Tuesday, July 08, 2025

Melangkah ke Masjid: Gerbang Ampunan, Derajat, dan Perlindungan Ilahi


Penulis : Firnas Muttaqin 

SURABAYA, JAWA TIMUR – Menginjakkan kaki ke masjid bukan sekadar memenuhi panggilan salat, melainkan sebuah gerbang menuju ampunan dosa, peningkatan derajat, dan perlindungan Ilahi. Demikian disampaikan *Ustadz Mim Saiful Hadi* dari Pesantren Al-Qur'an Nurul Falah, Surabaya, dalam kajian Kuliah Subuh yang disiarkan di Radio Suara Surabaya pada Selasa, 8 Juli 2025.

Ustadz Mim mengawali penjelasannya dengan janji Allah yang agung, yang disebut Rasulullah SAW: *"Barangsiapa yang hatinya terpaut pada masjid, maka ia akan mendapatkan perlindungan dari Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan kecuali dari Allah."* (HR. Bukhari). Ini adalah penegasan tentang keistimewaan golongan yang hatinya selalu lekat dengan masjid.

Ia lantas mengutip hadis lain dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: *"Barangsiapa bersuci di rumahnya (berwudu) kemudian berjalan menuju salah satu rumah Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu kewajiban Allah (salat), maka satu langkahnya akan menghapus dosa dan langkah lainnya akan mengangkat derajat."* (HR. Muslim).

"Jadi, ketika kaki kanan maju, itu akan menggugurkan semua dosa. Langkah kedua, maka derajatnya tinggi," jelas Ustadz Mim. Ini adalah jaminan dari Allah bahwa setiap langkah menuju masjid mengandung nilai ampunan dan peningkatan kedudukan di sisi-Nya.

*Memasuki dan Keluar Masjid: Memohon Rahmat dan Keutamaan*

Ketika memasuki masjid, Ustadz Mim menyarankan untuk mendahulukan kaki kanan dan membaca doa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW: *"Bismillahirrohmanirrohim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Allahummaghfirli dzunubi waftahli abwaba rahmatika."* (Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga keselamatan tercurah bagiku. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah pintu-pintu rahmat-Mu untukku).

"Kita masuk, kita minta ampun kepada Allah supaya kita mendapatkan rahmat," kata Ustadz Mim. Rahmat Allah, menurutnya, akan menyelimuti orang yang memohonnya, bahkan dapat mengubah kekurangan menjadi sumber kebahagiaan.

Saat keluar dari masjid pun ada doa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW: *"Bismillahirrohmanirrohim, wassholatu wassalamu 'ala Rasulillah, Allahummaghfirli dzunubi waftahli abwaba fadhlika."* (Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan semoga selawat serta salam tercurah bagi Rasulullah. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah pintu-pintu keutamaan-Mu untukku.)

"Kita keluar, masih saja kita minta ampun kepada Allah untuk diganjar dengan keutamaan," Ustadz Mim menjelaskan. *Fadlik* berarti keutamaan atau prioritas. Dengan doa ini, amalan-amalan baik seseorang akan meningkat derajatnya, menjadi istimewa dan dapat menginspirasi orang lain.

*Panggilan Cinta yang Tak Selayaknya Diabaikan*

Ustadz Mim menegaskan bahwa adzan adalah **panggilan cinta dari Allah**, bukan sekadar seruan salat. Ia mengajak umat Muslim untuk lebih memaknai setiap kumandang adzan sebagai undangan istimewa dari Sang Pencipta demi meraih keberkahan dan kesuksesan di dunia maupun akhirat.

"Alasan apa yang membuat kita ini tidak mempedulikan panggilan adzan? Tidak merasakan sebagai sebuah ajakan yang sangat sungguh sangat berharga, sangat-sangat menarik, sangat besar tawarannya?" pungkas Ustadz Mim Saiful Hadi.

Kajian ini diharapkan dapat membuka mata hati umat Muslim agar senantiasa merutinkan langkah ke masjid, meraih ampunan, dan keberkahan yang dijanjikan Allah SWT.

---

Monday, July 07, 2025

Rahasia Adzan: Panggilan Cinta dan Keberuntungan dari Allah yang Sering Terabaikan


Penulis: Firnas Muttaqin 
Senin, 7 Juli 2025

SURABAYA, JAWA TIMUR – Adzan, seruan mulia yang berkumandang lima kali sehari, seringkali hanya dianggap sebagai penanda waktu salat. Namun, menurut penjelasan Ustadz Mim Saiful Hadi dalam sebuah sesi kajian subuh di Radio Suara Surabaya (Senin, 7/7/2025), adzan lebih dari sekadar panggilan ibadah; ia adalah *panggilan cinta dari Allah* yang menyimpan rahasia keberuntungan besar bagi siapa pun yang menyambutnya.

Ustadz Mim mengawali penjelasannya dengan mengutip sabda Rasulullah SAW: "Seandainya manusia mengetahui rahasia adzan, niscaya mereka akan berperang untuk mendapatkannya." (HR. Ahmad). Perumpamaan ini, kata Ustadz Mim, menunjukkan betapa berharganya seruan adzan jika manusia memahami janji-janji Allah di baliknya.

"Bayangkan saja, jika ada pengumuman di Gelora Bung Tomo, 'Datanglah jam 3, akan dibagikan uang 100 ribu per orang.' Pasti orang akan berbondong-bondong, bahkan mungkin saling berebut," ujar Ustadz Mim, memberikan analogi sederhana yang mudah dipahami. "Bagaimana jika 500 ribu? Orang bisa saling bunuh-bunuhan untuk menjadi yang terdepan."

Namun, panggilan adzan menawarkan lebih dari sekadar materi. Kalimat *"Hayya 'alal falah" (Mari meraih kesuksesan)* adalah inti dari tawaran Ilahi ini. "Siapa yang datang akan mendapatkan keberhasilan, keselamatan, kebahagiaan, dan kesuksesan," tegas Ustadz Mim. Ini adalah jaminan keselamatan abadi, bukan hanya rupiah semata.

*Adzan: Pujian, Persaksian, dan Undangan Ilahi*

Ustadz Mim menjelaskan bahwa adzan terdiri dari beberapa bagian penting:
1.  *Pujian atas Kebesaran Allah (Allahu Akbar)*.
2.  *Persaksian atas Keesaan Allah (Asyhadu alla ilaha illallah)* dan *kerasulan Nabi Muhammad (Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah)*.
3.  *Panggilan untuk Salat (Hayya 'alas shalah)*.
4.  *Panggilan untuk Meraih Kemenangan/Kesuksesan (Hayya 'alal falah)*.
5.  Diakhiri dengan kembali memuji dan mengagungkan Allah, serta mengikat tauhid dengan kalimat akhir.

"Panggilan adzan ini bukanlah sesuatu yang biasa. Sesungguhnya adalah kalimat yang mulia, kalimat yang agung," jelas Ustadz Mim. Ia menekankan bahwa jika adzan dikumandangkan dengan penuh semangat dan penghayatan, hati pendengarnya akan luluh dan kakinya akan tergerak untuk memenuhi panggilan tersebut.

*Keberuntungan di Setiap Langkah Menuju Masjid*

Rasulullah SAW juga bersabda bahwa orang yang melangkah menuju masjid untuk memenuhi panggilan adzan akan mendapatkan pahala yang besar di setiap langkahnya. "Setiap langkah kakinya akan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat," sebut Ustadz Mim, menggambarkan bahwa tidak ada sedikit pun kerugian, melainkan keberuntungan yang sangat besar.

Bahkan, perlindungan Allah akan menyertai mereka yang memenuhi panggilan adzan. "Kalau di pagi hari, Allah menjaga hingga sore hari. Kalau ia memenuhinya di sore hari, Allah menjaganya malam hingga pagi hari," tambahnya.

*Keutamaan dan Doa Setelah Adzan*

Mendengar adzan adalah momen istimewa bagi umat Muslim untuk meraih keberkahan. Setelah adzan selesai dikumandangkan, disunnahkan untuk membaca doa. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang mengucapkan setelah mendengar adzan:
*'Allahumma Rabba haadzihid da'watit taammah, wash shalaatil qaa-imah, aati Muhammadanil wasiilata wal fadhilah, wab'atshu maqoomam mahmuudal ladzii wa'adtahu.'*

Yang artinya: 'Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna ini dan shalat yang akan didirikan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah (kedudukan yang tinggi) dan keutamaan, serta bangkitkanlah beliau pada tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan.'

Maka sungguh ia akan mendapatkan syafaatku pada Hari Kiamat." (HR. Bukhari)

Ada pula riwayat lain yang menambahkan lafaz "Innaka laa tukhliful mii'aad" di akhir doa.

Selain doa di atas, waktu antara adzan dan iqamah juga merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa. Rasulullah SAW bersabda: *"Doa yang dipanjatkan di antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak."* (HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasa'i, dan Tirmidzi).

*Panggilan Cinta yang Tak Selayaknya Diabaikan*

Ustadz Mim mempertanyakan, "Alasan apa yang membuat kita ini tidak mempedulikan panggilan adzan? Tidak merasakan sebagai sebuah ajakan yang sangat sungguh sangat berharga, sangat-sangat menarik, sangat besar tawarannya?" Ia menyayangkan jika masih ada yang meremehkan panggilan yang bukan hanya sekadar seruan salat, melainkan *panggilan cinta dari Allah*.

"Betapa mulianya hati setiap kita, apabila mendengar suara adzan, hatinya tergerak, bahkan ia merindukan," pungkas Ustadz Mim Saiful Hadi.

Dalam penutup kajian, Fitriana Ayu sebagai pembawa acara turut menyampaikan, "Ini bukan hanya panggilan untuk menunaikan ibadah salat, tapi ternyata panggilan cinta dari Allah. Meninggalkan dunia sejenak, kemudian berkomunikasi. Rasanya kan ibarat kalau sama pasangan itu, kalau tidak ngomong itu kan tidak enak."

Kajian ini diharapkan dapat membuka mata hati umat Muslim agar lebih memaknai setiap kumandang adzan sebagai undangan istimewa dari Sang Pencipta, demi meraih keberkahan dan kesuksesan di dunia maupun akhirat. (*)

Sunday, July 06, 2025

Ahad Pagi di Alun-Alun Kota Pasuruan: Harmoni dalam Denyut Kota


Oleh Firnas Muttaqin 
Ahad, 6 Juli 2025

Pasuruan, 6 Juli 2025 — Matahari belum tinggi, tapi langkah kaki sudah ramai menyusuri trotoar dan jalur pedestrian di sekeliling Alun-Alun Kota Pasuruan. Hari Ahad telah menjelma menjadi ruang kolektif, tempat kota ini bernapas dalam irama yang lebih santai — namun tetap berdenyut penuh makna.

