa lebih ringan. Mereka membawa pulang keyakinan abadi: bahwa di balik setiap beban yang memberatkan, selalu ada cahaya harapan yang menyertainya. (*)


Ditulis oleh Firnas
Rabu, 13/8/2025

https://www.pcmpanggungrejo.my.id/2025/08/cahaya-di-balik-beban-renungan-dari.html?m=1

---

Bumi 5D banyak manusia yang memilih jalan spiritual dan meninggalkan agama


Seorang teman di facebook baru-baru ini mengunggah sebuah  kalimat di akun facebooknya: "Bumi 5D banyak manusia yang memilih jalan spiritual dan meninggalkan agama".  

Saya termenung. Ada apa dengan teman saya ?. Ini adalah sebuah pernyataan yang mengaitkan dua konsep, yaitu "Bumi 5D" dan fenomena sosial di mana orang lebih memilih spiritualitas daripada agama.

Untuk memahami maksud kalimat ini, kita perlu memecah dua konsep tersebut:

1. Bumi 5D (Dimensi Kelima)

Dalam konteks spiritualitas modern dan gerakan Zaman Baru (New Age), konsep "Bumi 5D" merujuk pada pergeseran kesadaran kolektif manusia dari dimensi ketiga (3D) ke dimensi kelima (5D).

Dimensi 3D digambarkan sebagai realitas saat ini yang didominasi oleh ego, materialisme, dualitas (baik-buruk, benar-salah), ketakutan, dan konflik. Ini adalah dimensi fisik yang kita kenal sehari-hari.

Dimensi 5D diyakini sebagai realitas dengan tingkat getaran (vibrasi) yang lebih tinggi. Di dimensi ini, manusia hidup dengan kesadaran yang lebih tinggi, mengutamakan cinta, kasih sayang, persatuan, intuisi, dan koneksi spiritual yang mendalam. Mereka melepaskan diri dari ketakutan dan ego.

Jadi, "Bumi 5D" adalah metafora untuk era baru kesadaran dan evolusi spiritual di mana manusia secara kolektif mulai hidup dengan nilai-nilai yang lebih tinggi dan harmonis.

2. Memilih Jalan Spiritual dan Meninggalkan Agama

Bagian kedua dari kalimat ini merujuk pada fenomena yang semakin umum terjadi di banyak belahan dunia, di mana orang-orang merasa tidak lagi terhubung dengan agama-agama tradisional. Mereka sering kali melihat agama sebagai sesuatu yang kaku, dogmatis, penuh aturan, dan terkadang menjadi sumber konflik.

Spiritualitas dalam konteks ini adalah pencarian makna hidup, hubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri (Tuhan, alam semesta, atau energi universal), dan pengembangan diri secara batin, tanpa harus terikat pada dogma atau institusi keagamaan tertentu.

Meninggalkan agama berarti melepaskan diri dari praktik-praktik, ritual, atau keanggotaan dalam sebuah agama formal. Mereka mungkin tetap percaya pada Tuhan, tetapi cara mereka mendekati keyakinan itu bersifat personal dan non-institusional.

Maksud Keseluruhan Kalimat

Dengan menggabungkan kedua konsep tersebut, kalimat "Bumi 5D banyak manusia yang memilih jalan spiritual dan meninggalkan agama" memiliki maksud:
Pernyataan ini mengklaim bahwa seiring dengan terjadinya pergeseran menuju era baru kesadaran yang lebih tinggi (Bumi 5D), semakin banyak orang yang melepaskan diri dari batasan-batasan agama tradisional. Mereka memilih untuk mencari koneksi spiritual yang lebih personal, bebas, dan otentik, yang dianggap lebih sesuai dengan nilai-nilai cinta, persatuan, dan kesadaran yang diyakini sebagai ciri khas dimensi kelima.

Jadi, kalimat ini bukan sekadar observasi, tetapi sebuah keyakinan bahwa perubahan spiritualitas individu adalah bagian dari evolusi besar yang sedang dialami oleh planet dan umat manusia.

