Saturday, June 21, 2025

Prabowo di SPIEF 2025: Jalan Tengah, Swasembada, dan Jurus Silat Ekonomi ala Nusantara

Oleh: Firnas dan Gareng Petruk — Pengamat Ekonomi Rakyat & Penikmat Tempe

ST. PETERSBURG, Rusia –
Di tengah salju yang tak kenal ampun dan suhu yang bikin kopi ngadem sendiri, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, muncul dengan gaya khasnya: jas rapi, wajah tegas, tapi isi pidato penuh filosofi.

Bukan main, lho. Bukan seminar RT atau forum TikTokers, tapi Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF) 2025—tempat para bos negara, raja minyak, dan juragan investasi pada ngumpul.

Dan Prabowo? Tampil gagah berani, membawakan orasi bertema:

“Ekonomi Jalan Tengah: Dari Warung Tegal Menuju Swasembada Nasional.”

(Eh, itu versi Petruk. Versi resminya mah lebih keren.)

Pidato Pak Prabowo: Bukan Sekadar Omongan, Tapi Kayak Masakan Nusantara – Lengkap Bumbunya


Kalau biasanya pemimpin dunia sibuk bacain data kayak robot birokrat, Prabowo tampil beda. Dengan gaya yang mengingatkan pada pidato Bung Karno zaman lawas—tapi versi 5G—beliau menegaskan Indonesia bakal ambil jalan tengah. Bukan kapitalis murni yang bikin sultan makin tambun dan rakyat cuma dapat remah kerupuk, tapi juga bukan sosialis utopis yang hidupnya tergantung subsidi negara dan mimpi indah.

“Kapitalisme murni itu bikin ketimpangan. Sosialisme murni? Yah, itu khayalan zaman kuliah. Kita butuh jalan tengah: ekonomi gotong royong yang cerdas.”

 

Heleh, Petruk sampe nyeletuk dalam hati, “Ini pidato atau wejangan dalang semalam suntuk?” Dalamnya bukan main!

Swasembada ala Prabowo: Bukan Swasembada Retorika, Tapi Swasembada Beras dan Jagung

Nah ini yang bikin geger satu gedung SPIEF: Indonesia ngaku udah naikkan produksi beras dan jagung sampai 50% hanya dalam waktu 7 bulan!

Wahai dunia, dengarlah!
Yang biasanya kita impor bawang sampai bikin emak-emak nangis di dapur, sekarang kita malah panen jagung sampai saking banyaknya bisa buat nonton konser gratis: cukup bayar pakai pipilan!

Dan cadangan beras?
4,4 juta ton, Bung!
Itu kalau dibikin lontong, bisa ngundang 10 juta tetangga dan masih cukup buat nasi kotak rapat RT selama setahun!

Diplomasi ala Silat Jawa: 1.000 Teman Terlalu Sedikit, Satu Musuh Terlalu Banyak

Ditanya kenapa datang ke SPIEF, bukan ke G7? Prabowo jawab santai tapi nusuk:

“Indonesia itu non-blok. Kami sahabatan sama semua. Kami nggak suka cari musuh. Kami mau dagang, bukan perang.”

 

Cerdas, Bung! Daripada ribut ikut-ikutan poros barat-timur, lebih baik jadi tukang sate di tengah pasar: semua boleh beli, asal bayar tunai.

 

Sindiran Gareng: Ekonomi Jalan Tengah Jangan Sampai Jadi Jalan Buntu

Tapi Petruk, dengan mata tajam bak tukang kredit keliling, tetap punya catatan:
Jalan tengah itu bagus… asal gak jadi jalan tol buat oligarki baru!
Swasembada itu hebat… asal gak cuma angka statistik, tapi juga terasa di dapur rakyat!
Dan filosofi “kebaikan terbesar untuk orang banyak” itu mulia… asal bukan cuma jadi quotes buat slide PowerPoint kementerian.

Karena rakyat sudah capek disuguhi janji manis yang dikemas rapi, tapi isinya kosong seperti kotak amal palsu.

Gareng Merenung di Akhir Pidato: Ekonomi Tak Butuh Heboh, Tapi Butuh Adil

Prabowo mungkin baru tujuh bulan duduk di kursi RI-1, tapi arah langkahnya sudah mulai terasa. Kalau benar jalan tengah ini dijalani tanpa tipu daya, maka Indonesia bukan cuma bisa swasembada pangan, tapi juga swasembada harga diri.

Negeri ini tak perlu jadi pengemis pinjaman, atau penonton di panggung dunia. Tapi jadi tuan rumah di rumah sendiri, jadi jagoan di pasar sendiri, dan tetap santun di kancah internasional.

Petruk pamit.
Besok katanya mau liputan ke pasar tradisional, lihat apakah jalan tengah ekonomi ini sudah sampai ke harga cabai dan tempe. Kalau belum, ya Petruk balik ke SPIEF… bawa sambal sendiri! 🌶️🇮🇩

 

Tonton pidato lengkapnya di sini:
🎥 https://youtu.be/l49VMXzTeks?si=JFkyxN_wsBwIcLGd

 

Gareng Petruk – Wartawan separuh filsuf, separuh pengamat harga bawang.


https://garengpetruk.com/prabowo-di-spief-2025-jalan-tengah-swasembada-dan-jurus-silat-ekonomi-ala-nusantara/

------

Presiden RI Prabowo Subianto di SPIEF 2025 Rusia

*Presiden RI Prabowo Subianto di SPIEF 2025: Indonesia Menuju Swasembada dan Menganut Filosofi Ekonomi Jalan Tengah*

Oleh FIRNAS

ST. PETERSBURG, Rusia – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, tampil perdana di kancah forum ekonomi internasional sejak dilantik pada 20 Oktober 2024. Dalam pidatonya yang disampaikan di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF) 2025 pada Jumat, 20 Juni 2025, Prabowo menggarisbawahi filosofi ekonomi Indonesia yang berlandaskan pada "kebaikan terbesar untuk orang banyak" serta menegaskan posisi non-blok Indonesia dalam diplomasi global.

Di hadapan para pemimpin dunia seperti Presiden Rusia Vladimir Putin, Pangeran Nasser bin Hammed Al Khalifa dari Bahrain, dan Wakil Presiden Afrika Selatan Paul Mashatile, Prabowo menyatakan bahwa SPIEF adalah wadah penting untuk membangun kepercayaan strategis dan menjalin kesepakatan yang menguntungkan di tengah lanskap geopolitik yang semakin kompleks.

*Tantangan Populasi dan Prioritas Pemerintahan*

Menyoroti fakta bahwa Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia dengan penambahan 5 juta jiwa setiap tahun (setara dengan populasi Singapura baru setiap tahunnya), Prabowo menekankan tantangan besar dalam menyediakan pangan, pendidikan, dan layanan kesehatan. Ia menegaskan, tugas utama pemerintah adalah melindungi rakyat dari kelaparan, kemiskinan, dan penderitaan lingkungan.

"Ketika saya mengambil alih pemerintahan Indonesia, prioritas utama saya adalah yang pertama mencapai swasembada pangan, kedua swasembada energi, ketiga meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat Indonesia, dan keempat mempercepat industrialisasi," papar Prabowo. Ia juga mengingatkan bahwa sumber daya alam yang melimpah di Indonesia harus dikelola dengan bijak agar tidak menjadi "kutukan."

*Filosofi Ekonomi: Jalan Tengah antara Sosialisme dan Kapitalisme*

Prabowo secara tegas menolak model ekonomi yang sekadar mengikuti kekuatan dominan dunia, khususnya filosofi kapitalis neoliberal yang dianggap gagal menciptakan level playing field bagi seluruh rakyat Indonesia. Meskipun mengakui pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil di angka 5% selama tujuh tahun terakhir (35% secara agregat), ia mengkritik fenomena trickle-down effect yang tidak terjadi, di mana kekayaan cenderung terpusat pada kurang dari 1% populasi.

"Setiap negara harus mengikuti filosofi ekonominya sendiri, filosofi ekonomi yang selaras dan dapat diterima oleh budaya dan latar belakang setiap negara," tegas Prabowo. Ia memilih "jalan kompromi" yang menggabungkan elemen terbaik dari sosialisme dan kapitalisme.

"Sosialisme murni, kita telah melihatnya tidak berfungsi. Itu adalah utopia... Kapitalisme murni menghasilkan ketidaksetaraan," jelasnya. Sebaliknya, Indonesia akan mengambil "jalan tengah," memanfaatkan inovasi dan inisiatif kapitalisme, namun dengan intervensi pemerintah untuk mengatasi kemiskinan, kelaparan, dan melindungi kelompok rentan. Hal ini penting untuk menghindari bahaya state capture atau kolusi antara modal besar dan elit politik yang sering terjadi di negara berkembang.

Inti filosofi pemerintahannya, menurut Prabowo, adalah "kebaikan terbesar untuk orang banyak," yang harus diwujudkan melalui pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi sebagai kunci pembangunan cepat.

*Prestasi 7 Bulan Pemerintahan dan Posisi di Kancah Global*

Dalam tujuh bulan kepemimpinannya, Prabowo membanggakan peningkatan signifikan dalam produksi pangan. "Kami telah mencapai peningkatan produksi beras dan jagung sekitar 50%, dan ini adalah peningkatan produksi terbesar secara agregat dalam sejarah Republik Indonesia," ungkapnya. Saat ini, cadangan beras pemerintah mencapai 4,4 juta ton, yang juga merupakan rekor tertinggi.

Keberhasilan ini, menurutnya, dicapai melalui peningkatan efisiensi, pemberantasan korupsi yang kuat, dan deregulasi.

Di ranah hubungan internasional, Prabowo menyoroti peran positif Indonesia, termasuk partisipasi cepat dalam keanggotaan BRICS dan New Development Bank. Ia menyampaikan terima kasih kepada Rusia, Tiongkok, dan Afrika Selatan atas dukungannya.