Dari segala penjuru arah khususnya dari timur (Terminal Wisata Religi), para peziarah datang silih berganti menuju kompleks makam KH Abdul Hamid. Wajah-wajah yang teduh, langkah yang pelan namun mantap. Zikir lirih dan doa bergema di sela-sela batu nisan tua, menandai penghormatan kepada sosok ulama kharismatik yang begitu dihormati warga Pasuruan dan luar kota. Bagi banyak orang, mengunjungi makam KH Abdul Hamid bukan sekadar wisata religi, tetapi bagian dari tradisi ruhani yang menyambung hati kepada warisan keberkahan.

Dari pelataran Masjid Jami’ Al Anwar yang megah, satu hal yang menyita perhatian banyak orang adalah deretan payung-payung besar ala Madinah. Payung-payung raksasa itu mengembang saat pagi menjelang, melindungi jamaah dan peziarah dari sengatan matahari sambil memberi nuansa Timur Tengah yang khas. Kehadiran payung ini tak hanya menjadi peneduh fisik, tetapi juga simbol spiritual yang menambah kuat identitas kota sebagai "Madinah van Java"— julukan yang kian terasa nyata di bawah bayang-bayang payung megah itu.

Di sisi lain alun-alun, denyut kehidupan bergerak dalam semangat kebugaran. Puluhan orang berjalan kaki atau berlari kecil mengelilingi taman. Keringat mengucur, tapi senyum tetap merekah. Suasana ini terasa seperti pertemuan mingguan warga kota yang melepas penat dari hari-hari kerja, sekaligus memperkuat tali silaturahmi.

Pagi itu, para pedagang kaki lima mulai menata lapaknya. Bau harum segala jenis camilan gorengan, dan kopi hitam menyeruak dari wajan dan panci yang mengepul. Gerobak es dawet, sate ayam, hingga bubur kacang hijau berjejer rapi menanti pembeli. Seorang ibu tampak sibuk menyusun minuman botol, sementara anaknya mengipas arang sate yang mulai berwarna cokelat menggoda.

Di sudut alun-alun, tampak para penikmat warung bersila lesehan atau duduk santai ala "cangkruk" di kursi kayu. Obrolan ngalor-ngidul menyatu dengan aroma kopi panas dan suara "ahli kalam" - sebutan mereka yang suka ngobrol -  yang setia bergosip ria berita pagi. Di sela-sela itu, terdengar tawa kecil dari anak-anak yang berlarian mengejar gelembung sabun, bermain bola plastik, atau hanya sekadar tertawa karena terjatuh di rerumputan.

Tak jauh dari sana, becak-becak wisata mulai beroperasi. Rombongan keluarga, wisatawan lokal, dan bahkan anak-anak muda menaiki becak berhias warna-warni yang siap mengantar mereka berkeliling kota. Sang pengayuh becak, dengan topi lebar dan senyum ramah, menjadi saksi hidup atas kehidupan kota yang terus bergerak dalam kehangatan tradisi.

Ada pula komunitas-komunitas kecil yang berkumpul: dari senam ibu-ibu PKK, latihan skateboard anak muda, sampai grup pecinta reptil yang memamerkan hewan peliharaan eksotis. Semua berkumpul dalam satu ruang, dalam satu waktu, membentuk kolase kehidupan yang penuh warna.

Ahad pagi di Alun-Alun Kota Pasuruan bukan sekadar rutinitas mingguan. Ia adalah panggung sosial, spiritual, dan kultural yang terus hidup dan tumbuh. Dan di bawah naungan payung-payung besar yang menjulang di pelataran masjid, julukan "Madinah van Java" bukan lagi sekadar harapan — tetapi cerminan nyata dari kota yang damai, bersahaja, dan sarat nilai-nilai luhur.

---

Membentuk Generasi Ceria: Trajeng Edukatif Menyapa Anak-Anak di Alun-Alun Kota Pasuruan

Penulis : Firnas 

Pasuruan, 6 Juli 2025 — Di tengah hangatnya mentari pagi yang diselimuti awan mendung, Alun-alun Kota Pasuruan tampak ramai oleh canda tawa anak-anak. Di bawah rimbun pepohonan, puluhan balita hingga siswa sekolah dasar berkumpul dalam sebuah kegiatan bertajuk *Trajeng Edukatif*. Sebuah inisiatif komunitas yang digagas oleh Karang Taruna Kelurahan Trajeng untuk mendampingi tumbuh kembang anak lewat pendekatan edukatif dan rekreatif.

Di antara kerumunan, tampak Nela, atau lengkapnya Dunita Ziadah Minela — mahasiswi Universitas Terbuka yang juga menjadi salah satu penggerak kegiatan ini. Dengan suara lembut namun antusias, ia menjelaskan bahwa *Trajeng Edukatif* adalah program rutin yang telah berjalan sekitar lima tahun.
“Kita adakan dua kali sebulan, lokasinya bergantian antara Kampung Dolanan dan Kelurahan Trajeng. Anak-anak kita bagi menjadi dua kelompok: *Tim Smart* untuk anak SD, dan *Tim Happy* untuk balita sampai usia taman kanak-kanak,” jelasnya.

Konsep kegiatan ini beragam — mulai dari permainan edukatif, pembelajaran kreatif, hingga aktivitas sosial yang bertujuan merangsang kecerdasan, keceriaan, dan solidaritas. Tidak heran jika program ini telah menarik perhatian warga hingga akhirnya memperoleh penghargaan tingkat kota.

“Waktu itu kita dapat juara 2 Karang Taruna progresif-prestatif tingkat Kota Pasuruan,” kenang Nela dengan senyum bangga.

Kegiatan ini juga telah menjalin kolaborasi dengan pihak kelurahan. Meski bukan program resmi pemerintah, namun pengurus Karang Taruna aktif mengajukan proposal untuk memperoleh dukungan dana dan fasilitas. “Kelurahan menilai dulu positif tidaknya kegiatan, baru bisa bantu,” ujar Nela.
Tak hanya fokus pada edukasi anak, Karang Taruna Terajeng juga aktif dalam kegiatan lain seperti program keagamaan, dan kini tengah mempersiapkan karnaval Agustusan antar kampung. Harapannya, rangkaian kegiatan ini bisa membentuk generasi muda yang aktif, kreatif, dan punya semangat kebersamaan sejak dini.

Bagi Nela dan kawan-kawannya, semua ini adalah kerja kolektif. “Ketua kami sekarang sudah berganti, sebelumnya Kak Adib yang sudah merantau. Tapi semangat kami tetap sama: membuat anak-anak bahagia dan belajar dalam suasana yang menyenangkan,” ujarnya.

Sebelum mengakhiri perbincangan, Nela sempat menyampaikan bahwa masyarakat bisa mengikuti kegiatan mereka lewat Instagram Karang Taruna Terajeng. “Kami terbuka untuk siapa saja yang ingin bergabung atau mendukung,” tutupnya.

*Trajeng Edukatif* adalah contoh nyata bagaimana komunitas lokal dapat membangun ekosistem pendidikan non-formal yang inklusif dan menyenangkan, tanpa bergantung penuh pada program pemerintah. Di balik tawa anak-anak itu, tumbuh pula harapan akan generasi yang lebih baik. (*)


Tayang disini
https://jatimlines.id/membentuk-generasi-ceria-trajeng-edukatif-menyapa-anak-anak-di-alun-alun-kota-pasuruan/

---

DPRD Jatim Dorong Budidaya Ikan dan Hidroponik sebagai Kekuatan Ekonomi Kerakyatan Baru

Penulis: Firnas, Jatim

SURABAYA, 5 Juli 2025 – Sektor perikanan budidaya dan pertanian modern seperti hidroponik di Jawa Timur memiliki potensi besar untuk menjadi tulang punggung ekonomi kerakyatan. Hal ini diungkapkan oleh *H. Deni Prasetya, S.E.*, anggota Komisi B DPRD Jawa Timur, dalam sebuah diskusi bersama penyiar Radio Suara Surabaya, Wismanti.
Jawa Timur, yang dikenal sebagai salah satu provinsi penghasil perikanan budidaya terbesar dengan produksi mencapai lebih dari 1,3 juta ton per tahun, juga menyumbang lebih dari 59% Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sektor UMKM. Integrasi budidaya ikan dengan teknologi seperti hidroponik atau bahkan akuaponik (kombinasi budidaya ikan dan tanaman dalam satu siklus) diyakini dapat menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi ketergantungan impor pangan, dan memperkuat ekonomi lokal.

"Potensi-potensi yang ada di masing-masing daerah ini kan aneka ragam banyak sekali," ujar Deni Prasetya. 
Ia menyoroti bagaimana budidaya ikan, terutama di daerah yang tidak memiliki pantai seperti Surabaya, dapat dilakukan melalui akuaponik atau hidroponik, yang pada gilirannya akan "menunjang perekonomian pada peningkatan ekonomi sekaligus juga membuka lapangan pekerjaan baru."

*Geliat Inovasi dan Tantangan Pendampingan*

Beberapa daerah di Jawa Timur, seperti Lumajang, Madiun, hingga Surabaya, telah menunjukkan geliat positif dari pelaku muda, mahasiswa, dan kelompok UMKM yang memanfaatkan budidaya ikan dan hidroponik sebagai peluang usaha. Contoh nyata terlihat pada budidaya ikan yang dikelola oleh sahabat Ansor di Jember, yang tidak hanya menghasilkan ikan segar tetapi juga mengolahnya menjadi produk siap goreng untuk pasar internal organisasi.

Namun, Deni Prasetya mengakui bahwa sektor ini masih menghadapi tantangan, terutama terkait kurangnya pendampingan, penyuluhan, dan edukasi yang intensif dan masif dari pemerintah di semua tingkatan. Banyak petani budidaya ikan konvensional yang gulung tikar karena kurangnya dukungan.

"Meskipun hal lama yang tidak dilakukan dengan benar, saya kira juga akan [gagal]," katanya, menekankan pentingnya pendampingan berkelanjutan.

*Peran Pemerintah dan Program Strategis*

Komisi B DPRD Jawa Timur saat ini tengah mengupayakan pembentukan basis data (database) potensi budidaya ikan di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Database ini diharapkan menjadi dasar bagi program-program pemerintah, termasuk inisiatif "Koperasi Merah Putih" yang menargetkan satu desa satu koperasi, bertujuan untuk meningkatkan perputaran ekonomi dan membuka lapangan kerja.