*5D Versus Islam*

Pernyataan "5D versus Islam" menyoroti perbedaan mendasar antara konsep spiritualitas "Bumi 5D" dan ajaran agama Islam. Kedua pandangan ini memiliki landasan filosofis dan praktis yang berbeda dalam menjelaskan realitas, tujuan hidup, dan hubungan manusia dengan alam semesta. 

Berikut adalah perbandingan dan kontras dari keduanya:

1. Sumber Ajaran dan Otoritas
5D (Spiritualitas Zaman Baru):

Konsep 5D tidak memiliki sumber otoritatif tunggal. Ajarannya berasal dari berbagai sumber, seperti intuisi pribadi, channeling, interpretasi metafisika, dan sintesis dari berbagai tradisi spiritual non-institusional. Otoritas tertinggi adalah kesadaran dan pengalaman individu itu sendiri.

Islam: Islam didasarkan pada dua sumber utama yang otentik dan mutlak: Al-Qur'an (wahyu Allah SWT) dan Sunnah (ajaran dan praktik Nabi Muhammad SAW). Kedua sumber ini menjadi pedoman utama dalam setiap aspek kehidupan, dari ibadah hingga moralitas. Otoritas berasal dari teks-teks suci dan penafsiran ulama yang kompeten.

2. Tujuan Utama Kehidupan

5D: Tujuan utama adalah evolusi kesadaran, yaitu "naik" ke dimensi yang lebih tinggi. Ini berfokus pada pengembangan diri, penguasaan energi, dan pencapaian kebahagiaan serta kedamaian batin melalui keselarasan dengan alam semesta.

Islam: Tujuan utama adalah beribadah kepada Allah SWT (‘ubudiyah) dan mencapai keridhaan-Nya. Kesuksesan sejati diukur dari bagaimana seorang Muslim menaati perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan pada akhirnya mendapatkan surga di akhirat. Dunia dipandang sebagai tempat ujian untuk mempersiapkan kehidupan abadi.

3. Konsep Tuhan dan Alam Semesta

5D: Konsep Tuhan bervariasi, sering kali bersifat panteistik atau panenteistik—yakni Tuhan adalah alam semesta itu sendiri atau Tuhan ada di dalam segala sesuatu. Kesadaran ilahi dianggap ada di dalam setiap individu.

Islam: Konsep Tuhan sangat tegas dan monoteistik (Tawhid). Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan, pencipta, dan penguasa alam semesta. Ia bersifat transenden (berbeda dari ciptaan-Nya) namun imanen (dekat dan mengetahui segala sesuatu). Manusia adalah ciptaan-Nya, bukan bagian dari esensi ilahi itu sendiri.

4. Etika dan Moralitas

5D: Etika dan moralitas sering kali bersifat relatif dan didasarkan pada intuisi pribadi atau konsep "apa yang terasa benar". Penekanannya adalah pada cinta universal, kebebasan, dan non-penghakiman.

Islam: Etika dan moralitas bersifat absolut, ditetapkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Ada batasan jelas tentang yang halal (diperbolehkan) dan haram (dilarang), serta perintah untuk berbuat baik kepada sesama, berbakti kepada orang tua, dan menjaga keadilan.

5. Penanganan Penderitaan dan Masalah

5D: Penderitaan sering dipandang sebagai akibat dari getaran energi yang rendah atau sebagai pelajaran untuk pertumbuhan spiritual. Solusinya adalah dengan menaikkan frekuensi energi dan mengubah perspektif internal.

Islam: Penderitaan dipandang sebagai ujian dari Allah SWT. Seorang Muslim diperintahkan untuk bersabar, bertawakal (berserah diri), dan berdoa. Keyakinan bahwa kesulitan akan diganjar pahala di akhirat memberikan kekuatan spiritual untuk menghadapinya.