Menanggapi pertanyaan mengapa ia memilih SPIEF ketimbang G7, Prabowo menjelaskan bahwa itu murni karena komitmen awal. "Indonesia secara tradisi selalu non-blok. Kami menghormati semua negara. Kebijakan luar negeri kami sangat sederhana, satu frasa: 1.000 teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak," pungkasnya, menegaskan komitmen Indonesia untuk persahabatan dan kolaborasi demi kemakmuran global.

Kunjungan dan pidato Presiden Prabowo di St. Petersburg ini menandai debutnya di panggung ekonomi internasional, menunjukkan arah kebijakan luar negeri dan ekonomi Indonesia di bawah kepemimpinannya. (*)

https://youtu.be/l49VMXzTeks?si=JFkyxN_wsBwIcLGd

Pasukan 08 & Gareng Petruk: Dari Pejuang Jagat Maya Jadi Mata dan Telinga Istana

Oleh: Gareng Petruk – Wartawan Rakyat, Pakar Meme Nasional, dan Kadang Jadi MC Tahlilan

SURABAYA, Indonesia –
Waktu dulu, mereka dikenal sebagai pasukan Jagat Maya, tukang nyebar gambar “Gemoy” Prabowo sampai bikin emak-emak baper dan netizen baperan dan Tukang Take Down Akun dan Posting yang menyebarkan berita bohong, ujaran kebencian dan hasut. Tapi sekarang? Pasukan 08 sudah naik pangkat: dari “pasukan siber” jadi “pasukan sabar”—karena tugasnya makin berat, bukan cuma bikin viral, tapi jadi mata dan telinga Presiden Prabowo.

Ya, sampeyan gak salah dengar, mata dan telinga. Kalau mulutnya? Ya tetep, disensor sendiri. Soalnya mulut rakyat itu kalau gak dikontrol bisa berubah jadi speaker toa masjid: keras, jujur, tapi kadang bikin kaget.

Transformasi 08: Dari Jempol ke Jalan

Penasehat Pasukan 08 Jawa Timur, Rachmad Subowo, bilang begini sambil nyeruput kopi sachet:

“Dulu kami bikin resah akun akun penyebar berita bohong dan ujaran kebencian, sekarang kami bikin mekanisme pengawasan. Kami bukan cuma relawan, tapi relawan yang tetap ‘on’ walau pilpres udah kelar.”

Weh, luar biasa. Kalau relawan lain bubar begitu quick count selesai, Pasukan 08 malah ngelamar kerja sambilan jadi intermediasi negara. Istilahnya keren, ya. Cuma jangan sampai besok berubah jadi “intel rasa relawan”, lho. Beda tipis.

Gareng Petruk: Dari Lawakan Jadi Lembaga Serius

Nah, ini yang bikin Petruk bangga, sedih, dan bingung sekaligus: media Gareng Petruk, yang dulunya cuma tempat ngelawak soal harga cabai dan utang negara, sekarang jadi sayap media resmi Pasukan 08.

“Kami ada kritik, tapi juga ada guyon. Ini bukan media kaleng-kaleng. Isinya lugas, aktual, kadang absurd, tapi bermakna,” ujar Rachmad Subowo Kabiro Harian Nasional Gareng Petruk Jatim , sambil mengakui ilmu medianya masih setingkat TK (Tingkat Kritis).

 

Dan demi memperkuat Gareng Petruk Jatim, beliau bahkan menggandeng seorang “dokter media”—tingkat dewa katanya. Cuma Petruk belum tahu, ini dokter buat media atau buat sembuhin luka digital?


LBH Bahu Prabowo: Siap Pasang Badan Secara Legal

Jangan main-main, Pasukan 08 ini bawa pengacara juga! LBH Bahu Prabowo hadir bukan buat gaya-gayaan. Ini lembaga hukum resmi yang pakai nama Prabowo (Prawiro Wibowo – Perwira yang Berwibawa)

Kalau ada kasus rakyat kecil ditindas, atau pejabat ogah turun ke sawah, Pasukan 08 tinggal panggil LBH Bahu.
“Datangi, advokasi, dan… selfie sekalian,” kata Petruk sambil bercanda.

Tapi ingat, hukum itu sakral. Jangan sampai jadi alat politik atau jurus ngeles elite. Karena rakyat sekarang melek hukum, melek harga BBM, dan melek cicilan.


Kantor Baru, Semangat Baru, Tapi Jangan Lupa Ngopi

Rencananya, markas  Pasukan 08 Jatim, bahu Prabowo dan media center Gareng Petruk bakal dipindah ke tengah kota Surabaya. Dari sebelumnya di Bypass Juanda—yang katanya lebih cocok buat kantor ekspedisi.

Kata Subowo, sekretariat barunya bakal jadi rumah bersama buat Pasukan 08, Gareng Petruk, dan LBH Bahu.
Model gotong royong ala relawan.
Petruk cuma ingetin, “Kalau sekretariat jadi tempat nongkrong elit, bukan rakyat, ya itu bukan sekretariat, tapi showroom kekuasaan.”


Catatan dari Gareng: Jangan Mabuk Kekuasaan, Lupa Jalan Pulang

Pasukan 08 adalah contoh relawan yang naik level, dari dunia maya ke dunia nyata. Tapi level tinggi itu juga datang dengan ujian:

Apakah akan tetap kritis, atau berubah jadi penjaga pager istana?

Apakah akan tetap pro-rakyat, atau jadi perisai elite?

Dan Gareng Petruk?
Tetap akan menulis.
Tetap akan mengkritik, meski kadang pakai gaya guyon.
Karena seperti kata mbah Petruk:

“Kritik tanpa humor adalah peluru. Tapi kritik dengan tawa? Itu martil emas buat bangun negeri.”

Selamat bertugas, Pasukan 08.
Mata dan telinga boleh tajam.
Tapi hati harus tetap lunak.
Karena rakyat itu bukan objek kekuasaan, tapi alasan kenapa kekuasaan itu ada.

 

Gareng Petruk pamit dulu.
Besok katanya ada acara ngopi bareng tukang becak—mereka juga mau jadi relawan, tapi relawan yang rela jalan kaki demi keadilan.

 

📍Info lengkap bisa ditengok di: www.pasukan08.com

Atau cari di medsos: yang logonya putih-putih, bukan yang putih abu-abu kayak mantan.


https://garengpetruk.com/pasukan-08-gareng-petruk-dari-pejuang-jagat-maya-jadi-mata-dan-telinga-istana/

__

Dari Relawan Siber Hingga Mata dan Telinga Presiden: Peran Baru Pasukan 08 dan Gareng Petruk di Era Prabowo


Oleh FIRNAS

SURABAYA, Indonesia – Kelompok relawan Pasukan 08 yang sejak awal mendukung Prabowo Subianto, kini tengah bertransformasi dari tim kampanye siber menjadi "mata dan telinga Presiden." Bersama dengan sayap medianya, Gareng Petruk, dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bahu Prabowo, organisasi ini bersiap memainkan peran baru dalam mengawal pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto.

Rachmad Subowo, Ketua DPD Pasukan 08 Jawa Timur sekaligus Kepala Wilayah Jatim Gareng Petruk, menjelaskan bahwa Pasukan 08 lahir pada tahun 2023 sebagai tim relawan yang bergerak aktif di ranah siber.

"Kami main di media sosial untuk mengangkat marwah beliau (Prabowo Subianto), yang membuat slogan 'gemoy' dengan karikatur-karikatur 'gemoy' itu adalah kami saat itu di Kantor Siber," ungkap Subowo. 

Ia menambahkan bahwa struktur dan informasi lebih lanjut mengenai Pasukan 08 dapat diakses melalui www.pasukan08.com.

*Transformasi Pasukan 08: Dari Kampanye ke Pengawasan*

Setelah sukses mengantarkan Prabowo ke kursi kepresidenan, Pasukan 08 tidak bubar. Sebaliknya, mereka kini bertekad menjadi pengawal Koperasi Merah Putih dan bertindak sebagai intermediasi yang siap menjadi perpanjangan tangan Presiden. Untuk penyelesaian masalah hukum, mereka akan didukung oleh LBH Bahu Prabowo, sebuah lembaga yang diizinkan secara khusus menggunakan nama beliau, menunjukkan kedekatan dengan lingkaran kekuasaan.

"Kami menggunakan wajah beliau [Prabowo] di atribut kami," kata Subowo, merujuk pada seragam putih-putih yang khas dari Pasukan 08 yang mungkin sudah sering terlihat publik.

*Gareng Petruk: Media Online dengan Kritik Lugas*

Selain peran advokasi, Pasukan 08 juga memiliki sayap media bernama Gareng Petruk, sebuah media online yang mengedepankan ketegasan dan kritik lugas. 

"Berita kami isinya demikian memang. Kita juga ada kritik, di situ kita juga ada guyonan, dan merupakan berita yang terbaru," jelas Subowo.

Untuk mengembangkan biro Jawa Timur, Subowo menggandeng seorang pakar media yang ia sebut sebagai "dokter media" atau "tingkat dewa," mengingat pengakuannya bahwa pengetahuannya pribadi tentang media "baru setingkat TK."

*Sekretariat Bersama di Surabaya*

Dalam langkah konkret pengembangan organisasi, Pasukan 08 DPD Jatim berencana memindahkan kantor sekretariat mereka. Semula berada di Bypass Juanda, kini mereka mencari lokasi di Surabaya untuk memenuhi persyaratan pendaftaran Kesbangpol.

Subowo mengungkapkan kabar gembira dari rapat internal DPD Pasukan 08, di mana mereka telah menjajaki kerja sama dengan seorang "Tuan Tanah" di Jember yang akrab disapa Haji Fauzi. Haji Fauzi, yang disebut memiliki aset ruko kosong di depan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Surabaya, telah mempersilakan propertinya untuk digunakan sebagai sekretariat bersama.