Selain itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga sedang merevisi Peraturan Daerah (Perda) terkait pembudidaya ikan dan petani garam. Revisi ini mencakup pembahasan mengenai asuransi bagi pembudidaya ikan untuk melindungi mereka dari risiko seperti penyakit pada ikan.

Deni Prasetya juga mendorong para pembudidaya untuk mendaftarkan diri ke Dinas Perikanan setempat. "Itu yang poin yang paling utama," tegasnya. 

Pendaftaran ini penting agar pemerintah dapat memetakan potensi, memberikan pendampingan, dan memfasilitasi akses ke program bantuan modal atau izin usaha, termasuk Nomor Induk Berusaha (NIB) dan izin edar BPOM untuk produk olahan.

*Edukasi dan Modernisasi Menuju Produk Higienis*

Salah satu tantangan terbesar adalah mengedukasi pembudidaya konvensional untuk beralih ke metode modern seperti kolam bioflok. Metode ini tidak hanya memudahkan manajemen air dan pakan, tetapi juga menghasilkan ikan yang lebih sehat dan higienis, bebas bau tanah yang sering melekat pada ikan dari kolam konvensional.

"Pemerintah provinsi hadir memang tidak begitu langsung cepat untuk berubah. Butuh kesadaran juga dari petani-petani budidaya ikan tersebut," jelas Deni. 

Ia menambahkan bahwa kolaborasi dengan akademisi dari universitas di seluruh Jawa Timur juga diperlukan untuk melakukan riset dan pengembangan, memastikan potensi setiap daerah terpetakan dengan baik.

Dengan dukungan regulasi, pendampingan, dan akses permodalan yang lebih mudah, diharapkan budidaya ikan dan hidroponik di Jawa Timur dapat naik kelas, menghasilkan produk berkualitas, dan secara signifikan mendongkrak perekonomian masyarakat, khususnya di pedesaan. (*)

Sumber:
https://youtu.be/6Qs5OmA7ccA?si=-zP2qvTVXnGj-up5

---

Saturday, July 05, 2025

Jam Malam Anak di Surabaya: Solusi atau Sekadar “Ngempet” Nakal? Gareng & Petruk Bongkar Kenakalan Remaja dan Kasih Sayang yang Menipis!

Oleh: Firnas Editor: Gareng-Petruk Biro: Jawa Timur

SURABAYA, GarengPetruk.com – Surabaya bukan sekadar Kota Pahlawan, tapi juga kota yang lagi sungkan dengan kenakalan remaja. Sejak 21 Juni 2025, Pemkot Surabaya resmi memberlakukan jam malam untuk anak-anak di bawah 18 tahun, dari pukul 22.00 sampai 04.00 WIB. Bukan demi estetik malam hari, tapi demi menyelamatkan generasi muda dari jurang “keblabasan”.

Wali Kota Eri Cahyadi (melalui perwakilannya, Bu Ida dari DP3APPKB) nyatakan kalau ini bukan pembatasan, tapi perlindungan. Empat hak dasar anak dikibarkan tinggi-tinggi: hidup, tumbuh kembang, perlindungan, dan partisipasi. Tapi yang lebih penting, hak untuk gak ikut tawuran, pesta miras, geng motor, atau… ngelem lem castol!


“Lha nek anak SD wis ngerti ‘ngelem’, terus kita ini selama ini jagain siapa, to? Tukang parkir Indomaret?” – Gareng (meratap penuh cinta)

Ngelem, Ngegame, Nggak Pulang – Revisi Definisi Kenakalan

Zaman Petruk dan Gareng muda dulu, kenakalan paling banter nglewati pagar sekolah. Sekarang? Tinggal buka HP, dosa bisa dicicil dari kamar sendiri.

Kepala Satpol PP, Achmad Zaini, juga bilang: “Saya gak sepakat kalau dibilang zaman sekarang lebih baik.” Emang. Soalnya anak-anak sekarang bisa nakal tanpa keluar rumah. Cukup scroll TikTok, nge-game sampai Subuh, atau ‘PDKT digital’ yang nggak kelihatan guru BK.

Zaini juga nyentil soal anak-anak yang tidur di luar rumah. Bukan nginep study tour, tapi ya karena rumah bukan lagi tempat ternyaman. Di luar, mereka disambut geng, bukan keluarga.

Asuhan Rembulan: Satpol PP Mode Bapak Asuh

Bersama tim dari DP3APPKB, Satpol PP jadi orang tua malam hari, menyisir jalanan cari anak-anak nyasar waktu jam malam. Ditemukan? Ya, nggak langsung digeret, tapi dihubungi orang tuanya. Kalau ketahuan bohong? Ya ditarik pulang, lengkap dengan koordinasi ke RT/RW.

“Sopo ngerti, anakmu dolan ne bilangnya ‘belajar kelompok’, taunya ngelem rame-rame di lapangan.” – Petruk (geleng-geleng dengan empati)

 

Rumah Perubahan: Bukan Penjara, Tapi Tempat Merenung

Kalau ada anak yang terjerat kasus “berat” seperti ngelem dan miras, mereka dibawa ke Rumah Perubahan, bukan “rumah jeruji”. Di sana, mereka dapat pendampingan psikologis dan

spiritual, selama 7 hari penuh penuh cinta. Tujuannya bukan menghukum, tapi menyadarkan. Setelah itu, mereka dipertemukan lagi dengan orang tua yang – semoga – sudah sadar juga.

Ibu Ida bilang: “Sebagian besar anak-anak itu spiritualnya hilang.”
Petruk nyeletuk: “Spiritual ilang, sinyal full. Data ada, tapi perhatian kosong.”

Warga Setuju, Tapi Masih Banyak PR

Survei kecil-kecilan dari Forum Anak Surabaya dan polling di Radio SSFM menunjukkan 98% warga setuju dengan jam malam ini. Tapi kayak kata Pak Sugianto dari Dupak Masjid: “Percuma jam malam, kalau anak-anak nge-game sampai Subuh di teras rumah tetangga.”

“Jam malam tanpa kasih sayang keluarga, itu kayak polisi tidur di tengah jalan tol—ada tapi nggak efektif.” – Gareng (sambil ngelap air mata)

Gareng Ngomong:

“Bagus iki program jam malam, tapi ojok mandeg ning razia doang. Anak nakal itu bukan produk satu malam. Mereka ‘jadi’ karena rumah gak lagi rumah. Karena kasih sayang terganti gadget, perhatian diganti WiFi unlimited. Mbok ya orang tua juga belajar parenting, bukan cuma update status ‘anak sholeh’.”

Petruk Nambahi:

“Ayo Surabaya, ojok mung bangun taman, bangun juga hati dan pikiran para orang tua. Masa anak disuruh pulang jam 10 malam, lha bapaknya wae isih nongkrong di warkop karo HP. Iki butuh gotong royong, bukan cuma patroli!”

Catatan akhir dari redaksi GarengPetruk: Jam malam bukan sekadar larangan, tapi pangkuan kedua dari negara ketika pangkuan pertama (keluarga) mulai hilang arah. Mari kita jaga bareng generasi penerus, jangan sampai mereka tumbuh di lorong gelap yang kita biarkan tetap gelap.

#SurabayaPeduliAnak
#JamMalamBukanHukuman
#OrangTuaJugaHarusMelek

Karena masa depan bangsa itu bukan hanya tentang ekonomi dan infrastruktur, tapi juga tentang siapa yang kelak memegang kendali di tangan yang bersih dan pikiran yang waras. (*)


https://garengpetruk.com/jam-malam-anak-di-surabaya-solusi-atau-sekadar-ngempet-nakal-gareng-petruk-bongkar-kenakalan-remaja-dan-kasih-sayang-yang-menipis/?fbclid=IwY2xjawLVyZxleHRuA2FlbQIxMQABHsk5QmMCoJ5eWAQWR_zl8VBxn2rXLAoXTydPt8CI9dnCOwq4oEn7cWvp4gCg_aem_y3AP-QW3kAYjBBWE6RKy6A

_____



Friday, July 04, 2025

Jam Malam Anak di Surabaya: Strategi Komprehensif Melindungi Generasi Muda

Oleh : Firnas, Jawa Timur
Jum’at, 4 Juli 2025

SURABAYA, 4 Juli 2025 – Pemerintah Kota Surabaya memperkuat komitmennya terhadap perlindungan anak melalui kebijakan pembatasan jam malam bagi usia di bawah 18 tahun. Kebijakan yang berlaku efektif sejak 21 Juni 2025 ini membatasi aktivitas anak di luar rumah antara pukul 22.00 hingga 04.00 dini hari. Dirancang untuk membentengi anak-anak dari risiko kenakalan remaja yang kian kompleks, implementasinya mengedepankan pendekatan humanis, meski dihadapkan pada tantangan perilaku remaja dan dinamika komunikasi keluarga, seperti terungkap dalam dialog "Semanggi Surabaya" di Radio Suara Surabaya FM pada Jumat (4/7) hari ini.

*Melindungi Hak Anak dan Menangani Kenakalan Remaja*

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menegaskan bahwa pembatasan jam malam ini bukan untuk mengekang, melainkan mengoptimalkan empat hak dasar anak: hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan, dan hak partisipasi. 

"Di hak perlindungan ini, kami berpikir bahwa Surabaya selalu memberikan pengoptimalan atau pemaksimalan mengenai hak perlindungan tersebut," jelasnya melalui perwakilan pemerintah kota, Ida Widayati Kepala DP3A-PPKB. 

Dengan menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif, anak-anak diharapkan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Kebijakan ini secara spesifik bertujuan untuk meredam kenakalan remaja seperti tawuran, pesta minuman keras, dan bergabung dengan geng motor. Namun, fenomena baru seperti "ngelem" (menghirup bau lem sebagai zat adiktif), kini marak di kalangan anak SD hingga SMP di Surabaya. Indra, perwakilan Forum Anak Surabaya, mengungkapkan keprihatinannya. 

"Sangat menyedihkan karena ini adalah bentuk kurangnya kasih sayang orang tua, bentuk ketidakpedulian orang tua terhadap anak," ujarnya. 

Ia juga menyoroti bagaimana media sosial kini menjadi medan baru bagi potensi kekerasan.

*Pergeseran Pola Kenakalan: Peran Kritis Orang Tua dan Lingkungan Digital*

Achmad Zaini, S.Sos, M.Si, Kepala Satpol PP Surabaya, dengan pengalaman lapangannya yang luas, memberikan perspektif menarik tentang perubahan pola kenakalan. 