*Kesimpulan*

Pada dasarnya, "5D" dan Islam mewakili dua pandangan dunia yang sangat berbeda. "5D" menawarkan kerangka kerja spiritual yang sangat personal, non-institusional, dan berfokus pada kesadaran internal serta energi. Sementara itu, Islam adalah sebuah agama yang komprehensif, berbasis wahyu, dengan aturan dan pedoman hidup yang jelas.

Bagi seorang Muslim, ajaran Islam sudah menyediakan kerangka spiritual yang lengkap, termasuk tentang ketenangan batin, kebahagiaan sejati, dan hubungan dengan Tuhan, sehingga konsep "Bumi 5D" sering kali dianggap tidak sesuai karena memiliki landasan teologis yang berbeda, terutama dalam hal konsep ketuhanan dan sumber hukumnya.

Jadi, konsep 5D ini tak beda dengan jargon yang pernah populer tempo dulu : *^Spiritual yes, religion no"*

Ya, kesimpulan Anda sangat tepat. Konsep "5D" dalam konteks pergeseran spiritualitas modern memang memiliki kemiripan yang sangat kuat dengan jargon populer "spiritual yes, religion no."

Berikut adalah beberapa alasan mengapa keduanya pada dasarnya adalah manifestasi dari pemikiran yang sama:

Fokus pada Pengalaman Individu: 

Baik "Bumi 5D" maupun "spiritual yes, religion no" sama-sama menempatkan pengalaman dan kesadaran pribadi sebagai pusat dari perjalanan spiritual. Mereka menekankan pentingnya intuisi, perasaan, dan koneksi langsung dengan alam semesta atau kekuatan yang lebih tinggi, tanpa perantara institusi keagamaan.
Kritik terhadap Institusi Agama: Keduanya muncul sebagai respons atau kritik terhadap apa yang dianggap sebagai kekurangan agama-agama tradisional, seperti dogmatisme, aturan yang kaku, hierarki yang korup, dan konflik yang sering kali muncul atas nama agama. Mereka melihat agama sebagai struktur yang membatasi, sementara spiritualitas dianggap membebaskan.

Pencarian Makna di Luar Doktrin: Orang-orang yang menganut "spiritual yes, religion no" mencari makna hidup dan ketenangan batin melalui praktik-praktik seperti meditasi, yoga, kesadaran penuh (mindfulness), atau pengembangan diri, yang sering kali tidak terikat pada doktrin agama tertentu. Hal ini sejalan dengan tujuan "naik" ke dimensi 5D yang juga berfokus pada kedamaian, cinta, dan keselarasan batin.

Konsep Universalitas: Konsep 5D menekankan persatuan dan keselarasan universal, di mana semua manusia adalah satu dan terhubung. Ini juga merupakan inti dari pandangan "spiritual yes, religion no" yang cenderung melintasi batas-batas agama dan budaya. Mereka lebih tertarik pada nilai-nilai universal seperti kasih sayang, perdamaian, dan kebaikan, daripada ritual atau dogma spesifik sebuah agama.

Dengan demikian, "Bumi 5D" bisa dianggap sebagai evolusi atau versi yang lebih modern dari jargon "spiritual yes, religion no," yang dilengkapi dengan istilah-istilah metafisika dan konsep dimensi yang lebih kompleks. Inti dari keduanya tetap sama: mencari kebenaran dan ketenangan spiritual secara personal, terlepas dari batasan-batasan agama yang terorganisasi.

Penulis: Firnas
Rabu, 13 Agustus 2025

Tuesday, August 12, 2025

Ustadz Abdullah: Memahami Kewajiban Zakat sebagai Pilar Utama Keislaman


PASURUAN– Ustadz Abdullah dalam pengajiannya di Musholla An Nur, Bangilan, Kota Pasuruan, pada Selasa (12/8/2025), menjelaskan secara mendalam tentang hukum dan jenis-jenis zakat. Beliau menekankan bahwa zakat adalah kewajiban fundamental yang harus diketahui oleh setiap Muslim, dan ketidakpahaman tentangnya dapat dianggap sebagai dosa.