"Di sana nanti bisa sebagai sekretariat bersama Pasukan 08, Gareng Petruk, dan LBH BAHU," jelas Subowo. 

Ia menambahkan bahwa LBH Bahu sendiri telah memiliki beberapa advokat yang tergabung.

Dengan sinergi antara Pasukan 08 sebagai intermediasi, Gareng Petruk sebagai garda depan media, dan LBH BAHU Prabowo dalam ranah hukum, kelompok relawan ini siap memainkan peran yang lebih strategis dalam mengawal pemerintahan Prabowo Subianto, sekaligus menjadi "mata dan telinga" yang memantau perkembangan di lapangan. (*)

Friday, June 20, 2025

PEREBUTAN 4 PULAU

*Perebutan Empat Pulau Kaya Sumber Daya: Aroma Makelar dan Polemik Batas Wilayah di Tengah Isu Kebijakan Nasional*

Oleh Firnas

JAKARTA,  – Polemik kepemilikan empat pulau kaya sumber daya yang berlokasi di perbatasan Sumatera Utara dan Aceh kembali mencuat ke permukaan. Keputusan Presiden yang menetapkan empat pulau tersebut sebagai wilayah otoritas Pemerintah Aceh, alih-alih meredakan ketegangan, justru membuka kotak Pandora mengenai dugaan praktik "makelar" di balik kebijakan strategis nasional. Dalam sebuah diskusi sengit di *podcast* "Akbar Faizal Uncensored", Said Didu (Eks Pejabat Negara), Nasir Djamil (Anggota DPR Fraksi PKS Dapil Aceh), dan Masinton Pasaribu (Bupati Tapanuli Tengah) secara blak-blakan mengurai benang kusut di balik isu sensitif ini.

*Kronologi Singkat: Dari MoU Saudi hingga Keputusan Mendagri yang Kontroversial*

Said Didu mengawali diskusi dengan menyoroti rentetan peristiwa yang menimbulkan kecurigaan. Pada tahun 2016, saat dirinya bersama Menteri Sudirman Said bertugas sebagai utusan khusus Presiden Jokowi untuk Timur Tengah, upaya menarik investasi dari Arab Saudi, termasuk dari Aramco, sempat berfokus pada potensi pariwisata di Mandalika dan sejumlah pulau di sekitar Aceh, termasuk Nias. Investor Saudi saat itu disebut lebih tertarik pada wilayah Indonesia Barat karena alasan jarak.

Namun, arah investasi berubah drastis setelah Sudirman Said diberhentikan. Pada tahun 2021, Luhut Binsar Panjaitan, yang menjabat sebagai Menteri Investasi dan Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, dilaporkan menandatangani MoU dengan Uni Emirat Arab (UEA) terkait empat pulau tersebut. Setahun kemudian, pada 2022, terbitlah keputusan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) yang memasukkan keempat pulau itu ke dalam wilayah Sumatera Utara, bersama dengan Aceh.

"Keputusan Mendagri 2022 itulah keputusan pertama yang resmi yang memasukkan empat pulau itu ke Sumatera Utara," tegas Said Didu, seraya menuding Menteri Dalam Negeri saat itu, Tito Karnavian, tidak bisa mengelak dari peran krusial dalam pemindahan status wilayah tersebut. Ia juga membantah argumen bahwa keputusan itu berdasarkan usulan Gubernur Sumatera Utara di masa lalu, Raja Inal Siregar (menjabat 1992), karena tidak ada dokumen resmi sebelumnya yang mendukung klaim tersebut.

Puncak keanehan terjadi pada tahun 2025 (merujuk pada keterangan dalam podcast), ketika bagian dari empat pulau yang sebelumnya masuk wilayah Aceh berdasarkan Undang-Undang dan kesepakatan-kesepakatan historis, tiba-tiba dihapus dari wilayah Aceh tanpa alasan yang jelas.

**Aroma Makelar dan Kepentingan di Balik Perebutan Pulau**

Baik Said Didu maupun Nasir Djamil sama-sama merasakan adanya "aroma tak sedap" dari perebutan wilayah ini, yang tidak lepas dari kepentingan ekonomi yang besar. Said Didu secara lugas menyebut adanya praktik "makelar" atau "dealer" yang bersembunyi di balik kebijakan publik.

"Kami mencium aroma tak sedap pada pikiran dan tindakan beberapa orang sahabat atau bahkan pembantu Bapak (Presiden). Alam bawah sadar mereka sebagai tanda, bagian dari pedagang atau makelar atau *dealer*, tak pernah bisa hilang. Sayangnya, kepentingan yang mereka usung bukan merah putih," tulis Akbar Faizal di akun X-nya yang juga menjadi pemicu diskusi ini.

Menurut Said Didu, Gubernur Sumatera Utara disebut sangat aktif melobi agar empat pulau tersebut masuk wilayahnya. "Salah satu teman saya pejabat… bilang dia minta Gubernur Sumatera (Utara) minta dukungan agar ini di-karena sumber daya alamnya banyak," ungkap Said Didu, mengindikasikan bahwa motivasi utama bukan sekadar administrasi wilayah.

Nasir Djamil mengamini dugaan adanya kepentingan tersembunyi. Ia menyebut upaya investasi UEA di Singkil, Aceh, yang sempat dijajaki oleh Plt. Gubernur Aceh Nova Iriansyah, tiba-tiba gagal dengan alasan yang "tidak prinsipil". "Ada apa sehingga kemudian investasi itu gagal? Apakah ya mungkin ini wilayah Aceh tidak leluasa dan lain sebagainya? Mungkin kalau masuk Sumatera Utara agak lebih leluasa," spekulasinya, yang mengindikasikan adanya preferensi atau kemudahan di wilayah tertentu bagi para investor.

**Kekayaan Empat Pulau: Sebanding dengan Blok Migas Andaman?**

Menjawab pertanyaan tentang seberapa kaya empat pulau tersebut, Nasir Djamil dan Masinton Pasaribu kompak menyebut potensi sumber daya alam yang signifikan. Nasir Djamil bahkan membandingkan kandungan energi di wilayah tersebut dengan Blok Migas Andaman.

"Kalau hanya ada ikan, kalau hanya ada pohon kelapa, ya tidak mungkin kemudian orang rebutan," kata Nasir Djamil, mengutip masyarakat setempat. Ia memastikan bahwa selain potensi pariwisata, terdapat potensi migas di blok Singkil dan blok Sibolga, serta blok Meulaboh yang berdekatan, yang saat ini sedang dalam proses eksplorasi dan direncanakan akan dilelang oleh pemerintah.

Masinton Pasaribu menambahkan bahwa informasi mengenai adanya blok migas di wilayah tersebut ia dapatkan dari media. "Nomenklaturnya masih Sibolga, Sibolga-Nias, Sibolga-Singkil... itu aslinya memang Tapanuli Tengah," jelasnya. Ia mengakui bahwa cadangan pastinya masih menjadi ranah Kementerian ESDM.

*Ancaman Nasional dan Keterbukaan Informasi*

Diskusi ini juga menyoroti bahaya praktik makelar yang meresap ke dalam birokrasi dan kebijakan publik. Said Didu secara terang-terangan menyebut kasus Morowali, IKN, hingga Rempang sebagai contoh proyek-proyek yang diwarnai dugaan praktik makelar yang merugikan kepentingan negara dan rakyat. Ia mencontohkan bagaimana izin tambang di Morowali bisa keluar dari Kementerian Perindustrian meskipun Kementerian ESDM belum mengeluarkan izin.

"Negara ini rusak karena pemimpin gaya makelar... Pemainnya tetap sama, makelarnya yang ganti-ganti, pemerintah hanya simbol sebagai ruang negosiasi makelar," tegas Said Didu, menyuarakan kegelisahan mendalamnya.

Nasir Djamil menambahkan bahwa minimnya keterbukaan informasi publik menjadi celah bagi praktik-praktik semacam itu. "Seharusnya memang pemerintah itu menginformasikan ada apa dan sebagainya sehingga kemudian rakyat tidak curiga. Akhirnya ketika informasi-informasi ini tidak tersampaikan dengan baik, akhirnya muncullah ya, muncul semacam apa namanya dugaan-dugaan publik," jelasnya.

Kasus empat pulau ini, menurut para narasumber, bukan sekadar sengketa batas wilayah, melainkan cerminan dari tantangan serius dalam tata kelola sumber daya alam dan kebijakan publik yang rentan disusupi kepentingan tersembunyi. Kehadiran keputusan Presiden yang mengembalikan empat pulau ke Aceh setidaknya membawa angin segar, namun pengungkapan praktik-praktik di baliknya diharapkan dapat menjadi pelajaran penting bagi integritas kepemimpinan dan pembangunan nasional ke depan.

https://youtu.be/pXd0jBiic4E?si=0yeY9Q-xsgyRiC8r
---

LIU

*Baosia Liu: Sang Buronan FBI di Jantung Jaringan Penyelundupan Militer Global Iran*

Dari sebuah kantor dagang kecil di Guangdong, Tiongkok, hingga menembus jantung kekuatan militer Iran, sebuah jaringan tak terlihat mata namun terasa dampaknya dalam setiap ledakan rudal di Timur Tengah. Di tengah semua itu, ada satu nama yang kini menjadi buronan paling dicari oleh Amerika Serikat: Baosia Liu, atau dikenal juga sebagai Emily Liu. Perempuan kelahiran 10 September 1981 ini menjadi operator senyap dalam skema pengiriman teknologi militer dari Amerika Serikat menuju Iran.

Bagi FBI, Liu bukan hanya sekadar pelaku penyelundupan biasa; ia adalah bagian integral dari sebuah sistem. Jejaknya tidak langsung terlihat, ia tidak pernah membawa senjata, namun komponen yang dia suplai telah menghidupkan mesin perang. Skema yang ia jalankan terlihat sederhana, namun sangat rapi.