"Saya tidak sepakat kalau kondisi hari ini lebih baik daripada kemarin," tegas Zaini, yang mengaku tumbuh di lingkungan Surabaya yang akrab dengan kenakalan di masa mudanya.

Menurutnya, peluang anak untuk berbuat nakal justru jauh lebih besar saat ini karena tidak harus keluar rumah. "Di gadget ini, di genggaman tangan kita, pilihannya ada dua: baik atau jelek," jelasnya. 

Kondisi ini menjadikan peran pengawasan orang tua semakin krusial. Meskipun belum banyak menemukan kasus miras seperti di masa lalu, Zaini mengakui masih sering menjumpai pasangan remaja yang tidak pulang ke rumah. Ia menduga fenomena ini dipicu oleh kurangnya kasih sayang dan komunikasi dalam keluarga, yang mendorong anak mencari pelarian di luar.

*Pendekatan Humanis dan "Rumah Perubahan" sebagai Solusi*

Pemerintah Kota Surabaya, melalui Satpol PP dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3APPKB), konsisten menerapkan pendekatan humanis dan edukatif dalam kebijakan jam malam. Patroli gabungan "Asuhan Rembulan", melibatkan berbagai dinas terkait, menjadi garda terdepan.

Ketika menemukan anak di bawah umur yang masih berkeliaran, petugas akan menghubungi orang tua mereka. Jika orang tua mengizinkan dan kegiatan anak dianggap positif, mereka diperbolehkan. Namun, bagi yang tidak dapat dihubungi atau kedapatan berbohong, petugas akan mengantar anak langsung pulang ke rumah dan berkoordinasi dengan RT/RW setempat.

 "Anggota kami itu juga menjadi orang tuanya mereka. Prinsipnya Bapak Wali Kota mengajak semua orang tua... untuk menjadi orang tua bagi mereka," jelas Zaini, menggarisbawahi pendekatan yang mengedepankan sentuhan kasih sayang dan empati.

Ida Widayati, M.M, Kepala DP3APPKB Surabaya, menegaskan bahwa tujuan jam malam adalah melindungi anak, bukan membatasi kebebasan mereka. "Ini adalah kebijakan yang sangat bagus dari Bapak Wali Kota, yang benar-benar mewujudkan pemerintah kota hadir untuk memberikan pemenuhan hak anak," ucapnya.

DP3APPKB juga mengelola "Rumah Perubahan", fasilitas rehabilitasi non-militeristik yang baru beroperasi tahun ini. Anak-anak yang terjaring razia dengan kasus tertentu, seperti "ngelem" atau miras, akan dibawa ke sana untuk mendapatkan pendampingan psikologis dan spiritual selama tujuh hari. 

"Sebagian besar anak-anak yang menunjukkan perilaku sosial menyimpang, sisi keagamaannya juga berkurang," terang Ibu Ida. 

Setelah dari Rumah Perubahan, anak-anak akan dipertemukan kembali dengan orang tua untuk edukasi mengenai pengasuhan yang lebih baik.

*Dukungan Publik dan Ajakan Kolaborasi Komunitas*

Meskipun terdengar seperti pembatasan, survei terhadap 44 warga Surabaya yang dilakukan Indra dari Forum Anak Surabaya, menunjukkan respons yang mayoritas positif terhadap kebijakan ini. Tingginya literasi informasi di kalangan warga Surabaya menjadi faktor kunci penerimaan kebijakan tersebut. 

Hasil polling Radio Suara Surabaya menunjukkan 98% responden juga sepakat dan setuju dengan kebijakan jam malam ini.

Ada harapan agar kebijakan ini dapat diterapkan serentak di seluruh Jawa Timur untuk mencegah pergeseran lokasi kenakalan remaja ke wilayah lain. 

Pemerintah Kota Surabaya juga mendorong peran aktif RT/RW melalui program Kampung Ramah Perempuan dan Anak untuk memantau anak-anak pasca-rehabilitasi. 

Masyarakat diimbau untuk tidak ragu melaporkan kasus kenakalan remaja ke Hotline Puspaga UPTD Perlindungan Perempuan Anak, yang melayani konsultasi psikologis gratis bagi warga Surabaya.

Kasus-kasus seperti keluhan Bapak Sugianto (pendengar SSFM) dari Dupak Masjid, yang resah dengan sekelompok remaja bermain game online hingga dini hari di teras rumah warga, menunjukkan bahwa tantangan pengawasan masih besar. Kolaborasi antara pemerintah, keluarga, dan masyarakat menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi tumbuh kembang anak-anak Surabaya menuju #IndonesiaEmas2045.  (*)


https://jatimlines.id/jam-malam-anak-di-surabaya-strategi-komprehensif-melindungi-generasi-muda/
____
 

Harmoni Lintas Agama di Malang Selatan: Kurban Idul Adha Satukan Umat Islam, Kristen, dan Katolik


Penulis :  Firnas
Jum'at, 4 Juli 2025

MALANG SELATAN, 4 Juli 2025 – Suasana kebersamaan dan toleransi antarumat beragama begitu kental terasa di Desa Arjosari, Kecamatan Kalipare, Malang Selatan. Acara "santap makan bersama" dalam rangka Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban 1446 H menjadi ajang silaturahmi yang merangkul umat Islam, Kristen, dan Katolik, sebuah tradisi yang telah lama terjalin di wilayah ini.

Acara yang dipandu oleh Ustadz Ipung Atria dari Mualaf Center Malang ini diawali dengan sapaan hangat kepada seluruh hadirin dari berbagai latar belakang agama. Ustadz Ipung dengan ceria mengajak perwakilan umat Katolik dan Kristen untuk berdiri, menunjukkan semangat persatuan. 

"Ini suatu kehormatan untuk kami tinggal di sini, bisa toleransi dengan umat beragama seperti ini," ujarnya, disambut gema "Amin" dari para hadirin.

Tokoh Lintas Agama Beri Sambutan, Ustadz dan Pendeta Bersatu

Kehadiran para tokoh agama turut memeriahkan acara. Dari Katolik hadir Bopo Marsodo, Bopo Wurianto, Bopo Buyadi, dan Bopo Putoyo yang merupakan pengurus Dewan Pastoral Paroki Loh Dalm. 

Sementara dari Kristen, hadir Ibu Tabita Tri Wahyu Ningsih dan Bopo Supeno. Mereka semua menyampaikan sambutan yang menggarisbawahi pentingnya kerukunan dan kebersamaan.

Bopo Marsodo, dalam sambutannya dengan bahasa Jawa, berharap toleransi ini dapat terus berkembang tak hanya di tingkat desa, namun hingga seluruh Indonesia. 

Senada, Ibu Tabita Tri Wahyu Ningsih dari umat Kristen mengucapkan terima kasih atas undangan yang diberikan dan berharap silaturahmi lintas agama ini terus terjalin. 

"Ini suatu kehormatan untuk kami tinggal di sini bisa toleransi dengan umat beragama seperti ini," katanya.

Menariknya, Bopo Wurianto, yang disebut Ustadz Ipung sebagai "tokoh masyarakat umat Katolik" bahkan seorang "artis", juga turut menyampaikan pandangannya. Ia menceritakan awal perkenalannya dengan Ustadz Ipung dan menggarisbawahi hikmah Idul Kurban sebagai pelajaran pengorbanan dan ketaatan, meneladani Nabi Ibrahim.

"Setiap manusia, termasuk saya dan panjenengan, kita hidup di dunia ini seperti Nabi Ibrahim. Mungkin dalam kitab Perjanjian Lama Abraham itu juga mendapat wahyu. Kita setiap saat mendapat wahyu," ucap Bopo Wurianto. 

Ia menegaskan bahwa ketaatan dan pengorbanan adalah kunci dalam kehidupan bermasyarakat yang harmonis.

Mukjizat Roti dan Daging Kurban: Kisah Teladan Dua Nabi

Dalam momen makan bersama ini, Ustadz Ipung Atria juga menceritakan kisah-kisah mukjizat dari dua nabi yang mengajarkan pentingnya berbagi dan makan bersama: Nabi Muhammad SAW dengan mukjizat makanan di Perang Khandaq, dan Nabi Isa (Yesus Kristus) dengan mukjizat penggandaan lima roti dan dua ikan.

Kisah mukjizat Nabi Isa ini disampaikan langsung oleh Bopo Supeno dari umat Kristen, yang dengan antusias menceritakan bagaimana 5.000 orang (laki-laki dewasa, belum termasuk perempuan dan anak-anak) dapat kenyang dari sedikit makanan dan masih menyisakan 12 bakul. 

Ustadz Ipung pun menanggapi bahwa kisah serupa juga tercantum dalam Al-Qur'an Surat Al-Maidah ayat 114, yang menceritakan doa Nabi Isa untuk diturunkan hidangan dari langit.

Tradisi Kurban dan Semangat Gotong Royong Warga Arjosari

Kepala Dusun Kedung Waru 2, Ustadz Khalid, dalam sambutannya menjelaskan bahwa Desa Arjosari merupakan desa luas yang dihuni oleh enam pedusunan, dengan sekitar 300 KK di Kedung Waru 2. Ia menyampaikan terima kasih atas dukungan Idul Kurban dari Mualaf Center dan Ustadz Ipung.

"Di Desa Arjosari dan pada umumnya di Kecamatan Kalipare ini, orang berkorban ini langka banget. Apalagi sapi ini. Makanya alhamdulillah ini dari Mualaf Center ini bisa kurban di sini, apalagi ada tiga ekor sapi dan ekor kambing," ungkap Ustadz Khalid.

Antusiasme dan semangat gotong royong warga terlihat jelas. Tanpa dibayar, mereka semangat bekerja sama dalam proses pemotongan dan distribusi daging kurban. Daging kurban ini nantinya akan dibagikan kepada 450 KK duafa dan mualaf, serta saudara-saudara Kristiani dan Katolik di desa tersebut, menunjukkan nyata praktik toleransi dan berbagi.

Komitmen Terus Menjaga Kerukunan Lintas Agama

Acara ini ditutup dengan harapan besar dari seluruh tokoh dan panitia agar kegiatan semacam ini terus dipertahankan dan menjadi contoh bagi daerah lain.

"Perbedaan itu menjadi tidak kelihatan," kata Bopo Wurianto, menggambarkan eratnya kerukunan di Kedung Waru.

Ustadz Ipung Atria pun menambahkan, "Mari kegiatan-kegiatan seperti ini, apapun itu bentuknya, mari kita tetap pertahankan… lintas agama jangan eksklusif, tapi lintas."