*Zakat sebagai Kewajiban yang Harus Diketahui*

Ustadz Abdullah mengawali ceramahnya dengan menegaskan bahwa zakat termasuk dalam kategori *al-wajibat di dunia*, yaitu kewajiban yang harus diketahui setiap individu Muslim. Beliau membedakan zakat dengan hukum-hukum terperinci lain seperti hukum perang atau *tayamum* yang tidak wajib diketahui oleh semua orang.

"Jika seorang Muslim tidak tahu kalau ada kewajiban zakat, maka dia dianggap berdosa," tegas Ustadz Abdullah. "Sampai mengaku Islam, harus tahu bahwa di Islam itu ada kewajiban yang namanya zakat."

Beliau juga menjelaskan bahwa pengetahuan ini tidak hanya sebatas keberadaan zakat, tetapi juga mencakup jenis-jenis zakat yang ada.

*Jenis-jenis Zakat dan Syaratnya*

Ustadz Abdullah membagi zakat menjadi dua kategori besar:
1.  *Zakat Badan (Zakatul Fitri)*: Zakat yang wajib dikeluarkan sebagai individu.
2.  *Zakat Harta (Zakatul Maal)*: Zakat yang dikeluarkan dari harta kekayaan.

Secara lebih rinci, beliau memaparkan beberapa jenis zakat harta beserta syaratnya:

1.  *Zakat Hewan Ternak (*Al-An'aam*)*:
    * Hanya berlaku untuk tiga jenis hewan: unta, sapi, dan kambing. Hewan lain seperti kerbau atau unggas tidak termasuk.
    * Hewan ternak harus digembalakan di padang rumput secara gratis. Jika pakan dibeli, maka tidak wajib zakat.
    * Hewan tersebut bukan digunakan untuk bekerja.
    * Jumlahnya harus mencapai nisab (batas minimal), seperti 40 ekor kambing atau 30 ekor sapi.
    * Dimiliki selama satu tahun penuh (*haul*).

2.  *Zakat Emas dan Perak (*An-Nuqud*)*:
    * Zakat ini berlaku untuk emas, perak, dan mata uang modern (seperti rupiah, dolar, dan sejenisnya).
    * Nisab emas adalah 20 *misqal* atau setara dengan 84 gram emas.
    * Nisab perak adalah 200 *dirham* atau setara dengan 595 gram perak.
    * Beliau menghitung bahwa jika harga emas per gram adalah sekitar Rp1,8 juta, maka nisabnya adalah sekitar Rp151 juta. Seseorang yang memiliki harta setara atau melebihi jumlah tersebut selama satu tahun wajib membayar zakat sebesar 2,5%.

3.  *Zakat Perdagangan (*Tijarah*)*: Zakat yang dikenakan pada aset bisnis yang memenuhi syarat.
4.  *Zakat Tambang (Ma'adin) dan Barang Temuan (Rikaz)*: Zakat ini berlaku khusus untuk hasil tambang emas dan perak, serta barang temuan.

Ustadz Abdullah menutup ceramahnya dengan menekankan pentingnya setiap Muslim memiliki pemahaman yang baik tentang zakat, karena zakat adalah salah satu pilar keimanan yang menjadi kewajiban bagi setiap individu yang memenuhi syarat. (*)

Penulis: Firnas 
Selasa, 12/8/2025

https://jatimlines.id/kewajiban-zakat-menurut-ustadz-abdullah/
__

Direktur Utama Agrinas Pangan Nusantara Mundur, Kritik Birokrasi Danantara yang Lambat



JAKARTA – Direktur Utama PT Agrinas Pangan Nusantara, Joao Angelo, hari ini (Senin) mengumumkan pengunduran dirinya setelah menjabat selama enam bulan. Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta pada Senin (11/8/2025), Angelo mengungkapkan rasa penyesalannya karena belum mampu memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan kesejahteraan petani dan kedaulatan pangan.