Sejak tahun 2007, Liu diduga kuat telah menyuplai ribuan komponen elektronik yang memiliki aplikasi ganda, yaitu dapat digunakan untuk membuat *drone*, rudal balistik, dan sistem persenjataan militer lainnya. Komponen-komponen tersebut dibeli dari eksportir sah di Amerika Serikat dengan dokumen lengkap serta alamat perusahaan di Tiongkok dan Hong Kong. Namun, yang tidak diketahui oleh para eksportir adalah identitas pengguna akhir yang sebenarnya telah dipalsukan.

Barang-barang itu tidak pernah berhenti di Tiongkok. Melalui serangkaian perusahaan cangkang dan jaringan logistik bayangan, komponen-komponen tersebut dikirim langsung ke Iran, tepatnya ke entitas-entitas yang memiliki keterkaitan erat dengan Korps Garda Revolusi Iran. Dua perusahaan secara spesifik disebut sebagai penerima barang tersebut: Shiraz Electronics Industries dan Rayan Rost Afzar. Keduanya diketahui berperan langsung dalam pengembangan sistem senjata Iran.

Beberapa dari komponen yang diselundupkan ini diduga telah digunakan dalam sistem rudal balistik dan *drone* yang kini menjadi bagian integral dari konflik yang berkecamuk antara Iran dan Israel. Lebih lanjut, senjata-senjata buatan Iran ini juga dilaporkan telah dikirim ke berbagai medan perang lain, termasuk Rusia, Sudan, hingga Yaman.

Sejak Juli 2017, nama Baosia Liu telah masuk dalam daftar sanksi OFAC SDN (Office of Foreign Assets Control's Specially Designated Nationals), sebuah badan di Departemen Keuangan Amerika Serikat yang bertanggung jawab menegakkan sanksi ekonomi dan perdagangan terhadap negara, individu, dan entitas tertentu. Bagi Amerika Serikat, Liu secara langsung telah mendukung Iran dalam mengembangkan program rudal dan pesawat tanpa awak.

Liu tidak bekerja sendirian. Ia didakwa bersama tiga orang lainnya: Li Yongxin alias Em Yung, Yu Wa alias Stifyung, dan Zong Yanlai alias Sidni Chong. Keempatnya kini berada dalam daftar paling dicari oleh FBI. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat bahkan telah menawarkan imbalan hingga 15 juta dolar bagi siapa pun yang memberikan informasi yang mengarah pada penangkapan mereka.

Menurut FBI, Liu adalah agen pengadaan sekaligus pedagang senjata. Ia mengoperasikan berbagai perusahaan dagang, dan mampu berbicara dalam bahasa Mandarin, Kanton, serta Farsi. Ia disebut memiliki koneksi yang luas di Beijing, Teheran, Shiraz, dan Hong Kong – sebuah lintas jaringan yang sulit disentuh oleh hukum konvensional.

Dalam keterangannya, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat secara eksplisit menyatakan bahwa teknologi buatan Amerika Serikat telah digunakan oleh Korps Garda Revolusi Iran dan Kementerian Pertahanan Iran untuk memproduksi sistem senjata bagi Iran. "Skema semacam ini adalah sumber kehidupan teknologi militer mereka, dan bagi Amerika, ini adalah pelanggaran keamanan nasional yang serius," tegas pernyataan tersebut.

Kasus ini bukan hanya soal ekspor ilegal. Ini adalah cerita tentang bagaimana satu orang, dengan kecerdikan jaringan dan niat tersembunyi, dapat menghubungkan satu negara ke negara lainnya, menyuplai komponen senyap yang hasil akhirnya meledak ribuan kilometer jauhnya, menggemakan dampak tak terlihat dari jaringan gelap global.(*)

https://youtu.be/REwiPf-Fh3E?si=-kx_dEuYsEZdSRYw

_________

CINTA DI TENGAH PENGEPUNGAN

Cinta di Tengah Pengepungan: Kisah Romansa Ajaib di Karak yang Meluluhkan Saladin

Oleh Firnas 

KARAK, YORDANIA – Dalam catatan sejarah yang seringkali dipenuhi dengan kekerasan dan pertumpahan darah, kadang terselip kisah-kisah kemanusiaan yang menembus batas-batas permusuhan. Salah satunya adalah insiden luar biasa yang terjadi di Benteng Karak, saat salah satu pemimpin militer terbesar dalam sejarah, Saladin, memimpin pasukannya untuk mengepung benteng tersebut. Kisah ini tidak hanya menunjukkan kebesaran hati seorang panglima, tetapi juga kekuatan tak terduga dari sebuah perayaan: pernikahan.

Ketika Saladin dan pasukannya yang besar tiba di Karak dengan tujuan menaklukkan Reynald de Châtillon, suasana tegang dan gempuran tak henti-hentinya mewarnai benteng. Manjanik raksasa melontarkan batu-batu besar, menghantam dinding-dinding kokoh Karak dan menyebabkan kehancuran di sekitarnya. Pengepungan berlangsung sengit, dengan tujuan yang jelas: menghancurkan pertahanan musuh.

Namun, di tengah kobar api dan dentuman batu, sebuah pesan tak terduga datang dari dalam benteng. Reynald de Châtillon, sosok yang seringkali digambarkan sebagai musuh bebuyutan Saladin, mengirimkan seorang utusan. Pesan yang dibawa sang utusan bukanlah permohonan menyerah atau tawaran damai, melainkan sebuah permintaan yang mencengangkan. "Kami sebenarnya sedang mengadakan pernikahan," kata utusan itu kepada Saladin, "Jika Anda tidak keberatan, bisakah Anda sedikit melonggarkan di sektor ini?"

Bayangkanlah skena ini: di dalam benteng yang sedang dikepung dan digempur habis-habisan, di tengah ketidakpastian hidup dan mati, sepasang kekasih memutuskan untuk menyatukan janji suci mereka. Pernikahan, simbol harapan, awal yang baru, dan keberlangsungan hidup, dilangsungkan di bawah ancaman kehancuran.

Reaksi Saladin sungguh di luar dugaan. Alih-alih mengabaikan atau bahkan mengejek permintaan tersebut, Saladin menunjukkan kemuliaan hati yang luar biasa. "Baiklah," jawab Saladin, "tunjukkan padaku lokasi tepatnya."

Pasukannya kemudian berkoordinasi, dan gempuran batu dari manjanik pun dihentikan di area spesifik tempat pernikahan dilangsungkan. Gencatan senjata tak tertulis ini bukan hanya untuk memungkinkan upacara sakral itu selesai, tetapi juga, sebagaimana dikisahkan, agar pasangan pengantin baru itu dapat menikmati masa bulan madu mereka.

Kisah dari Karak ini melampaui narasi perang biasa. Ini adalah momen langka di mana kemanusiaan dan empati mengalahkan nafsu penghancuran. Saladin, seorang pemimpin militer yang tangguh dan strategis, menunjukkan bahwa bahkan dalam konflik paling sengit sekalipun, ada ruang untuk menghormati kehidupan, cinta, dan tradisi. Peristiwa ini menjadi pengingat abadi bahwa di balik baju zirah dan senjata, terkadang ada hati yang mampu tersentuh oleh keindahan dan kesakralan sebuah ikatan, bahkan dari pihak lawan. Sebuah pernikahan di tengah pengepungan Karak tidak hanya mengubah arah lemparan batu, tetapi juga mengukir kisah kemanusiaan yang tak terlupakan.

Sumber:
https://youtube.com/shorts/MllA2n5__38?si=gSOjJHGCPj7pfXIv
---

ALEXANDR WANG

*Alexandr Wang: Jenius AI 27 Tahun, Digandeng Meta Pimpin Laboratorium Super Intelijen*


Oleh FIRNAS

Jagat teknologi global kembali bergejolak menyusul manuver strategis raksasa Meta yang dipimpin Mark Zuckerberg. Kali ini, perhatian dunia tertuju pada perekrutan Alexandr Wang, seorang *prodigy* kecerdasan buatan (AI) yang baru berusia 27 tahun, untuk memimpin laboratorium super intelijen AI terbaru Meta. Langkah ini menegaskan posisi Wang sebagai salah satu figur paling berpengaruh di industri teknologi dunia.

*Siapa Alexandr Wang: Miliarder Muda di Balik Data AI Global*

Alexandr Wang dikenal luas sebagai otak di balik Scale AI, perusahaan inovatif yang ia dirikan pada usia 19 tahun. Di bawah kepemimpinannya, Scale AI telah menjelma menjadi pemain kunci dalam ekosistem AI global, khususnya dalam penyediaan data dan teknologi vital untuk pelatihan sistem AI. Portofolio kliennya mencakup berbagai raksasa industri, bahkan hingga sektor militer Amerika Serikat.

Dedikasinya dalam menyuplai "bahan bakar" utama bagi pengembangan AI modern telah melambungkan namanya. Berkat keberhasilan Scale AI, kekayaan pribadi Wang kini diperkirakan mencapai angka fantastis sekitar Rp 58 triliun, menjadikannya salah satu miliarder termuda di kancah teknologi dunia.

*Meta: Taruhan Besar untuk Dominasi AI Global*

Perekrutan Alexandr Wang oleh Meta diinterpretasikan sebagai langkah *game-changer* untuk memperkuat posisi mereka dalam persaingan teknologi AI yang kian memanas. Dengan reputasinya dalam mengelola data dan mengembangkan teknologi AI mutakhir, Wang dipandang sebagai aset strategis yang tak ternilai. Kehadirannya diharapkan mampu mendongkrak daya saing Meta dalam menghadapi rival-rival berat seperti Google, OpenAI, dan Microsoft.