Semangat kebersamaan dan toleransi yang terpancar dari acara Idul Kurban di Malang Selatan ini menjadi bukti bahwa perbedaan keyakinan bukan penghalang untuk hidup rukun, guyub, dan saling berbagi demi kemajuan bersama. (*)

https://youtu.be/bDxFlt8XEWs?si=QloqGgwEQKKd1KH3
___

Misteri 37 Dokumen "Rusia" Hasto Kristiyanto Terkuak: Kekhawatiran Pembubaran PDIP dan Isu Kapolri Jadi Sorotan


Penulis: Firnas Muttaqin
Jumat, 4 Juli 2025

JAKARTA, 4 Juli 2025 — Koni Rahakundini, seorang akademisi yang dihormati di Rusia, akhirnya menyerahkan 37 dokumen penting yang dititipkan oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto kepada Wakil Sekjen PDIP, Adi Wijayanto. Dokumen-dokumen ini, yang sebagian besar telah dinotariskan di Rusia, memicu kekhawatiran mendalam, terutama terkait dugaan upaya pembubaran PDIP dan isu internal Polri.

Penyerahan dokumen ini dilakukan setelah Hasto Kristiyanto ditahan oleh KPK terkait kasus lama yang kembali diangkat. Rahakundini, yang juga merupakan sahabat dekat Hasto, mengungkapkan tiga alasan kuat di balik keputusannya untuk mengembalikan dokumen tersebut.

"Pertama, saya kesulitan menghubungi Pak Sekjen Hasto Kristiyanto, sahabat saya. Kalau kita dititipi sesuatu, harus jelas, bukan? Saya jadi takut, apalagi dengan isi beberapa dokumen tersebut," jelas Rahakundini dalam perbincangan eksklusif dengan Prof. Refly Harun di kanal YouTube Refly Harun Channel, Jumat (4/7).

Isi Dokumen: Dari Isu Kapolri hingga Upaya Penghancuran PDIP

Rahakundini merinci, ada 32 dokumen yang dinotariskan pertama kali, disusul lima dokumen tambahan, sehingga totalnya menjadi 37 dokumen. Dari keseluruhan dokumen, dua di antaranya paling membuatnya cemas: dokumen nomor 16 yang terkait dengan Kapolri, dan dokumen nomor 7 yang berisi dugaan gerakan penghancuran atau pembubaran PDIP.

"Terus terang, saya sangat gugup dengan dokumen nomor 16 karena itu terkait Kapolri, dan dokumen nomor 7 tentang bagaimana PDIP ingin dibubarkan atau dihancurkan. Kadang kalau kita tahu terlalu banyak, kita jadi takut sendiri," ungkap Rahakundini. Meskipun ada dokumen lain yang mungkin lebih "seru" bagi sebagian orang, seperti kasus korupsi dengan nama-nama yang disebut gamblang, baginya kedua dokumen itu paling mengkhawatirkan.

Amanat Megawati dan Status Akademik di Rusia Jadi Alasan Penyerahan

Selain kesulitan menghubungi Hasto, Rahakundini juga mengungkapkan adanya amanat langsung dari Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Ia mengaku pernah menceritakan keberadaan dokumen tersebut kepada Megawati sebelum penahanan Hasto.

"Ketika kejadian Mas Hasto ditetapkan sebagai tersangka dan langsung ditahan, hari itu juga saya dipanggil oleh Ibu (Megawati) ke Teuku Umar. Ibu bilang, 'Tolong ya, setahu saya hanya kalian berdua (saya dan Andi Wijayanto) yang pegang.' Ibu melarang saya dan Mas Andi untuk bicara soal itu. Tentu saya patuh karena itu bukan hak saya," jelasnya.

Alasan ketiga yang paling krusial bagi Rahakundini adalah status akademiknya di Rusia. Ia baru saja diangkat sebagai Distinguished Professor di Saint Petersburg State University, sebuah kampus yang berada di bawah pengawasan langsung Presiden Putin. Kontraknya di Rusia berlangsung hingga 26 Februari 2028, menjadikannya sulit untuk sering pulang pergi ke Indonesia.

"Dengan status Distinguished Professor, seluruh Rusia harus memperlakukan saya khusus. Saya dianggap punya ilmu dan keahlian khusus. Ini akan menjadi beban jika tiba-tiba ada kaitan dengan dokumen ini. Maka saya putuskan setelah rapat dengan keluarga dan komunikasi dengan DPP PDIP untuk menyerahkannya," papar Rahakundini.

Kepemilikan Dokumen dan Harapan Perbaikan Bangsa
Rahakundini menegaskan bahwa dokumen-dokumen tersebut adalah milik pribadi Hasto Kristiyanto, bukan milik institusi PDIP. Hal ini ia duga karena jika milik partai, Megawati tidak akan melarangnya untuk berbicara. Penyerahan dokumen dilakukan secara resmi kepada Adi Wijayanto sebagai Wakil Sekjen PDIP, sesuai amanat Hasto.
Meskipun ia tahu semua isi dokumen tersebut, Rahakundini mengaku tidak mendalaminya secara detail karena kesibukannya di Rusia. Ia hanya merasa "ngeri" saat membaca dokumen 16 dan 7. 

Ia juga menambahkan bahwa isi dokumen bervariasi, ada yang berupa narasi, ada pula yang didukung bukti-bukti.

Menutup perbincangannya, Rahakundini menyampaikan harapannya agar kembalinya dokumen ini ke tanah air dapat segera menyelesaikan 37 kasus besar atau "kehebohan" yang dikhawatirkan. 

"Bangsa kita ini perlu bergerak maju, tidak bisa begini terus di tengah tantangan dunia dan geopolitik yang semakin menggila," tandasnya.

"Saya berharap, kalaupun dokumen itu dibuka oleh siapa pun nanti, apakah oleh Mas Hasto sendiri, itu adalah untuk memperbaiki dan membenahi bangsa ini menjadi lebih baik, bukan untuk saling membunuh," pungkas Koni Rahakundini.

Sumber:
https://youtu.be/8PLy_sY8sEA?si=60gT4nurWbZCf7aG

___

Manajemen Waktu dan Konsistensi Ibadah: Kunci Meraih Keberkahan Usia

Penulis: Firnas Muttaqin

PASURUAN, 4 Juli 2025 – Setiap detik dalam hidup adalah anugerah dan modal berharga yang tak dapat diulang. Pesan ini menjadi inti khotbah Jumat yang disampaikan oleh Ustadz Rozaqul Hasan dari Pesantren SPEAM Kota Pasuruan di Masjid Darul Arqom Muhammadiyah Kota Pasuruan, Jawa Timur, hari ini. 

Dalam khotbahnya, Ustadz Rozaqul Hasan menekankan pentingnya manajemen waktu yang efektif dan konsistensi dalam berbuat kebaikan sebagai bekal utama di akhirat.

Mengawali khotbahnya, Ustadz Rozaqul Hasan mengingatkan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki batas, termasuk usia manusia. Berbeda dengan harta atau jabatan yang bisa dicari kembali, setiap detik waktu yang berlalu tidak akan pernah bisa kembali.

"Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat Imam Tirmidzi, 'Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya. Dan seburuk-buruk manusia adalah yang panjang umurnya dan buruk amal perbuatannya'," kutip Ustadz Rozaqul Hasan. 

Hadis ini, menurutnya, menyajikan dua potret kontras: usia panjang yang menjadi nikmat jika diisi kebaikan, atau sebaliknya, menjadi bencana jika dipenuhi kemaksiatan.

Kebaikan Kecil yang Konsisten, Jalan Menuju Rahmat Allah

Ustadz Rozaqul Hasan menekankan pentingnya mengisi setiap detik waktu dengan amal kebaikan. Mengutip Surah Al-A'raf ayat 56, "
inna raḥmatallaˉhi qarıˉbum minal-muḥsinıˉn
" (Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik), 
ia mengajak jamaah untuk tidak menunggu proyek besar untuk berbuat baik.

"Cukup kita menanam satu kebaikan saja, maka rahmat Allah akan mendekat kepada kita," ujarnya. 

Kebaikan bisa dimulai dari hal sederhana seperti senyuman tulus, sedekah kecil, atau menyingkirkan duri di jalan. Kebaikan-kebaikan kecil yang rutin dilakukan, jika dikerjakan secara konsisten, akan menjadi pintu gerbang menuju cinta Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda, "
aḥabbul-a’maˉli ilallaˉhi adwaˉmuhaˉ wa in qalla
" (Amal yang paling dicintai Allah adalah yang berkesinambungan, meskipun sedikit). 

Ustadz Rozaqul Hasan menjelaskan bahwa kualitas amal diukur dari konsistensinya, bukan hanya volumenya sesaat. Sebagai contoh, shalat dua rakaat sunah yang rutin dilakukan setiap hari lebih baik daripada shalat delapan rakaat namun kemudian vakum beberapa hari.

Manajemen Waktu ala Imam Al-Ghazali: Kunci Disiplin Diri

Untuk mencapai konsistensi ini, Ustadz Rozaqul Hasan mengutip Imam Al-Ghazali dalam kitabnya: "Dan engkau tidak akan mampu melaksanakan perintah Allah dalam bentuk melakukan amal saleh, kecuali jika engkau bisa menata waktumu dan menata jadwal aktivitas harianmu dari pagi hingga sore."

Manajemen waktu ala Imam Al-Ghazali ini, lanjut Ustadz Rozaqul Hasan, tidak hanya mencakup ibadah mahdzoh, tetapi juga aktivitas umum seperti bekerja, belajar, bahkan istirahat. Rutinitas yang moderat akan menjaga semangat dan waktu agar tidak terjebak dalam hal-hal tidak bermanfaat. Rekreasi pun, katanya, diperlukan untuk menjaga kesegaran tubuh dan produktivitas dalam beramal saleh.

Cara paling praktis dalam mengatur waktu adalah dengan menjaga shalat lima waktu. Nasihat ulama besar Abdul Hasan al-Syazili, "
kil nafsaka wa zin bis¸​-s¸​alaˉh
" (ukur dirimu dan bandingkan dengan shalat), menggarisbawahi hal ini. 

Siapa pun yang shalat tepat waktu, sesungguhnya ia mendidik diri untuk taat pada aturan. Disiplin shalat akan menular pada aspek lain dalam hidup: tidak terlambat rapat, menyelesaikan tugas tepat waktu, dan menepati janji. Shalat, menurutnya, bukan hanya ritual, melainkan pusat gravitasi yang menyelaraskan seluruh agenda hidup seseorang.