Pengunduran diri ini disampaikan Angelo secara langsung kepada Badan Pangan Nasional (Danantara), yang menjadi induk dari Agrinas Pangan Nusantara. Ia menjelaskan bahwa keputusan ini adalah "ultima ratio" atau langkah terakhir yang terpaksa diambil.

Menurut Angelo, meskipun Presiden telah memberikan perhatian serius terhadap isu pangan dan menginginkan percepatan, niat baik tersebut tidak didukung sepenuhnya oleh para pemangku kepentingan. Ia secara spesifik mengkritik birokrasi di Danantara yang dinilai masih lambat, berbelit-belit, dan tidak berorientasi pada bisnis.

"Sampai hari ini, Agrinas Pangan Nusantara masih nol," tegas Angelo, merujuk pada minimnya dukungan anggaran dan lambatnya proses administrasi. Ia mencontohkan bahwa pihaknya sudah tiga hingga empat kali diminta menyerahkan *feasibility study* (FS) tanpa adanya kejelasan lebih lanjut.

Angelo, yang memiliki latar belakang dari sektor swasta, merasa budaya kerja birokrasi yang rumit sangat berbeda dengan cara kerjanya yang cepat dan berorientasi pada hasil. Ia melihat semangat Presiden untuk memotong birokrasi tidak terimplementasi dengan baik oleh para pembantunya.

"Ini bukan kritikan, tapi mungkin ini sikap kami yang belum terbiasa dengan sistem administrasi birokrasi yang sangat bertele-tele," jelas Angelo.

Menanggapi pertanyaan tentang apakah Presiden Prabowo mengetahui pengunduran dirinya, Angelo tidak memberikan jawaban pasti. Ia hanya menyatakan bahwa surat pengunduran dirinya telah diserahkan kepada seorang staf di Danantara. Berdasarkan prosedur, ia masih harus menjalankan tugas selama 30 hari ke depan, namun tidak lagi berwenang menandatangani dokumen.

Angelo menutup pernyataannya dengan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya para petani, serta kepada negara dan Presiden. Ia mengaku malu karena tidak berhasil mengemban amanah selama masa jabatannya. (*)

Penulis: Fim

https://youtu.be/foIylTeBvu4?si=-HDYPBwCh6M7lUzy
_____

Monday, August 11, 2025

Hikmah Puasa Sunnah dan Pentingnya Menjaga Keseimbangan Ibadah


Pasuruan – Dalam pengajiannya di Masjid Al-Ishlah Al-Irsyad Kota Pasuruan (Senin, 11/8/2025), Ustadz Su'ud Hasanuddin, M. Phil., menyampaikan hikmah di balik anjuran puasa sunnah dan pentingnya menjaga keseimbangan dalam beribadah. Beliau mengutip hadits yang menceritakan dialog antara Rasulullah SAW dengan Abdullah ibn Amr ibn Ash untuk menjelaskan bahwa ibadah yang berlebihan bisa dilarang jika mengabaikan kewajiban lain.

*Puasa dan Keseimbangan Hidup*

Ustadz Su'ud Hasanuddin menjelaskan bahwa Rasulullah SAW melarang Abdullah ibn Amr ibn Ash berpuasa setiap hari. Padahal, Abdullah adalah seorang sahabat yang sangat gigih beribadah. Rasulullah memberikan nasihat:
* "Berpuasalah dan berbukalah." Maksudnya, jangan berpuasa terus-menerus setiap hari.
* "Bangunlah dan tidurlah." Hal ini untuk menunjukkan bahwa tubuh memiliki hak untuk beristirahat.

Ustadz menekankan bahwa ajaran ini bertujuan untuk mencegah keletihan dan kelemahan yang bisa membuat seseorang akhirnya putus asa atau berhenti beribadah. "Jasadmu itu punya hak," kata beliau, mengutip sabda Rasulullah SAW. Selain itu, istri juga memiliki hak yang tidak boleh diabaikan.