Meta saat ini tengah memfokuskan sumber daya besar untuk membangun ekosistem AI internal yang kokoh. Bergabungnya Wang diyakini akan membawa perspektif segar, inovasi radikal, dan percepatan signifikan dalam proyek-proyek AI ambisius perusahaan tersebut.

*Gema Global dan Perlombaan AI Memanas*

Kabar bergabungnya Wang ke Meta sontak menyita perhatian dunia dan memicu spekulasi luas. Banyak pengamat industri menilai langkah ini sebagai sinyal Meta untuk mengambil alih kendali dalam perlombaan AI global. Di tengah sengitnya kompetisi yang tidak hanya melibatkan teknologi canggih tetapi juga perebutan talenta terbaik, keputusan Meta menggandeng Wang bisa menjadi titik balik krusial dalam peta dominasi pasar kecerdasan buatan dunia. Langkah ini menunjukkan bahwa bagi raksasa teknologi, investasi pada sumber daya manusia genius adalah kunci utama memenangkan masa depan.

Sumber:
https://youtu.be/5noIKN8t69U?si=6thPIl-n6Hh3Ey4a
----


---

PERANG TIMUR TENGAH: TEL AVIV REMUK, IRAN ANGKAT KAKI, NETANYAHU MENGGIGIL DI UJUNG KUASA

Oleh FIRNAS | Gaya Gareng Petruk: Ngakak dulu, mikir belakangan, tapi mikirnya harus mendalam

TEL AVIV, ISRAEL –
Ada yang bilang Timur Tengah itu kayak kompor gas bocor: kelihatan tenang, tapi begitu ada percikan, langsung BLEDUK! Dan benar saja, Jumat, 13 Juni 2025, Iran melempar rudal bukan pakai surat cinta, tapi pakai pesan balistik. Hasilnya? Tel Aviv porak-poranda, mirip Gaza tapi versi kebalik—yang dulunya ngebom, sekarang dibom.

Lho, kok bisa? Ya bisa, wong dunia ini panggung sandiwara. Kalau biasanya Israel nyerang, sekarang giliran Iran naik panggung. Judulnya? “Balas Dendam Bermartabat: Edisi 3 Jenderal Gugur”

Iran: Dari Diam-Diam ke Diam-Diam Meledakkan

Faisal Assegaf, pengamat langganan geopolitik Timur Tengah (dan juga langganan ngopi pahit tiap dengar berita perang), menjelaskan: serangan ini bukan dadakan kayak promo Shopee tengah malam. Ini akumulasi dari tiga penghinaan yang bikin Teheran naik pitam.

1. Pemimpin Hamas tewas, padahal tamu negara. Yah, tamu kok malah dijemput ke akhirat, siapa yang nggak kesel?

2. Pemimpin Hizbullah gugur, padahal masih aktif. Jatuhnya bukan cuma martabat, tapi juga martil persatuan.

3. Panglima militer Iran dan komandan Garda Revolusi tewas di serangan Israel. Nah ini dia puncaknya. Kalau udah gini, istilah “jaga harga diri” itu bukan basa-basi, tapi harga mati.

Makanya, Iran jawab. Bukan dengan puisi, tapi dengan rudal Fatah 1 yang katanya bisa sampai Tel Aviv cuma dalam 11 menit. Ngebut kayak ojol waktu dapet order deket-deket.

 

Tel Aviv Babak Belur: Israel Nggak Kebal Rudal

Israel yang biasanya jumawa karena dibekali 3,8 miliar dolar setahun dari Paman Sam, sekarang kena batunya. Rudal Iran tembus pertahanan Arrow 3. Katanya sih “anti-rudal paling canggih,” tapi ternyata kalah sama logika “yang penting niat dan akurasi.”

Markas Mossad? BOOM.
Unit 8200? BOOM.
Kepercayaan diri? Lebih meledak lagi.
Tel Aviv? Sekarang paham rasanya jadi Gaza.

Assegaf nyeletuk: “Ternyata, Israel tuh biasa aja. Kalau digas beneran, goyang juga.” Jadi, jangan merasa aman cuma karena punya sekutu superpower. Kadang, realita datang dari langit—literally.

 

Netanyahu: Perdana Menteri atau Pemeran Utama Sinetron Politik?

Nah, ini dia tokoh sentral yang makin hari makin “dibahas warganet dan diludahi sejarah.” Benjamin Netanyahu, dikenal lebih sering perang daripada perdamaian, kini mulai ditinggal rakyatnya.

Kenapa?

Gagal bebaskan sandera.

Tel Aviv luluh lantak.

Kasus korupsi nunggak empat, tapi sidangnya diundur karena perang (enak, ya?)

Menurut Assegaf, perang ini bukan cuma demi “eksistensi Israel”, tapi juga demi “kelangsungan jabatan Bibi” (panggilan manja Netanyahu). Kalau damai, dia bisa disidang. Kalau perang, ya… bisa jadi pahlawan dalam puing.

Mantan PM Israel, Ehud Olmert, bahkan blak-blakan: “Musuh terbesar Israel bukan Iran. Tapi Netanyahu.” Yah, kadang musuh terbesar memang ada di rumah sendiri. Apalagi kalau rumahnya didanai AS.

 

Amerika, Rusia, Cina: Tiga Gajah Main Catur di Padang Pasir

Israel minta tolong Amerika? Langsung. Tapi dunia udah nggak segampang dulu. Rusia dan Cina udah mulai angkat-angkat alis. Bahkan Pakistan bilang siap dukung Iran.

Kalau dulu AS bisa invasi Irak dan Afghanistan kayak jalan-jalan, sekarang harus mikir:

Eropa mulai ogah dukung Israel.

Opini publik meledak kayak trending Twitter.

Dunia sadar, ini bukan soal “perang melawan teror” tapi “perang melawan nurani”.

Assegaf bilang, alasan Barat soal “senjata nuklir Iran” tuh mirip banget sama alasan buat serbu Irak dulu. Padahal, yang punya bom nuklir sejak dulu siapa? Israel, katanya punya 200 lebih. Tapi anehnya, IAEA nggak pernah inspeksi.

Standar ganda? Wah, itu udah standar internasional kayaknya.

 

Negara Arab: Diam Demi Dolar

Mesir dan Yordania diem aja. Kenapa? Ya karena dapet uang miliaran dolar dari AS. Mau buka Rafah? Lho, Israel belum ACC.

Narasi pembebasan Al-Aqsa? Ya Allah, itu konten viral doang. Di lapangan, nggak ada perubahan. Bahkan negara Islam besar pun cuma bisa “kecewa keras” di depan kamera, lalu “deal dagang” di belakang panggung.

Assegaf nyeletuk pedas: “Yang viral itu hoaks. Yang nyata itu luka.” Dan Palestina tetap jadi korban dalam politik dua muka.

Akhir Kata: Dunia Boleh Panas, Tapi Kita Jangan Kehilangan Akal

Perang ini bukan cuma perang fisik. Ini perang narasi, perang kepentingan, dan perang siapa paling kuat nahan malu.

Gareng Petruk mau bilang:

“Kalau yang jadi korban selalu rakyat kecil, mungkin yang besar-besar itu harus dikerdilkan.

Yang sok jago itu perlu belajar diam, dan yang suka diam harus mulai bersuara.
Dunia ini bukan milik mereka yang bersenjata, tapi mereka yang bersuara dengan nurani.”

FIRNAS, menulis dengan gaya ngocol, tapi pesan tetap nyantol.

https://garengpetruk.com/perang-timur-tengah-tel-aviv-remuk-iran-angkat-kaki-netanyahu-menggigil-di-ujung-kuasa/


-----

Thursday, June 19, 2025

KONTROVERSI TAHLILAN

*Kontroversi Tahlilan Awal NU: Hukum Makruh Hingga Bid'ah di Era Mbah Hasyim*

Oleh Firnas 

SURABAYA – Tradisi tahlilan yang kini identik dengan Nahdlatul Ulama (NU) ternyata menyimpan sejarah hukum yang dinamis dan sempat menjadi perdebatan internal di awal berdirinya organisasi tersebut. Prof. DR. H. Ahmad Zahro, salah satu Imam Besar Masjid Al-Akbar Surabaya, dalam sebuah ceramahnya, mengungkapkan fakta menarik berdasarkan hasil penelitian disertasinya tentang "Bahtsul Masail" NU dari tahun 1926 hingga 1999.

Menurut Prof. Zahro, di era awal NU, terutama pada masa KH. Hasyim Asy'ari, pendirian organisasi ini cenderung kuat mengikuti Mazhab Syafi'i. Dalam pandangan Imam Syafi'i, pahala dari amal ibadah yang dihadiahkan (misalnya melalui tahlilan) tidak akan sampai kepada mayit. Pendapat yang menyatakan pahala dapat sampai adalah pandangan Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hanbal, sementara Imam Malik mengambil posisi abstain.

"Memang awal-awal NU dulu, terutama di era Mbah Hasyim, itu ya seperti itu, ikut Imam Syafi'i lebih kuat dibanding tiga mazhab lain," jelas Prof. Zahro. Ia menambahkan bahwa dokumen Bahtsul Masail NU tahun 1926 bahkan mencatat bahwa tahlilan, khususnya yang dilakukan pada hari ketiga dan ketujuh, dianggap makruh bahkan bid'ah.

"Memang bahkan 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan seterusnya (dianggap) bid'ah," tegas Prof. Zahro, mengutip rekaman dan dokumen resmi Bahtsul Masail yang ia miliki.

Namun, Prof. Zahro juga menekankan bahwa hukum dalam Islam bersifat fleksibel dan dapat mengalami perubahan seiring perkembangan zaman dan pergaulan masyarakat. Ia menjelaskan bagaimana Bahtsul Masail, yang banyak merujuk pada kitab *I'anatut Thalibin* karya Syekh Abu Bakar Syatha, mengalami pergeseran pandangan.