Muhasabah Diri: Mempersiapkan Bekal untuk Hari Kemudian

Mengakhiri khotbahnya, Ustadz Rozaqul Hasan mengingatkan jamaah akan firman Allah dalam Surah Al-Hashr ayat 18: "
Yaˉ ayyuhallaz˙ıˉna aˉmanuttaqullaˉha waltaṇẓur nafsum maˉ qaddamat ligad, wattaqullaˉh, innallaˉha khabıˉrum bimaˉ ta‘maluˉn
" (Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan).

Ayat ini menyerukan muhasabah atau mengaudit diri setiap hari sebelum datangnya hari perhitungan. 

Ustadz Rozaqul Hasan menyarankan beberapa langkah praktis untuk mengatur waktu agar tidak terbuang sia-sia:

1. Menulis agenda harian: Menjadwalkan waktu untuk shalat, membaca Al-Qur'an, bekerja, berolahraga, hingga waktu untuk keluarga.

2. Memulai dari hal kecil: Jika sulit membaca satu juz Al-Qur'an, cukup satu halaman setiap hari yang penting disiplin.

3. Memanfaatkan teknologi: Mengatur pengingat waktu shalat, memasang aplikasi Al-Qur'an dan perpustakaan digital di ponsel, serta membatasi waktu scrolling media sosial.

4. Merencanakan waktu istirahat:

5. Menjadwalkan rekreasi, misalnya di akhir pekan, dengan niat menyegarkan jiwa dan memperbarui stamina.

"Tidak ada kata terlambat, selama hidup kita belum berakhir, pintu tobat senantiasa terbuka untuk kita semua," pungkas Ustadz Rozaqul Hasan, berharap Allah senantiasa membimbing umatnya untuk memanfaatkan sisa usia dengan sebaik-baiknya. (*)

https://jatimlines.id/manajemen-waktu-dan-konsistensi-ibadah-kunci-meraih-keberkahan-usia/
____



Dr. Zakir Naik di Jakarta: Meluruskan Persepsi Islam, Menjawab Tantangan Modern, dan Soroti Konflik Global

Penulis: Firnas Muttaqin 
Jum'at, 4 Juli 2025

Jakarta, Indonesia – Ulama internasional terkemuka, Dr. Zakir Naik, kembali menyapa publik Indonesia dalam serangkaian event dakwah yang padat. 

Dalam wawancara eksklusif dengan Dr. Richard Lee di Jakarta baru-baru ini, Dr. Zakir Naik membahas berbagai isu krusial, mulai dari persepsi negatif terhadap umat Islam, tantangan ilmu pengetahuan dan agama, hingga pandangannya tentang konflik Israel-Palestina. 

Kedatangan Dr. Zakir Naik di Indonesia kali ini mencakup rangkaian ceramah umum di Solo, Malang, dan Jakarta pada Juli 2025, yang semuanya gratis bagi masyarakat.

Memahami Islam: Memisahkan Ajaran dari Perilaku Individu

Menanggapi pertanyaan Dr. Richard Lee tentang mengapa terkadang non-Muslim terlihat berperilaku lebih baik daripada sebagian Muslim, Dr. Zakir Naik menegaskan pentingnya memahami suatu agama dari kitab sucinya, bukan dari perilaku pengikutnya.

"Jika Anda ingin memahami Islam, jangan melihat Muslimnya, pelajarilah Al-Qur'an dan hadis-hadis otentik," tegas Dr. Zakir Naik. 

Ia mengakui bahwa ada Muslim yang tidak menjalankan ajaran Islam sepenuhnya, seperti berbohong, menipu, atau mengonsumsi alkohol. Namun, ia menekankan bahwa mereka adalah "domba hitam" (individu yang menyimpang) dan bukan representasi ajaran Islam yang sebenarnya. Media, menurutnya, kerap mengangkat kasus-kasus individu ini untuk membentuk citra negatif.

Dr. Zakir Naik, yang berspesialisasi dalam perbandingan agama, menyatakan bahwa ia menjadi Muslim karena pilihan setelah mempelajari berbagai kitab suci.

"Jika ada yang bisa menunjukkan kepada saya kitab suci yang lebih baik dari Al-Qur'an, saya siap untuk meninggalkan Islam," tantangnya, seraya menambahkan keyakinannya bahwa tidak ada agama yang lebih baik dari Islam dan tidak ada kitab suci yang lebih baik dari Al-Qur'an.

Islam dan Kekerasan: Membedah Konsep Terorisme dan Jihad

Mengenai tuduhan bahwa Islam mendorong kekerasan dan terorisme, Dr. Zakir Naik dengan tegas membantah. Ia menyatakan bahwa tidak ada Muslim yang taat akan membunuh manusia tak bersalah, baik Muslim maupun non-Muslim.

Mengutip Surah Al-Ma'idah ayat 32, Dr. Zakir Naik menjelaskan, "
man qatala nafsan bighayri nafsin aw fasaˉdin fi al-arḍi faka’annamaˉ qatala al-naˉsa jamıˉʿan
" (Barangsiapa membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya). Ia menekankan bahwa membunuh manusia tak bersalah adalah dosa besar kedua setelah syirik dalam Islam.

Dr. Zakir Naik juga mengkritik narasi media yang seringkali menyamakan setiap teroris dengan Muslim. Ia menyoroti bagaimana beberapa kelompok, seperti ISIS, adalah "anti-Islam" dan kerap di-investigasi serta didanai oleh "musuh-musuh Islam" untuk menciptakan kekacauan dan memfitnah agama. Ia mengilustrasikan bagaimana kelompok seperti Taliban awalnya disebut pejuang kemerdekaan oleh Barat, namun kemudian dilabeli teroris ketika tidak lagi sejalan dengan kepentingan mereka.

Mengenai konsep membunuh dalam rangka membela agama, Dr. Zakir Naik menjelaskan bahwa Islam membolehkannya sebagai jalan terakhir (last resort), untuk menjaga perdamaian dan pertahanan diri. Analogi dengan tugas polisi yang menembak untuk melumpuhkan, bukan membunuh, kecuali dalam kondisi terpaksa, menggarisbawahi prinsip ini. Kekerasan dalam Islam, menurutnya, adalah untuk menegakkan perdamaian, bukan untuk menyerang atau merebut tanah seperti yang dilakukan negara-negara Barat demi sumber daya.

Islam, Sains, dan Takdir Ilahi

Dr. Richard Lee juga mengajukan pertanyaan mengenai konflik antara sains dan Al-Qur'an. Dr. Zakir Naik, seorang dokter medis, dengan tegas menyatakan: 

"Tidak ada sains yang sudah mapan yang bertentangan dengan Al-Qur'an." 

Ia membedakan antara hipotesis dan teori ilmiah (seperti Teori Darwin) yang bisa saja bertentangan, dengan fakta ilmiah yang telah terbukti. Al-Qur'an, sebagai kitab dari Allah, diyakininya bebas dari kesalahan dan dapat dijelaskan dengan sains, asalkan dengan pemahaman yang memadai.

Terkait dengan mengapa Allah tidak menjadikan semua manusia Muslim, Dr. Zakir Naik menjelaskan bahwa kehidupan ini adalah ujian. Jika semua orang langsung menjadi Muslim, tidak akan ada ujian. 

Mengenai mereka yang tidak pernah terpapar Islam, ia meyakini bahwa di era global saat ini, sulit bagi seseorang untuk tidak pernah mendengar tentang Islam. Namun, Al-Qur'an Surah Fussilat ayat 53 menyatakan bahwa Allah akan menunjukkan tanda-tanda-Nya di seluruh penjuru alam semesta hingga kebenaran itu jelas. Artinya, setiap manusia akan menerima petunjuk, meskipun mungkin ada yang menolaknya karena alasan pribadi.

Ia juga menegaskan bahwa seseorang tidak akan dihukum jika ia menolak Islam karena membenci seorang dai (guru agama) atau cara Islam diperkenalkan, melainkan jika ia menolak Al-Qur'an, Allah, atau Nabi Muhammad SAW. "Jika Anda membenci saya, Anda tidak bisa masuk surga. Tapi jika Anda membenci Allah, itu berbeda," ujarnya.

Keyakinan dan "Pemasaran Spiritual"

Mengenai anggapan bahwa keyakinan "jika Muslim masuk surga, non-Muslim masuk neraka" adalah "pemasaran spiritual", Dr. Zakir Naik membandingkannya dengan logika matematika: "Jika 2+2=4, Anda akan mendapat nilai bagus; jika tidak, Anda tidak akan mendapat nilai bagus." 

Ia berpendapat bahwa Al-Qur'an adalah satu-satunya kitab suci yang utuh dan tidak terkontaminasi, lulus uji logika dan sains, sehingga hanya Islam yang merupakan agama yang benar dari Allah.

Konflik Israel-Palestina: Perang Ketidakadilan, Bukan Hanya Agama atau Lahan

Terakhir, Dr. Zakir Naik menyampaikan pandangannya tentang konflik Israel-Palestina. Ia menyebutnya sebagai "ketidakadilan" yang dilakukan Israel.

"Israel telah membunuh lebih dari 60.000 manusia dalam 1 tahun 10 bulan terakhir, dua pertiga di antaranya adalah anak-anak dan wanita. Itu salah," tegasnya. 

Ia menyatakan bahwa Israel telah melanggar semua hukum internasional dan resolusi PBB, sementara sebagian besar dunia diam. Konflik ini, menurutnya, adalah pelanggaran hukum kemanusiaan.

Wawancara ini memberikan gambaran komprehensif tentang pandangan Dr. Zakir Naik terhadap berbagai isu kompleks yang relevan dengan dunia Muslim dan non-Muslim saat ini. (*)

Sumber:
https://youtu.be/-0Hh6NTQ5cU?si=LuOGJZRMM96Nvgds
____

Majalah Tempo Kembali Soroti Dugaan Keterlibatan Menteri Budi Arie dalam Kasus Online Gaming Karyawan Kominfo


Penulis: Firnas Muttaqin
Kamis, 3 Juli 2025


Jakarta – Kasus dugaan praktik online gaming yang melibatkan pegawai Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) kembali menjadi sorotan utama Majalah Tempo.1 Kali ini, laporan investigasi terbaru menyeret nama Menteri Koperasi dan UKM, Budi Arie Setiadi, yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika. Ini adalah kali kedua Majalah Tempo menurunkan laporan utama mengenai dugaan keterlibatan Budi Arie dalam kasus online gaming, setelah laporan pertama pada November tahun lalu.