*Anjuran Puasa Tiga Hari Setiap Bulan*

Dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW menyarankan puasa tiga hari setiap bulan. Pahala dari puasa tiga hari ini akan dilipatgandakan sepuluh kali lipat, sehingga setara dengan berpuasa sebulan penuh. Ustadz Su'ud Hasanuddin menjelaskan bahwa anjuran ini adalah bentuk keringanan dari Nabi agar umat tidak terlalu memaksakan diri.

Beliau juga menyinggung tentang puasa *ayyamul bidh* (hari-hari terang) yang jatuh pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan. Menurutnya, puasa di pertengahan bulan Sya'ban tidak selalu didasari niat khusus karena keutamaan bulan tersebut, tetapi bisa jadi merupakan bagian dari kebiasaan puasa tiga hari setiap bulan yang sudah diajarkan.

Hadits tentang puasa sunnah tiga hari setiap bulan, atau dikenal sebagai puasa Ayyamul Bidh, diriwayatkan dari berbagai sumber, termasuk hadits yang menyatakan bahwa puasa tiga hari setiap bulan pahalanya seperti puasa setahun penuh. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, serta hadits lain yang menyebutkan bahwa satu hari puasa setara dengan sepuluh hari puasa. 

Hadits-hadits tersebut antara lain:
1. Hadits riwayat Bukhari dan Muslim: "Puasa tiga hari setiap bulan sama dengan puasa sepanjang tahun."

2. Hadits riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah: "Siapa saja yang berpuasa tiga hari dari setiap bulan, maka puasa tersebut seperti puasa sepanjang tahun."

3. Hadits lain yang menyebutkan bahwa satu hari puasa setara dengan sepuluh hari puasa. 

Penting untuk dicatat:
* Puasa Ayyamul Bidh adalah puasa sunnah, bukan puasa wajib. 
* Puasa ini dianjurkan untuk dikerjakan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriyah, namun boleh juga dikerjakan pada hari lain dalam sebulan. 
* Meskipun tidak diwajibkan, puasa Ayyamul Bidh memiliki keutamaan yang besar, seperti pahala yang berlipat ganda dan membersihkan jiwa. 

*Studi Kasus Amalan Ibadah dan Kritik dalam Masyarakat*

Di akhir ceramahnya, Ustadz Su'ud Hasanuddin menceritakan pengalamannya saat masa kuliah, di mana ia harus menghafal surat Yasin. Beliau sempat kesulitan menghafal karena komentar orang-orang yang menganggapnya "membuat amalan". Ustadz mengkritik sikap sebagian umat yang terlalu cepat menghukumi atau menentang amalan tertentu, padahal surat Yasin adalah bagian dari Al-Quran yang harus dipelajari.

Ia juga menyentil kecenderungan masyarakat untuk hanya menghafal surat-surat pendek, padahal semua surat dalam Al-Quran memiliki keutamaan yang sama. Hal ini, menurutnya, adalah tantangan besar dalam mengajarkan Al-Quran di Indonesia, di mana banyak masyarakat kesulitan membaca Al-Quran, apalagi menghafal.

Pengajian ditutup dengan pesan agar umat Islam tidak terpecah belah karena perbedaan pemahaman, melainkan tetap berpegang teguh pada ajaran Al-Quran dan hadis dengan pemahaman yang utuh dan seimbang. (*)

Penulis: Firnas Muttaqin 
Senin, 11/8/2025

Australia Akan Akui Negara Palestina di Sidang Umum PBB Bulan September


CANBERRA – Australia akan mengakui negara Palestina pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 yang akan diselenggarakan bulan depan. Perdana Menteri Anthony Albanese mengumumkan hal ini pada hari Senin, sebuah langkah yang menambah tekanan internasional terhadap Israel setelah pengumuman serupa dari Prancis, Inggris, dan Kanada.