"Pada awalnya (kitab) *I'anatut Thalibin* digunakan untuk merujuk bahwa tidak boleh hadiah pahala, tidak boleh selamatan itu. Tapi kemudian pada akhirnya juga *I'anatut Thalibin* membolehkan tapi dalam format doa," terang Prof. Zahro.

Inilah mengapa, menurut Prof. Zahro, doa tahlilan di kalangan NU yang mengerti formatnya berbunyi "Allahumma ausil tsawaaba maqaranaahu" (Ya Allah, sampaikanlah pahala yang kami baca ini), bukan secara langsung menghadiahi pahala, melainkan berdoa agar Allah menyampaikan doa tersebut. Ia menyoroti dominasi kitab *I'anatut Thalibin* dalam rujukan Bahtsul Masail NU, di mana 80% rujukan berasal dari kitab tersebut, sementara kitab utama Imam Syafi'i sendiri, *Kitab Al-Umm*, hanya dirujuk enam kali sepanjang periode penelitiannya.

Menutup ceramahnya, Prof. Zahro menyerukan agar umat Islam menjaga kerukunan dan saling menghormati perbedaan pandangan terkait tahlilan. "Soal ini ya kita yang penting tidak mencela. Kalau tahlilan coba yang santun, yang tidak usah terlalu berlebihan (lama). Kalau ada yang (mengadakan) hari ke-6, hari ke-7 dan sebagainya, sudahlah tidak usah diperdebatkan. Toh hanya waktu, ya sudahlah mereka punya keyakinan yang tidak usah dicela," pungkasnya.

Dengan demikian, ceramah Prof. Zahro memberikan pemahaman bahwa tradisi tahlilan yang kuat di NU saat ini adalah hasil dari evolusi interpretasi hukum yang mempertimbangkan realitas sosial, sembari tetap menjaga akar keilmuan dan kerangka mazhab yang dianut. (*)

https://youtu.be/4Et4ovLDyls?si=ayAgdQ5_hQkVZm1l

---

SIKLUS HIDUP DARI PERSPEKTIF AL QUR'AN

Siklus Hidup dari Perspektif Al-Qur'an

Setiap napas yang kita hirup, setiap langkah yang kita pijak, adalah bagian dari sebuah perjalanan agung yang telah digariskan. Kita semua akan melalui fase yang sama: lahir, menjalani hidup, menghadapi kematian, dan kelak dibangkitkan kembali. Namun, di tengah hiruk pikuk dunia, seringkali kita lupa bahwa peta perjalanan ini telah dijelaskan secara rinci dan mendalam dalam kitab suci Al-Qur'an. Lebih dari sekadar deskripsi, Al-Qur'an memberikan makna filosofis dan peringatan tentang setiap tahapan yang akan kita lalui.

Berikut ini lima tahapan kehidupan manusia menurut Al-Qur'an, sebuah panduan komprehensif yang mengajak kita merenungi asal-usul, tujuan, hingga destinasi akhir kita.

1. Al-Halq (Penciptaan): Dari Tanah, Bukan dari Kemuliaan

Perjalanan manusia dimulai dari titik yang paling sederhana: tanah. Al-Qur'an dengan jelas menegaskan asal-usul ini. Dalam Surah Al-Hijr (15:26) disebutkan, "Sungguh, Kami menciptakan manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam." Ayat lain, Surah As-Sajdah (32:7), melengkapi dengan gambaran bahwa Allah-lah yang membentuk dan menyempurnakan rupa manusia.

Fakta ini diperkuat oleh sains modern yang menemukan kesamaan komposisi kimia antara tubuh manusia (seperti karbon dan oksigen) dengan unsur-unsur dalam tanah. Kisah penciptaan Nabi Adam dari tanah, kemudian keturunannya dari setetes sperma (QS. Al-Mu’minun: 12-14), adalah bukti nyata kebesaran Ilahi. 

يٰۤـاَيُّهَا النَّا سُ اِنْ كُنْـتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَـعْثِ فَاِ نَّـا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَا بٍ ثُمَّ مِنْ نُّـطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّـنُبَيِّنَ لَـكُمْ ۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَ رْحَا مِ مَا نَشَآءُ اِلٰۤى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْۤا اَشُدَّكُمْ ۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰۤى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـئًـا ۗ وَتَرَى الْاَ رْضَ هَا مِدَةً فَاِ ذَاۤ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَآءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَ نْۢبَـتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ
"Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) Kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah."
(QS. Al-Hajj 22: Ayat 5)

Pesan moral dari tahapan ini sangatlah jelas: manusia tidak memiliki alasan untuk sombong. Asal-usul kita yang hanya dari material sederhana adalah pengingat abadi akan kerendahan hati.

2. Al-Hayah (Kehidupan Dunia): Sebuah Ujian yang Terbatas Waktu

Begitu tercipta, manusia memasuki arena kehidupan dunia. Namun, Al-Qur'an menegaskan bahwa hidup di dunia ini bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah ujian. Surah Al-Mulk (67:2) menyatakan, *"Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji siapa yang terbaik amalnya."* Dunia adalah sekolah, tempat kita diuji dengan berbagai cobaan dan nikmat. Ada yang berhasil melewati ujian dengan iman dan amal saleh, dan ada pula yang gagal karena terlena dalam maksiat dan kufur nikmat.

Kisah-kisah dalam Al-Qur'an menjadi cermin nyata. Nabi Ayub diuji dengan penyakit parah, namun kesabarannya menjadi teladan. Sebaliknya, Qarun, yang dianugerahi kekayaan melimpah, justru kufur nikmat dan akhirnya ditenggelamkan ke dalam bumi. Pesan bagi kita adalah: gunakan setiap detik waktu di dunia untuk beribadah, belajar, dan berbuat baik, sebab waktu ujian ini sangatlah terbatas.

3. Al-Maut (Kematian): Pintu Gerbang Menuju Alam Lain

Tahapan yang tak terhindarkan bagi setiap jiwa adalah kematian. Surah Ali Imran (3:185) dengan tegas menyatakan, "Setiap jiwa akan merasakan mati." 

Kematian seringkali datang tanpa permisi, layaknya tamu tak diundang, sebagaimana diisyaratkan dalam QS. Al-A’raf: 34. Namun, Al-Qur'an mengajarkan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah pintu gerbang menuju alam berikutnya, yaitu alam barzakh.

Kisah Firaun yang mengaku tuhan namun akhirnya mati tenggelam di lautan (QS. Yunus: 92) menjadi pengingat keras bahwa kekuasaan, harta, dan keangkuhan duniawi tak akan pernah bisa menunda atau menolak kematian. 

Pesan moralnya begitu kuat: persiapkan bekal amal saleh mulai dari sekarang, karena kematian bisa menjemput kapan saja, tanpa memandang usia atau status.

4. Al-Akhirah (Kehidupan Akhirat): Hari Pembalasan yang Adil 

Setelah kematian, manusia akan memasuki tahapan kebangkitan dan kehidupan akhirat. Ini adalah hari pembalasan, di mana setiap perbuatan akan diperhitungkan. Surah Al-Baqarah (2:154) menegaskan tentang kehidupan setelah mati, "Jangan katakan orang yang mati di jalan Allah ‘mati’. Mereka hidup, tetapi kalian tidak menyadarinya."

Proses kebangkitan manusia dari kubur digambarkan serupa dengan tanah kering yang menghijau setelah diguyur hujan (QS. Qaf: 11). Pada hari itu, setiap amal, sekecil apapun, bahkan sebesar biji sawi, akan diperlihatkan dan dicatat tanpa terkecuali (QS. Az-Zalzalah: 6-8). Ini adalah hari di mana keadilan mutlak ditegakkan, dan setiap manusia akan melihat hasil dari perbuatannya. Pesan moralnya sangat jelas: hidup di dunia adalah penentu nasib di akhirat. Jangan pernah meremehkan dosa kecil, sebab setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan.

*5. Surga dan Neraka: Destinasi Akhir Perjalanan*

Puncak dari seluruh perjalanan hidup manusia adalah destinasi akhir: Surga atau Neraka. Al-Qur'an memberikan gambaran yang jelas mengenai kedua tempat ini sebagai balasan atas amal perbuatan manusia di dunia. Surga, seperti yang digambarkan dalam QS. Al-Baqarah (2:25), adalah tempat kesenangan abadi dengan sungai-sungai mengalir, buah-buahan melimpah, dan kedamaian tanpa batas, diperuntukkan bagi orang-orang bertakwa.

Sebaliknya, Neraka, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Mulk (67:6), adalah tempat penyiksaan pedih bagi orang-orang kafir dan zalim, sebuah hukuman abadi dari Allah. Perbandingan ini menjadi pengingat yang kuat: Surga adalah hadiah agung bagi mereka yang taat dan beramal saleh, sementara Neraka adalah hukuman yang setimpal bagi mereka yang ingkar dan berbuat maksiat. 

Pesan moralnya tak terbantahkan: pilih jalan ketaatan kepada Allah, ikuti petunjuk-Nya, dan persiapkan diri untuk meraih surga-Nya.

*Penutup: Sebuah Peta untuk Hidup Bermakna*

Al-Qur'an bukanlah sekadar kitab suci, melainkan sebuah peta lengkap perjalanan eksistensi manusia. Dari asal-usul kita yang sederhana di tanah, melalui ujian kehidupan dunia yang fana, menuju kepastian kematian, kebangkitan di hari akhirat, hingga akhirnya bermuara di Surga atau Neraka.

Peta ini adalah pengingat keras bagi kita: jangan sia-siakan hidup! Setiap momen adalah kesempatan untuk mengumpulkan bekal terbaik demi perjalanan panjang menuju akhirat. 

Sudahkah kita memanfaatkan waktu di dunia ini untuk bekal abadi kita? Pertanyaan ini layak kita renungkan setiap hari, agar perjalanan hidup kita senantiasa dalam tuntunan-Nya.