Laporan terbaru ini mengklaim memiliki sejumlah bukti, termasuk rekaman komunikasi antara Budi Arie dengan salah satu terdakwa, yang diduga akan memperlihatkan perannya dalam kasus online gaming yang tengah bergulir di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Budi Arie juga disebut telah "bergerilya" menghubungi berbagai pihak, mulai dari politikus, tokoh aparat keamanan, hingga media, menyiratkan kegelisahan atas potensi jeratan hukum.


Kesaksian Terdakwa dan Peran Tony Tomang

Dalam persidangan, nama Budi Arie Setiadi disebut berulang kali oleh para terdakwa. Salah satu kunci utama dalam kasus ini adalah Zulkarnain Apriliantoni alias Tony Tomang (atau Tony Kujanso), seorang swasta yang dikenal dekat dengan Budi Arie. Tony, yang kini menjadi terdakwa, disebut memiliki peran sentral.

Tony memperkenalkan seorang pengusaha properti bernama Cencen Kurniawan kepada Budi Arie sekitar akhir Oktober 2023. Perkenalan ini difasilitasi oleh Budi Setiadi, mantan Direktur Jenderal Perhubungan Darat di Kemenhub, yang awalnya mengira Cencen ingin berinvestasi dalam "game online."

Pertemuan awal antara Cencen, Tony, dan Budi Arie di sebuah kafe di Sarinah, Jakarta, disebut masih dalam konteks game online biasa. Namun, pertemuan krusial terjadi beberapa bulan kemudian di rumah dinas Budi Arie di Jalan Widya Chandra, Jakarta Selatan. Saat itu, Budi Arie baru tiga bulan menjabat sebagai Menteri Kominfo.


Permintaan "Uang Kopi" dan "Pengaturan" Situs Judi

Dalam pertemuan di rumah dinas tersebut, Cencen dan Tony secara blak-blakan membahas tentang "pengaturan judi online". Percakapan ini terekam dalam pemeriksaan penyidik Polda Metro Jaya terhadap Tony. Cencen diduga meminta izin kepada Budi Arie untuk "mengatur" online gaming.

"Pengaturan" ini, menurut keterangan yang diperoleh Majalah Tempo dari sumber pemeriksaan, ternyata memiliki makna ganda: memblokir situs online gaming skala kecil, namun melindungi dan mengamankan situs-situs besar. Kesaksian Tony menyebutkan bahwa permintaan untuk memblokir situs-situs kecil datang langsung dari Budi Arie, dengan alasan agar masyarakat kecil tidak semakin terjerat.

Lebih lanjut, Cencen Kurniawan juga disebut menyerahkan sebuah flash disk berisi puluhan ribu situs online gaming kecil kepada Budi Arie untuk diblokir. Setelah situs-situs tersebut berhasil diblokir, Budi Arie diduga meminta "uang kopi" sebesar 50.000 Dolar Singapura (sekitar Rp500 juta), yang disebut-sebut sebagai "uang untuk proyek Projo" (organisasi relawan pendukung mantan Presiden Joko Widodo dan kemudian Prabowo Subianto, di mana Budi Arie adalah Ketua Umumnya). Penyerahan uang tersebut, dibungkus dalam kemasan kopi Arabika, disebut disaksikan oleh Cencen dan Tony di rumah dinas Budi Arie.


Jaringan dan Kluster Kasus Judi Online

Kasus ini semakin melebar dengan munculnya nama-nama lain seperti Kohling alias Halim, yang disebut sebagai sumber data situs online gaming kecil dan penyedia dana "uang kopi" tersebut.

Majalah Tempo mengidentifikasi lima kluster dalam kasus online gaming ini:

  1. Kluster Koordinator: Melibatkan Tony Tomang, Alwin Kiemas, Adi Kismanto, dan Agus Muhrijan.

  2. Kluster Pegawai Kominfo: Berjumlah sembilan orang.

  3. Kluster Agen/Marketing: Penghubung antara pemilik situs dan pegawai Kominfo.

  4. Kluster Penyetor Uang: Dari pemilik situs.

  5. Kluster Penampung Uang: Pengepul dana.

Salah satu nama sentral lain adalah Adi Kismanto alias Valen, yang direkrut sebagai tenaga ahli di Kominfo meskipun hanya lulusan SMK, padahal kualifikasi yang dibutuhkan adalah sarjana. Adi Kismanto dikenalkan oleh Tony Tomang kepada Budi Arie karena keahliannya dalam bidang IT dan pemblokiran konten negatif. Namun, sumber Tempo meragukan kualitas aplikasi yang dipresentasikan Adi, menyebutnya "biasa-biasa saja." Adi juga disebut memperkenalkan Alwin Kiemas dan Agus Muhrijan, yang kemudian terhubung dengan Jonathan, seorang yang terang-terangan menjaga situs online gaming.


Status Hukum Budi Arie dan Kritik Terhadap Penegakan Hukum

Hingga saat ini, status hukum Budi Arie Setiadi masih sebagai saksi. Ia disebut telah diperiksa dalam penyelidikan kasus tindak pidana korupsi yang kini ditangani oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Metro Jaya dan Korsp Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Kortas Tipikor). Namun, ia menolak memberikan wawancara kepada Majalah Tempo, hanya berkomentar di media bahwa "Tuhan tidak tidur" dan tuduhan ini adalah "fitnah yang merusak harkat dan martabatnya."

Majalah Tempo menyoroti bahwa DPO (Daftar Pencarian Orang) dalam kasus ini berjumlah empat orang, termasuk Jonathan dan inisial J (suami dari tersangka Ana). Namun, para pengelola situs online gaming skala besar dan "konglomerat" di baliknya belum tersentuh. Polisi justru disebut mengembangkan kasus dengan menjerat para terdakwa Kominfo dengan pasal korupsi, sementara pihak pemberi suap belum jelas.

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai penegakan hukum terhadap kasus online gaming yang terus meresahkan masyarakat. Perputaran uang judi daring kabarnya semakin meningkat, menunjukkan bahwa praktik ini tidak mengenal batas dan kasta, menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Majalah Tempo berjanji akan terus mengupas tuntas kasus ini di edisi-edisi mendatang, sambil menunggu langkah konkret dari pihak kepolisian.


Sumber:

https://youtu.be/cpZOwpGNtuM?si=aJB17pD-FLUF6_PY
___

Thursday, July 03, 2025

Menggali Keberkahan Bulan Muharram: Kisah Para Nabi dan Pelajaran Kesabaran

Penulis: Firnas Muttaqin
Kamis, 3 Juli 2025

Pasuruan, Jawa Timur – Bulan Muharram, sebagai pembuka tahun hijriah, menyimpan beragam keutamaan dan peristiwa penting dalam sejarah Islam. Dalam sebuah pengajian yang disampaikan oleh Ustaz Umar Efendi di Masjid At-Taqwa Jagalan, Kota Pasuruan, pada Kamis, 3 Juli 2025, jemaah diajak untuk menyelami makna mendalam dan keberkahan yang terkandung di dalamnya.
Ustaz Umar Efendi merujuk pada kitab-kitab klasik seperti Qashash Al-Anbiya karya Ibnu Katsir dan Fadha'il Shalat untuk menguraikan berbagai keistimewaan yang terjadi di bulan suci ini, terutama pada hari Asyura (10 Muharram).

Peristiwa Agung di Bulan Muharram: Dari Nabi Adam hingga Nabi Isa

Menurut Ustadz Umar Efendi, beberapa peristiwa bersejarah dan penuh hikmah terjadi di bulan Muharram, antara lain:

1. Penciptaan dan Penerimaan Taubat Nabi Adam AS: Di bulan Muharram, Allah SWT menciptakan Nabi Adam AS. Lebih istimewa lagi, Allah menerima taubat Nabi Adam AS setelah periode panjang pasca-diturunkan dari surga. Doa taubat Nabi Adam AS yang penuh penyesalan, "

Rabbanaˉ ẓalamnaˉ anfusana wain lam taghfir lanaˉ wa tarḥamnaˉ lanakuˉnanna minal-khaˉsirıˉn

" (Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi), menjadi pelajaran tentang pentingnya pengakuan dosa dan harapan ampunan.

2. Penciptaan dan Penyelamatan Nabi Ibrahim AS: Bulan Muharram juga menjadi saksi penciptaan Nabi Ibrahim AS. Lebih lanjut, di bulan ini pula Nabi Ibrahim diselamatkan oleh Allah dari kobaran api Raja Namrud. Ini menunjukkan mukjizat dan perlindungan Allah kepada hamba-Nya yang taat.

3. Tenggelamnya Firaun dan Puasa Asyura: Pada tanggal 10 Muharram (Hari Asyura), Allah SWT menenggelamkan Firaun dan bala tentaranya di Laut Merah, sekaligus menyelamatkan Nabi Musa AS dan kaumnya. Peristiwa monumental ini menjadi alasan mengapa umat Yahudi berpuasa pada hari tersebut sebagai bentuk syukur. Dalam tradisi Islam, puasa Asyura sangat dianjurkan sebagai bentuk syukur dan penebus dosa setahun yang lalu, sebagaimana Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan puasa pada hari itu, bahkan disunnahkan untuk berpuasa sehari sebelumnya (Tasua, 9 Muharram) sebagai pembeda dari praktik Yahudi.

4. Pengangkatan Nabi Idris AS: Allah SWT mengangkat Nabi Idris AS ke tempat yang tinggi di bulan Muharram.

5. Penyembuhan Nabi Ayyub AS dari Sakit Panjang: Kisah kesabaran Nabi Ayyub AS mencapai puncaknya di bulan Muharram, di mana Allah menyembuhkannya dari penyakit yang berkepanjangan. Nabi Ayyub adalah teladan utama dalam menghadapi ujian berat—kehilangan anak, harta, dan kesehatan—namun tetap teguh dalam keimanannya.

6. Pengangkatan Nabi Isa AS dan Maryam: Di bulan Muharram pula, Allah mengangkat Nabi Isa AS dan ibundanya, Maryam, ke tempat yang aman dari fitnah dan ancaman orang-orang yang memusuhinya.

Pelajaran dari Kisah Para Nabi: Kesabaran dan Ketaatan

Ustaz Umar Efendi menekankan bahwa kisah-kisah para nabi di bulan Muharram mengajarkan kita tentang kesabaran dan ketaatan yang tak tergoyahkan di tengah ujian hidup. "Semua ujian, tapi Allah memudahkan bagi mereka yang sabar," ujarnya, mengingatkan jemaah bahwa kesabaran adalah kunci untuk kembali kepada Allah dan meraih keridaan-Nya.