Dalam sebuah pernyataan, Albanese menjelaskan bahwa pengakuan ini bertujuan untuk berkontribusi pada momentum internasional menuju solusi dua negara, gencatan senjata di Gaza, dan pembebasan sandera.

Di hadapan para wartawan di Canberra, Albanese mengatakan bahwa pengakuan tersebut didasarkan pada komitmen yang diterima Australia dari Otoritas Palestina, termasuk jaminan bahwa kelompok militan Hamas tidak akan terlibat dalam pemerintahan negara Palestina di masa depan.

"Solusi dua negara adalah harapan terbaik umat manusia untuk memutus siklus kekerasan di Timur Tengah dan mengakhiri konflik, penderitaan, dan kelaparan di Gaza," kata Albanese.

Albanese juga menyebut bahwa ia telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan menegaskan bahwa solusi politik, bukan militer, yang dibutuhkan. Keputusan untuk mengakui negara Palestina "semakin didorong" oleh ketidakpedulian Netanyahu terhadap seruan komunitas internasional dan kegagalannya dalam mematuhi kewajiban hukum dan etika di Gaza.

Dalam pernyataan bersama dengan Menteri Luar Negeri Penny Wong, Albanese menyatakan bahwa "Pemerintah Netanyahu memadamkan prospek solusi dua negara dengan memperluas permukiman ilegal, mengancam aneksasi di Wilayah Palestina yang Diduduki, dan secara eksplisit menentang negara Palestina mana pun."

Albanese melihat adanya peluang untuk mengisolasi Hamas, mengingat Otoritas Palestina berkomitmen untuk mereformasi pemerintahan dan mengadakan pemilihan umum, serta tuntutan Liga Arab agar Hamas mengakhiri kekuasaannya di Gaza.

Menteri Luar Negeri Penny Wong menambahkan bahwa ia telah memberitahu Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengenai keputusan Australia ini.

Menanggapi keputusan tersebut, Duta Besar Israel untuk Australia, Amir Maimon, mengkritiknya melalui platform media sosial X, dengan mengatakan bahwa keputusan itu merusak keamanan Israel dan menggagalkan negosiasi sandera.

Australia sebelumnya bersikap hati-hati karena adanya perbedaan opini publik mengenai Gaza. Namun, Albanese menyatakan bahwa "kekhawatiran besar" atas kehancuran di Gaza datang tidak hanya dari para pemimpin internasional, tetapi juga dari masyarakat.

Konflik ini bermula ketika Hamas menyerbu kota-kota Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 251 sandera. Sejak saat itu, pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 60.000 orang di Gaza, dan sebagian besar wilayah tersebut hancur. (*)

Penulis : Fim
____
https://www.reuters.com/world/asia-pacific/australia-recognise-palestinian-state-united-nations-september-2025-08-11/

https://jatimlines.id/australia-akui-negara-palestina-sidang-umum-pbb/
____

Komisi Yudisial Tindak Lanjuti Laporan Tom Lembong Terkait Putusan Abolisi

Jakarta – Komisi Yudisial (KY) telah menerima laporan dari mantan Menteri Perdagangan, Tom Trika Lembong, terkait putusan abolisi yang diterimanya. Laporan ini secara khusus akan ditindaklanjuti oleh KY untuk memastikan ada atau tidaknya pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku hakim dalam kasus tersebut.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Komisi Yudisial, Prof. Amzulian Rifai, dalam konferensi pers (Senin, 11/8/2025) yang turut dihadiri oleh Prof. Mukti dan Prof. Joko. Prof. Amzulian menyatakan bahwa KY menaruh perhatian khusus pada kasus ini karena menjadi momen penting, mengingat ini adalah salah satu pemberian abolisi pertama kali yang dilaporkan.

"Kami menindaklanjuti laporan ini sesuai dengan kewenangan yang ada pada kami," ujar Prof. Amzulian. "Tidak ada pembedaan, sama dengan laporan-laporan lain. Hanya kebetulan ini karena menarik perhatian masyarakat."