---

Perang Iran vs Israel

*Perang Meluas di Timur Tengah: Tel Aviv Porak-poranda, Iran Angkat Kaki, dan Tekanan Terhadap Netanyahu Meningkat*

Oleh FIRNAS

TEL AVIV, ISRAEL – Serangan balasan Iran yang dramatis terhadap Israel pada Jumat, 13 Juni 2025, telah mengubah dinamika konflik di Timur Tengah secara signifikan. Tel Aviv dilaporkan porak-poranda, bahkan mulai menyerupai Gaza, menyusul hantaman rudal Iran. Situasi ini, yang dibahas dalam podcast Ari Untung bersama pengamat politik Timur Tengah, Faisal Asseggaf, pada Rabu, 18 Juni 2025, menunjukkan peningkatan tensi yang mengkhawatirkan dan implikasi global yang serius.

*Tiga Penghinaan yang Membakar Amarah Iran*

Faisal Asseggaf menjelaskan bahwa serangan Iran adalah puncak dari serangkaian "penghinaan terbesar" yang dilakukan Israel. 

Penghinaan pertama terjadi ketika pemimpin Hamas, yang merupakan tamu negara Iran, tewas dalam kecelakaan helikopter yang diyakini didalangi Mossad. 

Kedua, pemimpin tertinggi Hizbullah, Hassan Nasrallah, yang merupakan sekutu utama Iran, juga tewas pada 27 September tahun lalu. Iran memilih untuk tidak membalas kedua insiden tersebut, memicu pertanyaan di kalangan masyarakatnya sendiri.

Puncaknya adalah tewasnya Jenderal Muhammad Bagheri, Panglima Angkatan Bersenjata Iran, dan Jenderal Hossein Salami, Komandan Garda Revolusi, dalam serangan Israel pada Jumat, 13 Juni 2025. 

"Ini mau tidak mau mengganggu kredibilitas rezim ulama yang berkuasa sejak 1979," jelas Asseggaf. 

Serangan langsung terhadap pimpinan militer tertinggi di dalam negeri Iran ini memaksa Teheran untuk merespons demi menjaga kredibilitas dan harga diri bangsanya.

*Dampak Serangan Balasan Iran: Hukuman dan Pembuktian*

Serangan balasan Iran dilaporkan sangat menyakitkan bagi Israel. Haifa terbakar, Tel Aviv porak-poranda, dan setidaknya tiga pangkalan militer Israel terkena hantaman. Kabar terbaru menyebutkan markas Mossad di Herzliya dan markas Unit 8200 (unit intelijen militer Israel) juga hancur.

Asseggaf menilai serangan Iran ini bisa dipandang sebagai bentuk "hukuman terhadap Israel" di tengah berdiamnya dunia terhadap genosida dan kejahatan perang di Gaza. 

"Dunia pada diam. PBB, OKI, Liga Arab, semua enggak ada yang bisa menghentikan Israel," ujarnya. 

Iran, menurut Asseggaf, seolah mengambil peran Dewan Keamanan PBB untuk memberi pelajaran kepada Israel yang semakin arogan.

Lebih lanjut, Asseggaf menegaskan bahwa Iran sebenarnya telah memenangkan perang ini dari awal. Meskipun berada di bawah sanksi politik, ekonomi, dan militer dari Amerika Serikat selama 26 tahun, Iran mampu mengembangkan persenjataan yang menakutkan, termasuk rudal hipersonik Fatah 1 yang mampu menempuh jarak seribuan kilometer dalam 11 menit. Kontrasnya, Israel yang dibantu AS (mendapat 3,8 miliar dolar per tahun dan 300 roket Hellfire baru-baru ini) kesulitan menghadapi milisi seperti Hamas, apalagi melawan kepala gurita Iran yang memiliki tentakel kuat seperti Hizbullah dan Houthi.

Serangan ini juga membuktikan kegagalan sistem pertahanan rudal Israel, Arrow 3, yang diklaim mampu menangkal serangan. "Ternyata tembus," kata Asseggaf, menambahkan bahwa hal ini membuat mata dunia menyadari bahwa Israel "tidak semenakutkan itu."

*Netanyahu di Ujung Tanduk: Perang demi Jabatan?*

Kerusakan masif di Tel Aviv telah meruntuhkan citra Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di mata warganya. Asseggaf menyebut nama Netanyahu "makin hancur" karena kegagalannya membebaskan sandera sepenuhnya dan justru memperburuk situasi keamanan.

Mantan Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert, pernah blak-blakan menyatakan bahwa musuh sejati Israel adalah Netanyahu sendiri yang arogan dan memaksakan diri. 

"Dia memang perlu perang ini supaya dia tidak menjalani sidang korupsi," ungkap Asseggaf.

Netanyahu menghadapi empat kasus korupsi yang sidangnya tertunda karena perang. Perang melawan Iran ini disebut sebagai "perang eksistensial" bagi masa depan Israel, namun bagi Netanyahu, ini adalah upaya terakhir untuk mempertahankan kekuasaan.

*Ancaman Eskalasi Global: AS, Rusia, dan Cina di Persimpangan Jalan*

Respon cepat Netanyahu yang meminta bantuan militer langsung dari Amerika Serikat mengindikasikan kepanikan Tel Aviv. Asseggaf memperingatkan bahwa jika AS melakukan intervensi militer langsung, Rusia dan Cina kemungkinan besar tidak akan tinggal diam dan akan mendukung Iran, memicu perang yang lebih luas dan berisiko Perang Nuklir. Pakistan juga telah menyatakan kesediaannya untuk membantu Iran.

Meskipun invasi darat AS seperti di Afghanistan atau Irak tidak mungkin terjadi lagi, potensi eskalasi tetap tinggi. AS, menurut Asseggaf, akan berhitung matang karena Eropa pun mulai menarik diri dari dukungan penuh terhadap Israel, menyadari risiko politik dalam negeri jika terus berpihak pada genosida.

Tuduhan Barat bahwa Iran mengembangkan senjata nuklir disebut Asseggaf sebagai "alasan Amerika" untuk menumbangkan rezim anti-Israel, serupa dengan kasus Saddam Hussein di Irak yang dituduh memiliki senjata pemusnah massal. Ia menyoroti standar ganda AS yang menekan Iran untuk inspeksi nuklir oleh IAEA, namun tidak pernah melakukan hal serupa terhadap Israel yang diyakini memiliki hingga 200 bom nuklir sejak 2004, seperti diungkap pembocor Mordechai Vanunu.

*Blokade dan Pengaruh Amerika di Dunia Arab*

Konflik ini juga menyoroti peran negara-negara Arab yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, seperti Mesir dan Yordania. Kedua negara ini menerima miliaran dolar bantuan militer dan ekonomi dari AS, yang membuat mereka enggan membuka jalur bantuan kemanusiaan atau menentang Israel. 

"Mesir enggak akan buka itu pintu Rafah, enggak akan buka karena Israel enggak ngizinin," kata Asseggaf. 

Rezim yang berkuasa di negara-negara ini tidak akan mengambil risiko melawan perintah Israel karena khawatir akan kehilangan bantuan dan kekuasaan.

Asseggaf juga mengkritik narasi-narasi keliru yang berkembang di media sosial, seperti klaim "pembebasan Al-Aqsa" atau adzan pertama kali berkumandang di Masjid Umayyah, menyebutnya "narasi ngawur" yang tidak sesuai dengan realitas geopolitik di lapangan. Negara-negara Muslim besar sekalipun, seperti Turki, yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, tidak mampu membebaskan Al-Aqsa.

Perjalanan keadilan bagi Palestina dan stabilitas di Timur Tengah tampaknya masih panjang, tergantung pada dinamika kompleks antara kekuatan global dan kepentingan regional yang saling berbenturan.(*)

Sumber:
https://youtu.be/3bjvvPjREIA?si=QxvICmh_KmbLKFwc

Luka hati seorang ibu di Bekasi

*Luka Hati Seorang Ibu di Bekasi: Jeritan Keadilan yang Terbentur Undang-Undang Anak*

Oleh FIRNAS, Jawa Timur

*BEKASI, JAWA BARAT* – Kisah pilu *Nur Dalillah Putri*, seorang ibu di Bekasi, telah mengguncang publik, menyoroti celah menganga dalam sistem perlindungan anak di Indonesia. Putranya yang baru berusia 4 tahun menjadi korban pelecehan seksual oleh seorang anak laki-laki berusia 8 tahun. Ironisnya, Nur Dalillah kini harus berjuang sendirian, menghadapi frustrasi hukum dan minimnya empati, demi mencari keadilan bagi buah hatinya.

---

*Perubahan Perilaku dan Terbongkarnya Trauma*

Awal mula terkuaknya trauma ini adalah perubahan perilaku sang anak yang enggan pergi salat ke masjid atau mengunjungi rumah neneknya. Tingkah laku yang berubah drastis selama dua bulan terakhir, di mana anak kerap menangis histeris meminta pulang, mulanya dianggap lumrah. Namun, kecurigaan Nur Dalillah semakin menguat pada pertengahan Mei 2025, ketika ia mendengar kabar bahwa korban lain berinisial C (7 tahun) mengalami dugaan sodomi oleh pelaku yang sama, bahkan hingga menyebabkan luka fisik.

Kebenaran yang pahit akhirnya terungkap pada 29 Mei 2025. Dalam sebuah percakapan santai, Nur Dalillah menggoda putranya tentang ketidakinginannya salat. Balita 4 tahun itu secara polos berucap, *"Aku enggak suka salat. Soalnya kalau salat main masukin tit ke pant."* 

Pengakuan polos ini meruntuhkan dunia Nur Dalillah. Setelah didesak, sang anak kembali menceritakan bahwa tindakan pelecehan terjadi di kamar mandi masjid dan di balik tanggul dekat komplek perumahan. 