Pengajian ini tidak hanya bertujuan untuk menambah pengetahuan sejarah keislaman, tetapi juga untuk menumbuhkan rasa syukur dan mengambil ibrah (pelajaran) dari perjuangan para nabi dalam menghadapi berbagai cobaan, menjadikan bulan Muharram sebagai momentum untuk introspeksi dan memperkuat keimanan. (*)

Jawa Timur Perkuat Pertahanan Siber dengan Peluncuran 6 CSIRT Baru, Total 34 Tim Terbentuk

Malang, 2 Juli 2025 – Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Timur (Jatim) secara resmi meluncurkan enam Tim Tanggap Insiden Keamanan Komputer (Computer Security Incident Response Team/CSIRT) baru, menambah kekuatan pertahanan siber di wilayah tersebut. Dengan penambahan ini, total CSIRT yang telah terbentuk di Jatim mencapai 34 tim.

Peluncuran ini dilaksanakan dalam Forum Persandian dan Keamanan Informasi yang digelar di Malang selama dua hari, Selasa-Rabu (1-2/7/2025). Acara ini dihadiri oleh 150 peserta, termasuk pejabat fungsional dan staf teknis yang membidangi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta Keamanan Siber dari berbagai Diskominfo kabupaten/kota se-Jawa Timur.

Target Nasional dan Apresiasi BSSN

Deputi Bidang Keamanan Siber dan Sandi Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Sulistyo, menyatakan bahwa pemerintah Presiden Prabowo menargetkan seluruh instansi, baik di tingkat pusat maupun daerah, sudah harus memiliki tim tanggap insiden siber pada tahun 2025.

"Ini PR kita semua serta membutuhkan sinergi dan kolaborasi yang kuat," tegas Sulistyo, menggarisbawahi pentingnya upaya kolektif dalam menghadapi ancaman siber.

Menyambut hal tersebut, Kepala Dinas Kominfo Jatim, Sherlita, menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas pendampingan serta bimbingan yang diberikan oleh BSSN. 

"Hari ini kami launching 6 CSIRT sehingga total sudah ada 34 CSIRT yang terbentuk. Ini semakin menguatkan kami di Jawa Timur untuk berkolaborasi antar-CSIRT," ungkap Sherlita.

Enam CSIRT Baru dan Tujuan Strategis Kegiatan

Enam CSIRT yang diluncurkan pada hari ini berasal dari Diskominfo Kabupaten Bangkalan, Jember, Nganjuk, Ngawi, Pasuruan, dan Sampang. Sebagai bagian dari peluncuran, BSSN juga menyerahkan Surat Tanda Registrasi (STR) kepada Kepala Dinas Kominfo dari keenam kabupaten tersebut, secara simbolis mengesahkan keberadaan tim-tim baru ini.

Forum Persandian dan Keamanan Informasi ini memiliki tiga tujuan utama:

1. Meningkatkan pemahaman tentang pentingnya keamanan siber di tingkat daerah.

2. Membangun jaringan kerja sama antar daerah dalam menangani insiden keamanan siber.

3. Mengembangkan kapasitas teknis dalam merespons insiden keamanan informasi.

Dengan terus bertambahnya jumlah CSIRT dan penguatan kolaborasi antar-daerah, Jawa Timur menunjukkan komitmennya dalam membangun ekosistem keamanan siber yang tangguh, sejalan dengan visi pemerintah pusat untuk menciptakan ruang siber yang aman dan terpercaya bagi seluruh lapisan masyarakat dan pemerintahan. (*)
 
Penulis : FIRNAS, Jatim
Rabu, 2 Juli 2025
Sumber foto : DISKOMINFO Jatim.

Tayang di jatimlines.id:
https://jatimlines.id/jawa-timur-perkuat-pertahanan-siber-dengan-peluncuran-6-csirt-baru-total-34-tim-terbentuk/

Unitomo Surabaya Gagas "Desa Mandira": Wujudkan Desa Mandiri, Inovatif, dan Sejahtera Berbasis SDM Lokal


Penulis: Firnas Muttaqin
Kamis, 3 Juli 2025

Surabaya, Jawa Timur – Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya meluncurkan sebuah inovasi program pemberdayaan desa bernama Desa Mandira. Program ini tidak hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur fisik, tetapi juga pada perubahan pola pikir (mindset) masyarakat desa agar menjadi lebih mandiri, inovatif, dan mampu mendorong kesejahteraan dari dalam. Konsep ini diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan baru di Indonesia.

Tiga Pilar Utama Desa Mandira: Kemandirian, Inovasi, Kesejahteraan

Dr. Priyo Utomo, M.M., Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Unitomo, menjelaskan bahwa Desa Mandira adalah sebuah gagasan yang bertumpu pada tiga pilar utama: kemandirian, inovasi, dan kesejahteraan.

"Kemandirian itu menunjuk pada keswadayaan yang didorong muncul dari warga desa itu sendiri," ujar Dr. Priyo dalam podcast "Ruang Informasi" Unitomo. 

Ia menambahkan bahwa program ini bertujuan untuk mentransformasi desa dari tidak mampu menjadi mampu, dari skala kecil menjadi besar, dan dari pertumbuhan ekonomi rendah menjadi tinggi. Pendekatan utama adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) lokal, bukan padat modal atau infrastruktur semata.

Inovasi, sebagai pilar kedua, diharapkan dapat mempermudah, mempercepat, dan mempercantik proses pemberdayaan, dengan tujuan akhir mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya dirasakan oleh masyarakat, bukan hanya kemajuan fisik yang membuat mereka justru pindah ke kota.

Perbedaan dengan Program Pemberdayaan Lain: Fokus pada SDM Lokal dan Kurikulum Berdampak

Program Desa Mandira yang telah diinisiasi selama tiga tahun ini memiliki perbedaan mendasar dengan program desa lainnya, seperti Desa Tangguh Bencana atau Desa Siaga. Dr. Priyo menegaskan bahwa Desa Mandira didesain secara menyeluruh dan berpusat pada SDM lokal.

"Yang membedakan lagi, mereka (mahasiswa pendamping) lebih lama tinggal karena mereka sesungguhnya adalah warga lokal yang ada di situ, yang kebetulan kuliah di Unitomo," jelas Dr. Priyo. 

Hal ini berbeda dengan pendekatan sebelumnya di mana mahasiswa dari luar wilayah datang, memberikan pencerahan, lalu pergi, yang kerap membuat semangat masyarakat berkurang.
Unitomo juga menerapkan kurikulum berdampak dalam program ini, dengan dua model utama:

1. Taruna Desa: Berbasis peningkatan kapasitas aparatur desa dan lembaga pendukung seperti BUMDes.

2. SPADA (Sekolah Pariwisata Desa): Fokus pada pengembangan desa wisata.
Mahasiswa dibebani target terapan setiap semesternya, mulai dari peningkatan kapasitas IT hingga tata kelola keuangan, sesuai dengan kebutuhan spesifik desa. 

"Ini basicnya kurikulum dan nampak perkembangan setiap semesternya," tambah Dr. Priyo.

Kolaborasi Multidisiplin dan Multi-Pemangku Kepentingan: Mengembangkan Potensi Desa

Dr. Wiwik Harwiki, M.M., Direktur Pusparcraft Unitomo, menambahkan bahwa program Desa Mandira juga sangat konsen pada pariwisata desa dan ekonomi kreatif. Ia menekankan bagaimana wisatawan dapat dilibatkan dalam pengelolaan lingkungan dan pelestarian nilai-nilai lokal, bahkan dalam upaya ekowisata seperti pengelolaan sampah.
Kolaborasi menjadi kunci sukses program ini. Dr. Priyo menyebut adanya kerja sama dengan Kementerian Desa, dan harapan besar untuk sinergi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim). 

"Saya membayangkan ini sebuah kolaborasi yang sangat dahsyat," ungkapnya.

Unitomo juga telah berhasil mengembangkan sistem inovatif seperti SisCordes (Sistem Komunikasi Desa), sebuah sistem penanganan bencana berbasis komunitas yang diinisiasi Unitomo dan berhasil dipresentasikan di konferensi internasional pasca-tsunami Aceh. Sistem ini kini sudah bisa diunduh di Play Store.

"Ini memang memerlukan tidak hanya multi-stakeholders tapi multi-disciplin," tambah Dr. Wiwik, menjelaskan bahwa pelibatan akademisi dan praktisi dari berbagai bidang ilmu memperkaya pendekatan pemberdayaan.

Tantangan dan Keberlanjutan: Membangun Psikologis Kemandirian

Salah satu tantangan terbesar dalam implementasi program Desa Mandira adalah mengubah pola pikir masyarakat yang cenderung membutuhkan contoh konkret (role model). Ketika sebuah inovasi berhasil ditunjukkan, barulah masyarakat berbondong-bondong ingin belajar.

"Rata-rata di desa itu butuh contoh, butuh role model," kata Dr. Priyo. 

Ia juga menyoroti kelelahan masyarakat dan potensi desa yang dianggap tidak memiliki potensi. Solusinya adalah pendekatan inter-desa development atau pengembangan antardesa, di mana desa-desa saling berbagi potensi ekonomi dan tidak hanya fokus pada potensi individual.

"Pendekatan berbagi berkah harus dilakukan dengan pendekatan inter-desa dalam development mereka sendiri," ujarnya, memberikan contoh kasus sengketa wisata di Gresik yang terjadi karena ketidakmampuan berbagi berkah pariwisata.

Mengenai keberlanjutan, program ini dirancang dengan sistem overlap antarangkatan mahasiswa, sehingga pendampingan akan terus berjalan. Namun, tujuan akhirnya adalah agar masyarakat desa bisa mandiri sepenuhnya dan menyatakan "sudah, kamu jangan pantau saya, saya mau bangkit sendiri."

"Ini justru kami menyebutnya sebagai pemberdayaan psikologis, ini jauh lebih menarik," pungkas Dr. Priyo. 

Ia meyakini bahwa perubahan mental untuk bangkit dan melawan keadaan jauh lebih berharga daripada bantuan materi semata.

Dengan prestasi Jawa Timur yang memiliki 19 Desa Mandiri hingga 2024—tertinggi secara nasional—program Desa Mandira Unitomo diharapkan dapat menjadi katalisator bagi lebih banyak desa untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan, mengubah mindset masyarakat, dan membangun desa dari potensi lokalnya sendiri. (*)

Tayang di :
https://jatimlines.id/unitomo-surabaya-gagas-desa-mandira-wujudkan-desa-mandiri-inovatif-dan-sejahtera-berbasis-sdm-lokal/