Dalam kesempatan yang sama, Tom Lembong menyampaikan apresiasinya atas respons cepat dari KY. Ia menegaskan bahwa motivasi di balik laporannya bersifat 100% konstruktif, bukan destruktif. Ia melihat kasus ini sebagai momentum edukatif, di mana masyarakat menjadi lebih memahami isu hukum, seperti konsep *mens rea*.

"Ini tanggung jawab bersama untuk tidak melakukan pembiaran," kata Tom Lembong. Ia berharap proses ini bisa menjadi momentum untuk berbenah dan memperbaiki sistem peradilan di Indonesia.

Prof. Mukti menambahkan bahwa KY telah melakukan pemantauan sejak awal karena kasus ini dianggap kontroversial dan problematis. KY akan fokus untuk memastikan apakah hakim dalam kasus ini membuat keputusan secara independen, tanpa terintervensi oleh kekuasaan atau iming-iming. Proses saat ini telah memasuki tahap analisis lanjutan.

"Kami ingin memastikan bahwa putusan ini benar-benar baik," tegas Prof. Mukti. Ia juga menjamin bahwa KY akan melayani pelapor secara profesional sebagai lembaga yang independen. (*)


Penulis: Fim

Sumber:
https://youtu.be/WsYJ7JogeAU?si=UIB5-DQEwEMcMhBA

https://jatimlines.id/komisi-yudisial-tindak-lanjuti-laporan-tom-lembong/
____

Enam Jurnalis Tewas di Gaza, Termasuk Anas Al-Sharif yang Menolak Tinggalkan Kota


Gaza – Tragedi kembali menimpa Gaza pada Senin (11/8/2025) setelah enam jurnalis Palestina dilaporkan tewas akibat serangan Israel. Insiden ini menambah panjang daftar korban di kalangan jurnalis yang bertugas meliput konflik, memicu kecaman keras dan dugaan bahwa penargetan terhadap jurnalis dilakukan secara sengaja.

Keenam jurnalis yang tewas dalam insiden ini adalah:
1.  **Anas Al-Sharif**
2.  **Mohammed Qreiqah**
3.  **Ibrahim Zahir**
4.  **Mo’men Alouwa**
5.  **Mohammed Noufal**
6.  **Mohammed Al-Khalidi**

Kematian Anas Al-Sharif menjadi salah satu yang paling disorot. Al-Sharif, yang dikenal karena liputan langsungnya dari Gaza, dikabarkan ditembak mati oleh pasukan Israel saat mengantre bantuan kemanusiaan. Beberapa sumber menuduh bahwa Israel sengaja menargetkannya karena mengetahui bahwa ia tidak akan meninggalkan Gaza dan akan terus mendokumentasikan serangan yang akan datang.

Sebuah pesan teks yang beredar di media sosial menjadi bukti kuat dari komitmen Al-Sharif terhadap tugasnya. Saat seorang rekannya menyuruhnya untuk keluar dari Gaza, Al-Sharif menjawab dengan tegas, “Aku tidak akan meninggalkan Gaza, kecuali jika itu ke surga.” Balasan ini menunjukkan dedikasi dan keberaniannya dalam menjalankan peran jurnalis untuk melaporkan kebenaran, bahkan dengan risiko nyawa.

Serangan yang menewaskan para jurnalis ini menimbulkan keprihatinan mendalam tentang keselamatan jurnalis di zona konflik. Banyak pihak menilai bahwa penargetan terhadap jurnalis merupakan upaya untuk membungkam saksi dan menyembunyikan realitas di lapangan. (*)

Penulis: Fim
Senin, 11/8/2025


Tayang disini
https://www.mynews.id/read/2025/08/11/1510/enam-jurnalis-tewas-di-gaza-termasuk-anas-al-sharif-yang-menolak-tinggalkan-kota


____