Lebih lanjut, terungkap bahwa kejadian itu sudah berlangsung tiga kali, disertai iming-iming balon dan dan jajanan dari pelaku. Nur Dalillah juga kini mengingat kembali kejadian sebelumnya, di mana sang anak sempat buang air besar berdarah, yang kala itu ia kira hanya karena panas dalam.

---

*Siklus Kekerasan dan Frustrasi Hukum*

Kasus ini kian memilukan ketika terungkap bahwa pelaku, anak berusia 8 tahun, ternyata memiliki lebih banyak korban. Awalnya teridentifikasi empat korban, namun data terbaru menunjukkan ada *tujuh korban baru dan dua korban lama* selain putra Nur Dalillah. 

Artinya, seorang anak berusia 8 tahun telah memangsa setidaknya sembilan anak lainnya. 

Saat diinterogasi, pelaku disebut dengan santai menyebutkan nama-nama korbannya dan mengaku melakukan perbuatan itu karena penasaran setelah menonton video di ponsel temannya, tanpa menunjukkan penyesalan sedikit pun.

Dalam pertemuan awal antara kedua belah pihak, keluarga pelaku justru menunjukkan sikap acuh tak acuh dan menganggap pelecehan tersebut sebagai "hal biasa". Mirisnya, ibunda pelaku bahkan diketahui telah meminta korban pertama untuk tidak memberitahukan kejadian ini kepada ibunya, mengindikasikan adanya dugaan pembiaran.

Berupaya mencari keadilan, Nur Dalillah melaporkan kasus ini ke *Polres Metro Bekasi*. Namun, laporannya sempat ditolak dengan alasan *Undang-Undang Perlindungan Anak* tidak memungkinkan anak di bawah 12 tahun dipidanakan. 

Ia kemudian diarahkan ke Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A), yang fokus pada pemulihan korban, tetapi tidak memberikan solusi konkret untuk penanganan pelaku.

Nur Dalillah merasa frustrasi karena hukum yang seharusnya melindungi anaknya justru seolah melindungi pelaku. 

"Kenapa Undang-Undang Perlindungan Anak malah melindungi pelaku? Kenapa hukum di sini tidak seadil itu?" keluhnya, mempertanyakan mengapa rehabilitasi atau penanganan yang adil bagi pelaku begitu sulit didapatkan tanpa kasusnya harus viral di media sosial.

---

*Trauma Mendalam dan Desakan Perubahan Kebijakan*

Kondisi putra Nur Dalillah kini sangat memprihatinkan. Ia mengalami trauma mendalam, tidak bisa ditinggal sendirian, bahkan ketika ibunya hanya beranjak ke kamar mandi. Mimpi buruk dan halusinasi monster menjadi gambaran nyata dari penderitaan psikologis yang ia alami. "Saya enggak mau putra saya meneruskan rantai ini," ujar Nur Dalillah, menyuarakan kekhawatirannya akan dampak jangka panjang pada orientasi seksual dan mental anaknya.

Ia berharap putranya dapat pulih sepenuhnya, melupakan kejadian pahit itu, dan tumbuh menjadi anak yang normal serta saleh. Namun, ia juga berjuang agar pelaku mendapatkan penanganan yang tepat. 

"Harapan saya apakah direhabilitasi, pokoknya yang penting dia diambil hak asuhnya dari orang tuanya," tegasnya, menilai orang tua pelaku tidak kompeten dalam mendidik anaknya.

Nur Dalillah berencana menyampaikan langsung kepada *Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA)* mengenai urgensi perubahan kebijakan. Ia menekankan bahwa tidak bisa anak di bawah umur terus-menerus dilindungi tanpa adanya konsekuensi atau rehabilitasi yang efektif, mengingat banyaknya korban yang sudah berjatuhan.

Kasus ini juga mengungkap kejanggalan lain, yaitu hasil visum yang dinyatakan "negatif". Menurut penjelasan dokter, "negatif" tidak berarti tidak terjadi pelecehan, melainkan kemungkinan karena alat kelamin pelaku (anak 8 tahun) belum berkembang sempurna sehingga tidak meninggalkan luka fisik yang terlihat. Meskipun demikian, psikolog menegaskan bahwa anak Nur Dalillah tetap membutuhkan pendampingan intensif.

---

*Masyarakat Mendukung, Sistem Harus Berbenah*

Meskipun perangkat RT/RW setempat sempat menyayangkan pelaporan polisi dan menyarankan penyelesaian secara kekeluargaan, warga sekitar justru memberikan dukungan emosional kepada Nur Dalillah. Namun, dukungan moral saja tidak cukup untuk menjamin keadilan.

Kisah Nur Dalillah dan putranya menjadi pengingat menyakitkan akan celah dalam sistem perlindungan anak di Indonesia. Jika pelaku anak di bawah umur dapat dengan mudah kembali ke lingkungan masyarakat tanpa rehabilitasi yang memadai, siklus kekerasan seksual pada anak berisiko terus berlanjut.

Perubahan kebijakan yang lebih holistik dan adaptif, yang tidak hanya berfokus pada pemidanaan atau pembebasan, melainkan pada rehabilitasi komprehensif bagi pelaku dan korban, mutlak diperlukan. 

Ini adalah jeritan hati seorang ibu yang menuntut keadilan, tidak hanya untuk putranya, tetapi juga untuk puluhan anak lain yang berpotensi menjadi korban di masa depan.

Sumber:
https://youtu.be/pp6qscSVCBo?si=afYBbLFFbVKE-hmk
---

Tuesday, June 17, 2025

Anggraini Dwi Putri Pimpin Gerakan Rakyat Kota Pasuruan: Siap Berdayakan UMKM dan Jalin Kemitraan Luas



Oleh FIRNAS, Pasuruan

KOTA PASURUAN– *Gerakan Rakyat* di Kota Pasuruan telah membentuk kepengurusannya hari ini, Selasa, 17 Juni 2025. Proses pembentukan kepengurusan yang diawali dengan musyawarah daerah (Musda) ini mengantarkan *Anggraini Dwi Putri* sebagai Ketua terpilih. Acara ini turut dihadiri langsung oleh perwakilan dari Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Gerakan Rakyat Jawa Timur.

Anggraini Dwi Putri menyatakan kesiapannya memimpin organisasi ini. "Saya pribadi sebagai ketua," ujarnya, memperkenalkan diri. Kepengurusan inti atau KSB (Ketua, Sekretaris, Bendahara) telah beberapa bulan lalu melalui proses seleksi. Untuk posisi Wakil Ketua, *Isa Anshori* telah ditetapkan. 

Sementara itu, posisi Sekretaris masih dalam tahap pencarian kandidat yang tepat, meskipun beberapa nama telah masuk dalam pertimbangan. Untuk Bendahara, *Bu Yuliati* dari kepengurusan lama kembali dipercaya, dibantu oleh *Mbak Ulan*.

---

*Agenda Jangka Pendek: Penguatan Struktur, Jangka Panjang: Pemberdayaan Masyarakat*

Anggraini menjelaskan agenda Gerakan Rakyat ke depan. Dalam *jangka pendek*, prioritas utama adalah melengkapi dan mengukuhkan struktur kepengurusan di wilayah Kota Pasuruan agar dapat segera beroperasi secara efektif. "Struktural kepengurusan harus cepatnya berjalan," tegas Anggraini.

Untuk *jangka panjang*, Gerakan Rakyat memiliki visi yang lebih luas, yaitu melakukan berbagai gerakan di masyarakat. "Mungkin sosial atau UMKM seperti itu," imbuhnya. Ini menunjukkan komitmen organisasi untuk terjun langsung dalam isu-isu kerakyatan dan ekonomi.

---

*Membuka Kemitraan dengan Berbagai Pihak, Fokus pada UMKM*

Dalam upaya mencapai visi tersebut, Gerakan Rakyat membuka diri untuk menjalin kemitraan dengan berbagai pihak. "Kita juga akan bermitra dengan siapapun. Entah itu dari lembaga, instansi, atau masyarakat seperti UMKM," jelas Anggraini.

Salah satu fokus utama kemitraan adalah pada sektor *UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah)*. "Kita akan bantu membina mereka, bantu menaikkan kualitas UMKM yang ada," kata Anggraini, menandakan peran aktif dalam pengembangan ekonomi kerakyatan. 

Selain itu, mereka juga berencana menjalin kerja sama dengan instansi pemerintahan terkait pergerakan dan program pemerintah, serta dengan perusahaan-perusahaan di berbagai bidang seperti peternakan, pertanian, dan lainnya.

---

*Pengukuhan Nasional dan Rapat Kerja Berkala*

Mengenai jadwal pengukuhan kepengurusan, Anggraini menyatakan belum mendapatkan informasi pasti. "Untuk pengukuhannya insya Allah kita belum dapat informasi yang lebih tepatnya," ujarnya. Hal ini dikarenakan pengukuhan tingkat nasional akan dipusatkan di Jakarta dan rencananya akan dihadiri oleh perwakilan seluruh wilayah Indonesia.

Setelah pengukuhan, Gerakan Rakyat Kota Pasuruan berencana untuk mengadakan *rapat kerja (raker)* secara berkala. "Insya Allah kita akan mengadakan musyawarah atau bisa dikatakan rapat kerja," terang Anggraini. Ia mengagendakan raker untuk wilayah kota sendiri sekitar tiga bulan sekali, sementara untuk instruksi dari DPW Jawa Timur atau pusat, mereka akan mengikutinya.

Dengan terbentuknya kepengurusan ini, Gerakan Rakyat Kota Pasuruan siap bergerak aktif, bersinergi dengan berbagai pihak, dan fokus pada upaya pemberdayaan masyarakat serta UMKM demi kemajuan daerah. (*)

FIrnas, Pasuruan
garengpetruk.com
---