
Analisis seorang kawan soal salah hitung Pemerintah dalam hal bisnis BBM di Indonesia (CoPas dari sumber online) :
1. Pertamina memperoleh hasil penjualan BBM premium sebanyak 63 Milyar liter dengan harga Rp.4500,- yang hasilnya Rp. 283,5 Trilyun
2. Pertamina harus impor dari Pasar Internasional Rp. 149,887 Trilyun
3. Pertamina membeli dari Pemerintah Indonesia Rp. 224,546 Trilyun
4. Pertamina mengeluarkan uang untuk LRT 63 Milyar Liter @Rp.566,- = Rp. 35,658 Trilyun
5. Jumlah pengeluaran Pertamina Rp. 410,091 Trilyun
6. Pertamina kekurangan uang, maka Pemerintah yang membayar kekurangan ini yang di Indonesia pembayaran kekurangan ini disebut “SUBSIDI”
7. Kekurangan yang dibayar pemerintah (SUBSIDI) = Jumlah pengeluaran Pertamina dikurangi dengan hasil penjualan Pertamina BBM kebutuhan di Indonesia :
= Rp. 410,091 Trilyun – Rp. 283,5 Trilyun
= Rp. 126,591 Trilyun
8. Tapi ingat, Pemerintah juga memperoleh hasil penjualan juga kepada Pertamina (karena Pertamina juga membeli dari pemerintah) sebesar Rp. 224,546 Trilyun.
*Catatan Penting: hal inilah yang tidak pernah disampaikan oleh Pemerintah kepada masyarakat
9. Maka kesimpulannya adalah pemerintah malah kelebihan uang, yaitu sebesar perolehan hasil penjualan ke pertamina – kekurangan yang dibayar Pemerintah (subsidi)
= Rp. 224,546 Trilyun – Rp. 126,591 Trilyun
= Rp. 97,955 Trilyun
"Artinya, APBN tidak jebol justru saya jadi bertanya, dimana sisa uang keuntungan SBY menjual BBM sebesar Rp. 97,955 Trilyun".(analisa Kwik Kian Gie & Anggito Abimanyu)
Komentar saya:
UTANG INDONESIA = 1.800 Trilyun. Kalau memang hitungan Kwik Kian Gie & Anggito ini benar, maka bisa dipakai untuk bayar hutang. Rp 97,995 Trilyun - 1.800 Trilyun = Rp 96,195 Trilyun. (kalau tidak salah Kwik Kian Gie pernah ngomong ini di TVOne acara apa kabar indonesia bersama Anggito Abimanyu).